BAB 39

8 0 0
                                    

  "Ah, akhirnya kau pulang Anak Muda" kata Penguasa Lokal

  "I-iya Baginda..." balas Aryo

 "Maaf tiba-tiba memberitahu tapi aku harus mengirim kalian ke Tumapel. Di sana sedang terjadi huru-hara yang disebabkan oleh satu orang yang memiliki keris sakti dan ilmu hitam dan kalian ditugaskan Majapahit untuk mengatasinya" katanya

  "Tapi saya baru sampai Baginda, dan bagaimana saya akan sampai ke Tumapel??" tanya Aryo

  "Kau tidak perlu khawatir, aku sudah menyiapkan kapal yang akan membawa kau dan istrimu ke Tumapel besok. Itu, kapalnya ada di belakangmu" jawabnya

  "Apa yang??..." kata Aryo

  Aryo sangat yakin kalau dari tadi di sungai tidak ada kapal sama sekali tetapi kini sudah ada kapal yang dia pakai sebelumnya tepat di sebelah rumahnya. Dia sebenarnya tidak ingin menolak tetapi karena badannya terasa hampir remuk dia meminta izin ke Penguasa Lokal.

  "Baik Baginda, tetapi izinkan saya beristirahat untuk semalam Baginda" pinta Aryo

  "Tidak masalah nak, lagi pula kalian akan berangkat besok" balas Penguasa Lokal

  Setelah itu Penguasa Lokal pergi meninggalkan mereka yang memasang ekspresi tidak percaya dan khawatir. Suryo, Joko, Yatno, dan Pak Tjipto melanjutkan membawa barang bawaan mereka setelah lama memikirkan keselamatan Tuan mereka. Mereka tahu siapa yang akan dihadapi Tuan mereka dan mungkin akan membuat Tuan mereka luka parah. Ketika semua barang sudah dimasukan dan ditata di dalam rumah mereka pun berpamitan. Di desa ini Yatno dibelikan sebuah rumah oleh Aryo yang terletak berdekatan dengan pasar desa. Seharian Aryo dan Ayu habiskan dengan aktivitas seperti biasanya dan untuk menyiapkan tenaga mereka tidur lebih cepat dari biasanya.

  Di tengah malam tiba-tiba Ayu merasakan nafsunya naik dan untuk melampiaskannya dia diam-diam masuk ke selimut Aryo dan segera mencium dirinya. Lidahnya dia masukan berkali-kali ke mulut Aryo yang sedang tertidur. Merasakan ada sesuatu yang masuk ke mulutnya perlahan Aryo bangun dan mendapati istrinya sedang memainkan lidahnya. Permainan lidah Ayu akhirnya berhenti setelah 15 menit dan meninggalkan jejak air liur yang menyatu di masing-masing ujung lidah mereka.

  "Mas..." kata Ayu sambil menatapnya

  "Iya Kinasih?? tanya Aryo

  "Besok kan kita akan mengatasi orang yang sudah membuat kekacauan Mas, Aku khawatir kalau kamu kenapa-kenapa. Kalau sampai orang itu berani melukaimu, aku berjanji ombak sungai yang akan terakhir dilihatnya!!. jawab Ayu

  "Kita lihat saja besok ya Kinasih" balas Aryo

  Melihat senyuman suaminya membuat Ayu sedikit lega meski ada ketakutan yang sangat besar ada di dalam perasaannya. Sejujurnya dia tidak ingin suaminya pergi ke sumber masalah lagi karena tidak ingin suaminya terluka dan kesakitan lagi seperti dulu tetapi suaminya memang keras kepala. Dia menerima perintah langsung dari Penguasa Lokal yang tentu tidak bisa dia tolak atau suaminya akan dikucilkan penduduk dan itu akan membuat suaminya kembali depresi.

  Keesokan paginya mereka bersia-siap untuk pergi ke Tumapel. Jaraknya lumayan jauh dan memakan waktu yang hampir sama ketika menuju ke Pantai Selatan. Aryo dan anak buahnya membawa barang bawaan sementara Ayu membuat arus yang sangat deras. Kapal yang sama membuat Aryo merasa sangat senang karena sudah sangat familiar dengannya dan dia tahu kalau ini kapal yang kuat. Setelah barang bawaan semuanya terangkut Aryo pun berpamitan dan menitipkan rumah serta pasukannya kepada mereka. Yatno yang hanya tahu tentang bubuk mesiu hanya mengiyakan saja padahal dia sama sekali tidak ingin masuk dunia kemiliteran. Untuk itu Yatno ditugaskan untuk menjaga rumah saja sementara Suryo, Joko, dan Pak Tjipto mengurus pasukan.

Kisah yang Sulit Dimengerti Part ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang