Semenjak saat itu, Retno semakin dilrik oleh para Pria karena kecantikannya yang tidak pudar dan kekuatannya. Banyak pria sudah berusaha melamar dirinya tetapi selalu ditolak dengan alasan tidak ingin menikah dulu.
Berkat pertempuran itu, nama mereka meroket daripada sebelumnya hingga ke Negeri Barat. Tetapi, mereka tetap memilih untuk tetap low-key dan down-to-earth karena menganggap semua manusia tetap sama derajatnya. Tidak butuh waktu yang lama bagi mereka untuk memenuhi kuota pasukan lagi dan kini banyak terdiri dari orang-orang Kalingga.
Sementara itu, Aryo memikirkan sesuatu. Dia ingin menciptakan alat yang akan disebut flamethrower, tetapi alat dan bahan untuk membuatnya tidak ada. Dengan memutar otak dia terus mencari solusi hingga dia menemukan ide.
Dengan antusias dia segera merancang idenya tersebut dan ketika selesai segera dia ajukan ke Mpu yang dinilai mampu membuatnya. Desain aneh yang pertama kali baru dilihat membuat para Mpu kebingungan, tetapi menyetujuinya demi Majapahit.
Setelah 4 bulan akhirnya pelontar api pertama selesai. Aryo sangat puas dengan kerja mereka dan membayar mereka dengan layak. Segera dia memerintahkan untuk mengumpulkan semua pasukan untuk menjelaskan alat terbarunya. Para pelayan, Ayu, Retno, dan Shima kebingunan tapi atusias melihatnya.
"Baiklah kalian semua!!, ini adalah alat yang aku namakan pelontar api. Ini sangat berbahaya tetapi bisa menjadi senjata yang sangat ampuh selain meriam. Pengoperasiannya cukup rumit tapi aku yakin kalian akan bisa menggunakannya" kata Aryo
Aryo juga memperagakan pengoperasian dan cara perawatannya. Operasi dan langkah perawatan yang rumit membuat semuanya kebingunan parah. Dengan sabar dia mengajarkan mereka hingga mereka paham. Setelah semuanya paham Aryo segera mendemonstrasikan kekuatannya. Api tiba-tiba keluar dan menyemburkan si jago merah yang sangat besar. Apinya yang sangat besar menghasilkan asap hitam yang pekat dan dapat menjangkau jarak sekitar 20 meter. Kekuatan yang mampu membakar target dan kehebatannya membuat semua yang melihatnya terkesima dan takut.
"Kira-kira begitulah pelontar api ini. Aku akan memasang ini di pasukan wanita mengingat mereka lebih lincah dan gesit sementara aku akan tugaskan 2 orang untuk menjaganya dan kebetulan aku sudah memesan banyak. Ingat, kalian harus ekstra hati-hati atau kalian akan terbakar. Baiklah, cukup sampai di sini" kata Aryo
Setelah latihan selesai, Aryo segera pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu dengan keluarga tercinta. Sepanjang perjalanan Retno tidak berhenti menanyakan alat itu dan memuji Ayahnya. Baginya Ayahnya adalah seseorang yang sangat jenius dan hebat, mampu menciptakan benda aneh yang luar biasa.
"Ayah, Ayah... Ayah sungguh hebat!!" kagum Retno
"T-terima kasih ya Retno, hehehe" balas Aryo
"Alat tadi sangat hebat, dapat membakar dari jarak yang jauh. Apa namanya tadi Ayah?? Retno lupa, hehehe" tanya Retno
"Itu namanya pelontar api atau flamethrower, Retno" jawab Aryo
"Flamethrower?? bahasa dari mana itu Ayah??" tanyanya lagi
"Itu bahasa dari Negeri Jauh nak" jawab Aryo lagi
"Wah Ayah hebat, dapat mengetahui bahasa Negeri Jauh. Retno bangga memiliki Ayah seperti Ayah!!" puji Retno
Aryo tidak yakin kalau anaknya akan paham kalau sebenarnya bahasa itu adalah bahasa Inggris yang sempat dia pelajari dulu ketika membaca buku sejarah Yunani Kuno. Tetapi, karena reflek, Aryo asal saja menjawab itu meski dia sadar kalau jawaban itu sangat asing di telinga anaknya, namun yang penting kini anaknya bangga memiliki Ayah seperti dirinya di samping kekurangan fisiknya.
Pelontar api itu disimpan di gudang yang cukup jauh dari senjata yang lain, khawatir akan terjadi ledakan dan kebakaran akibat alat itu. Letaknya pun agak jauh dari gudang utama jadi meminimalisir akan terjadi hal seperti itu. Penguasa Lokal juga berpesan kepada yang lain kalau ini adalah alat yang sangat jauh berbeda dengan meriam, jadi perawatan harus dilakukan dengan ekstra hati-hati atau akan meledak. Awalnya mereka sangat canggung dengan adanya alat baru yang sangat asing, tetapi lambat laun mereka berhasil beradaptasi dan mahir merawatnya.
Sesampainya di rumah, Retno segera masuk ke kamar yang berada di dekat dapur karena lelah. Sementara Aryo menginginkan secangkir teh susu, yang langsung ditanggapi Ayu. Dengan teh segar dan susu miliknya, secangkir teh hangat jadi dan ketika Aryo meminumnya pikirannya terasa melayang karena keenakan dan kemanisan teh buatan istrinya. Kemudian dia mencium sesuatu yang tak asing dari tehnya dan segera melihat ke dalam cangkir. Terlihat sedikit sisa susu dan dia pun mencicipinya. Setelah mencicipinya Aryo segera tahu bahan rahasia teh itu, pantas saja rasanya enak sekali dan mampu membawa dirinya sangat tenang. Segera dia menyambar dada istrinya dan meminum langsung dari sumbernya. Agar lebih nyaman dan privasi, Ayu segera menggendong suaminya yang masih menyusu seperti bayi ke kamar mereka. Retno yang ternyata belum tidur hanya bisa tertawa kecil mendengar kelakuan orang tuanya.
4 bulan sudah berlalu dan kini pasukan Desa Luwuh sudah mahir menggunakan pelontar api berkat rata-rata dari mereka fast learner. Dengan sempurna mereka dapat membakar target mereka dan teknik perawatannya. Aryo yang merasa puas segera mengumumkan kalau kini mereka mulai bisa menggunakan alat tersebut. Tetapi, Aryo tetap tidak merubah keputusannya yang menaruh alat tersebut di pasukan wanita meski dia sangat tahu resiko terbesarnya. Dia sangat ingat ketika sekitar sebulan yang lalu terjadi kesalahan yang sangat fatal menyebabkan salah satu tentara wanita hampir terbakar akibat kebocoran gas.
Setelah latihan selesai tiba waktunya untuk melakukan upacara pemberkatan kepada alat itu dan para pasukan pelontar api. Aryo yang notabene berkeyakinan lain hanya bisa sabar menunggu upacara selesai dengan ditemani oleh genggaman hangat istrinya. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk memberkati seluruh alat dan pasukan pelontar api karena pada awalnya para Biksu sempat ketakutan dan was-was saat berhadapan langsung dengan alat asing itu. Aryo yang sudah tertidur di rangkulan istrinya terbangun ketika salah satu Biksu memberitahunya kalau upacara pemberkatan sudah selesai. Segera Aryo berjalan ke hadapan mereka dengan sempoyongan. Aryo memberikan pidato singkat dan ucapan selamat kepada mereka kemudian menutup pertemuan kali ini.
Sepanjang perjalanan pulang Aryo masih tidak yakin kalau pasukan pelontar api benar-benar siap menggunakan alat itu. Dia masih sangat terpikirkan kejadian sebulan yang lalu dan itu membuat Aryo hampir bersalah.
1 bulan yang lalu, Aryo mengadakan latihan pelontar api seperti biasa. Aryo memberikan arahan kepada mereka dengan sabar hingga dirinya mencium ada bau gas dari salah satu pelontar api. Segera dia berlari ke arah sumber bau dan menutup regulator untuk mencegah tangki itu meledak. Aksi sigapnya ini membuat seluruh pasukan yang melihatnya terkagum-kagum, tetapi wanita tersebut menangis terus dan terus menyalahi dirinya. Dengan rasa bersalah dan tanggung jawab Aryo juga meminta maaf dan menyuruh wanita tersebut untuk bergabung kembali ke pasukan reguler, yang ternyata ditolak oleh dirinya karena merasa sangat berhutang budi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah yang Sulit Dimengerti Part I
Ficțiune istoricăSeorang Veteran Perang Aceh yang memiliki masa lalu yang sangat kelam, diberikan kesempatan untuk membangun memori yang indah dan keluarga yang hangat. Namun nampaknya tidak semudah yang diperkirakan... WARNING : Mengandung unsur Alternate-Universe...