BAB 48

6 0 0
                                    

  Hari ini adalah hari yang spesial bagi pasukan Aryo. Akhirnya kini mereka bisa menunjukan peralatan yang mungkin sangat disukai oleh pemimpin mereka. Dengan antusias mereka segera menyiapkan semuanya dan membawa keenam meriam tersebut ke lapangan luas.

 Di rumah Aryo, Aryo segera bersiap untuk melakukan pekerjaan biasanya. Tidak lupa dia meminum susu istrinya dan memberikan istrinya ciuman hangat. Sepanjang perjalanan dia banyak melihat pasukannya tertawa kecil dan tersenyum. Dia berpikir kalau mungkin pasukannya sangat rindu padanya. Tanpa Aryo sadari istrinya mengikutinya, mengagetkan dirinya.

 Ketika sudah sampai di lapangan desa dia terheran-heran karena pasukannya tidak ada di tempat biasa. Kemudian dia melihat beberapa pasukannya berlari ke lapangan luas dan dia pun mengikutinya. Saat sudah sampai di lapangan desa dia sangat kaget melihat mainannya berada di depannya.

 Meriam adalah salah satu kesukaan Aryo dan keahlian Aryo. Saat masih di Resimen Marsose dia sering ditugaskan di meriam meski dirinya adalah pasukan reguler. Berkat keahliannya, dia mampu mengecek kondisi meriam-meriam tersebut dan mengenali daya ledaknya. Karena tidak sabar, Aryo segera memerintahkan pasukannya untuk mengisinya, tetapi dia kaget karena istrinya tiba-tiba datang menghampirinya.

  "Kinasih, sedang apa kamu di sini!?" tanya Aryo

  "Aku ke sini untuk ikut latihan bersamamu Mas, hehehe" jawab Ayu

  "Tapi Kinasih, alat ini akan memecahkan telingamu" jelas Aryo

  "Aku pernah mendengar yang lebih dari ini Mas" kekeuh Ayu

 Karena istrinya keras kepala, terpaksa Aryo mengizinkannya tetapi tidak menanggung akibatnya. Segera dia perintahkan keenam meriam itu untuk disejajarkan.

  "Dalam aba-abaku, Satu, Dua,... Tiga!!, TEMBAK!!" perintah Aryo

  BOOM!!, DUARRR!!" suara meriam saling bersahutan sementara Aryo hanya tertawa maniak mendengar mainannya bersuara di sekitarnya. Sudah lama dia merindukan suara itu dan akhirnya kini dia bisa mendengarnya. Di sisi lain, Ayu menutup kupingnya dan menitikan air mata. Dirinya tidak menyangka kalau suaranya akan sebesar itu, membuat kedua telinganya terasa seperti ingin pecah. Aryo hanya tertawa karena karma istrinya yang keras kepala.

Kisah yang Sulit Dimengerti Part ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang