🍃 Prolog

3.6K 424 13
                                    

Jisung terbangun dengan mata membelalak terkejut, nafasnya memburu, pun degup jantung tak teratur.

Pemuda manis itu seketika terduduk dari posisi awal yang sedang tidur menyamping di atas tanah berumput dengan sebuah pohon rindang yang melindunginya dari terik mentari.

Tempatnya sedikit lebih tinggi dari dataran lainnya, hampir seluruh permukaan tertutupi oleh warna putih dari dandelion yang tengah mencapai musim mekar.

Sangat indah, melihat bagaimana helaian rapuh tersebut terbang tertiup angin yang berhembus. Tempat nan mempesona.

Menetralisir nafas lalu menyeka keringat yang muncul karena mimpi barusan, Jisung seketika menarik nafas kemudian hembuskan secara perlahan.

Mendongkak sekejap, dilihatnya beberapa burung yang beterbangan sembari mengeluarkan nyanyian merdu, turut menyumbang dalam pentas alam yang begitu memanjakan mata.

Suasana sangat nyaman, membuat Jisung tanpa sadar telah terlelap dalam waktu yang lama sehingga lehernya terasa sedikit pegal.

Pemuda itu ingin berada di bukit ini lebih lama, menikmati hari sampai sang senja menyapa, namun sayang sekali, ada sesuatu yang lebih penting untuk dikerjakan.

Kepala dengan surai hitam itu menoleh ke kiri, mengabaikan sang angin yang mengacak ngacak tatanan rambutnya. Tangan mungil Jisung lalu bergerak perlahan, mengambil satu tangkai dandelion yang kebeteulan tumbuh di dekatnya.

"Baiklah, sekali lagi."

Mata terpejam, sibuk merapalkan permintaan dalam hati.

Legenda mengatakan, jika seseorang dengan perasaan putus asa datang ke tempat ini, memetik satu tangkai dandelion dan meniupnya seolah bunga tersebut merupakan harapan terakhir, maka keinginan mereka akan terwujud.

Namun sayang sekali, tak banyak yang percaya dengan sesuatu tabu seperti ini, sebagian besar dari mereka menganggap legenda tersebut hanyalah tahayul yang dikarang oleh orang iseng saja.

Terlebih lagi dengan bukti bahwa hampir semua orang yang datang ke tempat ini pada akhirnya kembali dengan tangan kosong. Tak ada harapan yang bisa terkabul dengan instan.

Tak ada,

Setidaknya sampai Jisung datang.

Doa yang ia panjatkan dengan sepenuh hati sampai pada keajaiban dandelion.

Keinginan terbesarnya melebihi kehidupan itu sendiri.

Fiyuhh...

Bibir ranum mungilnya meniup dandelion yang ia genggam, membuat kelopak kecil tipis berwarna putih itu terbang tak tentu arah, mengikuti arus yang akan membawanya ke tempat baru untuk bertumbuh.

Mata sayu yang sudah dilapisi kristal bening tersebut sibuk mengamati sang harapan yang terus terbang semakin tinggi, bahkan sinar terik yang menyilaukan dengan angkuhnya tak mampu mengusik Jisung sedikitpun.

Semakin tinggi, semakin tinggi dan saat keajaiban itu mendengar permohonannya-

Satu pusaran angin memutar muncul dari atas sana, membawa serta kelopak kelopak dandelion tersebut tersapu di dalam putaran yang secara perlahan berbalik, sebelum akhirnya mengarah ke satu satunya pemuda yang tengah menyaksikan fenomena ini dalam diam.

Jisung tersenyum tipis, memejamkan mata lalu biarkan belaian lembut itu menerpa tubuhnya secara lembut.

Dan pada akhirnya, kesadaran Jisung kembali terengut.

Dan pada akhirnya, kesadaran Jisung kembali terengut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue


Tertanda, 25/10/2020

Bee, let's starting

Antologi; Flower Me [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang