BAB 56

6 2 0
                                    

  Sementara Desa Luwuh damai dan tentram, beda lagi ceritanya di Kerajaan Boko. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang keturunan raksasa bernama Prabu Boko. Perangainya besar dengan sifat rakus akan semuanya membuat kerajaanya banyak menderita tetapi memiliki putri yang cantik bernama Roro Jonggrang.

  Kerajaan Boko memiliki perseteruan abadi dengan Kerajaan Pengging, kerajaa tetangganya. Sudah lama Prabu Boko berusaha menaklukan Kerajaan Pengging tetapi selalu gagal karena Kerajaan Pengging memiliki seorang pangeran yang sakti bernama Bandung Bondowoso. Karena tidak pernah berhasil dan semakin memakan rakyatnya, akhirnya Prabu Boko menjodohkan Roro Jonggrang dengan Bandung Bondowoso dengan syarat pembangunan seribu candi.

  Dalam waktu semalam saja Bandung Bondowoso berhasil membangunnya dan paginya segera melamar Roro Jonggrang. Karena masih memiliki harga diri, Roro Jonggrang jelas menolaknya, membuat Prabu Boko dan Bandung Bondowoso marah. Merasakan bahaya yang akan menimpanya, Roro Jonggrang melarikan diri ke arah utara hingga dia sampai di Desa Luwuh.

  Kedatangannya segera disambut oleh para penduduk dan merawatnya. Setelah lebih baik, dia menanyakan kalau di sini ada seorang pria hebat. Mereka pun menangkap pertanyaannya dan mengarahkan dia ke rumah Aryo. Di sana Roro Jonggrang tidak percaya melihat pria yang mungkin akan membantunya, terlebih lagi setelah melihat istri dan anaknya. Tetapi, karena terdesak dia memohon kepada Aryo.

  "Tuan mohon tolong saya, saya dijodohkan paksa oleh ayahanda saya" mohon Roro

  "Ayahmu?? siapa dia??" tanya Aryo

  "Ayah saya bernama Prabu Boko Tuan" jawab Roro

  "Prabu Boko??, tidak pernah dengar. Bagaimana aku bisa membantumu??" tanya Aryo lagi

  "Saya mohon untuk menyerang kerajaan ayahanda saya Tuan..." jawab Roro

  "Menyerang!? tapi kenapa kau tega menyerang ayahmu sendiri??" tanya Aryo tidak percaya

  "Saya harus membuat ayahanda saya mendapatkan pelajarannya karena sudah menjodohkan saya dengan paksa dan menyiksa rakyat Kerajaan Boko" jawab Roro

  "B-baiklah kalau itu maumu..." kata Aryo

  "Terima Kasih Tuan" balas Roro santai

  Keesokan harinya Aryo segera mengumpulkan pasukannya untuk kemudian bergerak menuju Kerajaan Boko di selatan. Sepanjang perjalanan Ayu dan Retno merasa tidak yakin dengan serangan ini karena mereka berpikir serangan ini tidak diizinkan Majapahit. Tanpa diketahui oleh mereka ternyata Majapahit mengizinkan Aryo untuk menyerang karena sudah lelah menasihati Prabu Boko untuk berhenti menyiksa dan memakan rakyatnya sendiri.

  Prabu Boko yang menyadari sesuatu juga mengumpulkan pasukannya yang sudah dibantu oleh Kerajaan Pengging. Pasukan mereka diposisikan untuk menahan Kerajaan Boko terutama di Keratonnya yang terdapat di atas bukit. Selain itu, pasukan mereka didukung oleh Bandung Bondowoso sehingga membentuk pasukan yang luar biasa kuat.

  Sesampainya di Kerajaan Boko, Aryo merasa miris melihat keadaannya. Kekeringan, kelaparan, dan kemurungan menguasai suasana desa. Kondisi yang memprihatinkan ini membangkitkan amarah Aryo. Dengan langkah yang begitu cepat dia sudah sampai di kaki bukit Keraton Boko. Keadaan bukit yang begitu terjal mengharuskan Aryo membagi semua pasukannya. Ketika membagi pasukannya, alangkah kagetnya dia melihat pasukan pelontar api yang sudah didisbandnya terkait pertempuran kemarin. Ternyata, Retno lah yang memerintahkan mereka menggunakan itu dan memukul anaknya karena ceroboh. Pukulan ayahnya tidak membuat Retno sedih melainkan sadar apa yang telah dilakukannya.

  Kembali ke pembagian formasi, Aryo memerintahkan meriam diletakkan di bukit seberang Keraton dan depan gerbang Keraton. Dia juga memerintahkan pasukan pelontar api untuk pergi ke depan gerbang Keraton. Selain itu, dia juga memerintahkan pasukan khusus untuk masuk lewat dinding belakang yang terdiri dari bukit terjal. Setelah mereka pergi, hanya menyisakan pasukan reguler di kaki bukit. Baru saja dia memerintahkan semuanya untuk maju, mereka langsung diserang oleh pasukan Prabu Boko.

  Serangan ini mengharuskan mereka untuk mundur ke lembah dan menahan posisi. Jumlah pasukan Prabu Boko yang sangat banyak membuat pasukan Aryo kewalahan hingga meriam di depan gerbang Keraton berhasil menembus gerbang. Ledakan meriam yang bertubi-tubi dan api dari pelontar api dapat dilihat dari kejauhan dengan jelas. Melihat Keraton mereka berhasil diserang, pasukan Boko seketika menyerah. Aryo, Roro Jonggrang, dan Shima kemudian naik ke Keraton Boko.

  Di Keraton Boko, Aryo menyuruh Roro Jonggrang untuk mengurus Bandung Bondowoso sementara dia mengurus Prabu Boko. Roro Jonggrang dan Shima segera berlari ke halaman Keraton dengan diikuti oleh Bandung Bondowoso. Aryo segera menerjang ke Prabu Boko tetapi berhasil ditepis membuat dirinya terpental ke dinding. Prabu Boko kemudian mengejek Aryo dan mengeluarkan kesaktiannya.

  Tidak mau kalah, Aryo menyatukan Bayu dengan dirnya membuat dirinya berubah. Kesaktian mereka beradu dengan sengit karena Prabu Boko dan Bayu memiliki kekuatan yang hampir sama. Setelah sekitar 3 jam bertarung akhirnya Prabu Boko kewalahan dan terbaring. Aryo menghampirinya dan memintanya untuk melupakan perjodohan Roro Jonggrang dan berhenti menyiksa rakyat. Tentu saja Prabu Boko menolaknya dengan sombong dan menghina Aryo. Hinaan ini cukup membuat Aryo naik pitam, langsung dia lempar Prabu Boko dari Keraton ke kaki bukit. Ketika di bawah, Prabu Boko menghembuskan napas terakhir yang dilihat oleh pasukan Aryo dengan ekspresi kemenangan.

  Sementara itu, Roro Jonggrang dan Shima terpojok. Bandung Bondowoso yang sudah bercampur amarah dan nafsu ingin segera melumat Roro Jonggrang dan Shima. Langsung dia lompat ke arah Roro Jonggrang untuk memeluknya, tetapi sudah di hadang oleh Shima. Dengan menahan rasa jijik Shima membiarkan Bondowoso untuk menjarah tubuhnya. Tubuh Shima yang tidak terlalu langsing tapi berisi membuat Bondowoso semakin bernafsu dan segera dia menurunkan kain Shima sementara Roro Jonggrang hanya bisa melihat kehorroran itu.

  Aryo segera datang dan menarik kelamin Bondowoso yang hampir saja masuk ke kewanitaan Shima. Dilempar Bondowoso ke dinding Keraton. Bondowoso yang merasa dikhianati dan terdesak mengutuk Roro menjadi Arca. Terlambat, Aryo yang berusaha mengentikan Bondowoso berhasil merubah Roro menjadi Arca sepenuhnya. Shima hanya bisa menangis sementara Aryo tidak berhenti menghajar Bondowoso hingga wajahnya babak belur. Shima segera menghentikan Tuannya dan membawa Roro ke dalam salah satu Candi Prambanan. Karena Aryo berbeda keyakinan jadi dia hanya melihat Shima memberi penghormatan ke Roro dengan prosesi Hindu.

  Karena merasa gagal, mereka turun dari Keraton Boko yang disambut oleh ekspresi tanya dari pasukannya. Para pasukan yang merasakan penyerangan ini adalah kegagalan langsung berbalik arah dan pulang ke Desa Luwuh. Aryo dan Shima tidak berhenti termenung meratapi nasib menyedihkan Roro Jonggrang. Ayu dan Retno pun tidak bisa bertanya apalagi mengeluarkan suara untuk menenangkan Aryo.

Kisah yang Sulit Dimengerti Part ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang