Hari ini Minho hendak pergi ke kantin ketika jam istirahat pertama bebunyi nyaring. Melihat bagaimana teman temannya yang telah siap dengan bekal masing masing membuat Minho merasa tak enak jika meminta tolong untuk mengantarnya untuk membeli makanan.
Alhasil, pemuda tersebut memutuskan untuk berjalan jalan di sekitar area sekolah yang begitu asing, mencoba mencari tempat untuk mengisi perut.
Sebenarnya bisa saja Minho menanyakan pada siswa atau siswi lain yang ia temui sepanjang koridor, namun entah kenapa ia lebih memilih membungkam mulutnya. Lagipula, ada cukup banyak waktu sebelum pergantian pelajaran selanjutnya.
Lama ia berjalan, lelaki berhidung bangir itu justru menemukan tempat lain alih alih kantin yang sedari tadi ia cari. Sepertinya ini bagian belakang sekolah, mengingat sedikitnya pelajar yang berkunjung ke sini, satu tempat yang terlihat seperti gudang juga taman kering yang tak terawat dengan baik.
"Hah sepertinya aku memang harus bertanya." bergumam seorang diri, Minho lantas membalikan tubuhnya lalu pergerakan tersebut terhenti seketika.
Manik Minho memicing, mencoba memperjelas pengelihatan yang bisa menipu kapan saja.
Tapi tidak untuk kali ini, Minho cukup yakin dengan apa yang tengah ia saksikan.
Itu benar benar dia, si pemuda senja yang sekarang tengah duduk bersender pada sisi dinding teduh.
Tanpa pikir panjang, Minho langsung membawa kaki jenjangnya mendekat. Berusaha meminimalisir suara yang timbul supaya tak mengganggu sosok tersebut, rautnya nampak begitu serius memandangi layar ponsel bercase warna hitam polos, membuat sebuah senyum terulas pada bibir tipis yang lebih tua.
"Hey sedang apa?"
Mendengar suara orang lain di sebelahnya, Jisung seketika mendongkakkan kepala, lengkap dengan sebuah roti yang masih tersumpal lucu di mulut.
Minho terkena serangan menggemaskan, ia bahkan harus menahan diri supaya tidak mencubiti pipi mengembung itu saat ini.
Yang lebih muda seketika menggigit potongan rotinya, mengunyah pelan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Minho tadi.
Pemuda dengan tatapan tajam tersebut segera mengambil tempat di samping Jisung, mendudukkan diri di sebelah lelaki manis itu tanpa izin dan sukses mengabaikan rasa lapar yang hinggap di perutnya.
"Ah, aku tengah memilih beberapa jenis bunga." ucap Jisung yang sedetik kemudian kembali larut dalam kegiatannya sendiri.
Tadi sang mama mengiriminya beberapa foto bunga yang akan dijadikan sebuah bucket pada acara pernikahan, dan Jisung harus mengutarakan pilihannya.
"Memilih bunga? Untuk apa?" kening Minho menyerngit heran, pasalnya jawaban Jisung sangat jauh dari apa yang ia perkirakan. Awalnya Minho pikir Jisung tengah bertukar pesan dengan teman temannya atau berselancar pada media sosial, tapi nyatanya tidak.
Jari jari mungil tersebut bergerak cepat mengetikkan beberapa pesan balasan kepada sang mama sebelum akhirnya mengantongi ponsel dan alihkan seluruh atensi pada pemuda tampan di sebelah.
"Aku sedang membantu ibuku untuk memilih bunga yang akan dipakai kliennya pada saat menikah."
Yang lebih tua menganggukkan kepala paham, meski pertanyaan lain kembali terlontar.
"Memangnya apa pekerjaan ibumu?"
"Seorang perancang pesta pernikahan."
Lagi, Minho gerakkan kepalanya naik turun dengan tempo teratur. Persis seperti pajangan dashboard mobil, terlihat cukup lucu di mata Jisung.
Merasa tak ada bahan pembicaraan lain, Minho lantas mengedarkan pandangan ke arah lain, sebelum akhirnya tertuju pada sebungkus roti isi yang tergeletak begitu saja di sebelah Jisung.
Lapar, Minho langsung mengambil makanan tersebut tanpa izin.
Sungguh, tanpa rasa bersalah sedikitpun, Minho seketika melahap makanan yang harusnya masih menjadi milik Jisung.
Melihat hal tersebut, sang empunya seketika berseru kesal.
"Apa yang kau lakukan, bodoh?"
Minho tak tersinggung sedikitpun, malahan pemuda Lee itu tertawa kecil.
"Aku lapar."
Rasanya Jisung ingin menendang lelaki ini detik itu juga. Ayolah, Jisung juga masih lapar. Ia sengaja membeli dua bungkus roti untuk mengganjal perut, namun sayang, salah satu asetnya sudah dirampas terlebih dahulu oleh Minho, tanpa memberi kesempatan untuk Jisung mempertahankan hak miliknya.
Poni yang menutupi dahinya ia tiup seketika, sebelum akhirnya mengembungkan pipi dengan bibir mengerucut tanpa sadar karena dilanda rasa kesal gara gara sosok yang lebih tua.
Minho tentu melirik dari ekor mata, lalu terkekeh dalam kunyahannya. Untung saja ia tak tersedak dan berakhir dengan cara konyol.
Potongan roti putih berisi daging itu sudah habis dalam sekejap, Minho menepuk nepuk tangannya demi menghilangkan remah yang menempel pada telapak halus tersebut, sebelum akhirnya beralih fokus untuk sosok menggemaskan di sampingnya.
"Jisung."
Sang pemilik nama tak menjawab.
"Kenapa hari itu kau berdiri termenung di depan toko bunga milik nenek?"
Mendengar pertanyaan tersebut membuat raut wajah Jisung terganti seketika, kembali normal seperti biasa. Minho sedikit kecewa karena tak bisa memandangi wajah menggemaskan itu lebih lama.
"Ah itu, aku menyukai bunga bunga di toko itu." Jisung mengulas senyum tipis dengan kepala tentunduk.
Minho tentu setuju dengan jawaban Jisung, ia sendiri juga mengakui jika sang nenek begitu pintar merawat tanaman demi tanaman yang berada di dalam pot tersebut, terlihat indah juga segar.
Hanya saja, ada satu hal yang sedikit terasa janggal, Minho memutuskan untuk segera menanyakannya.
"Lalu kenapa kau tak masuk?"
Terjadi jeda keheningan selama beberapa saat, tangan lembut itu Jisung remat perlahan, semua gerak geriknya tak luput dari pengamatan Minho.
"Aku alergi serbuk bunga."
Minho seketika terdiam, tak terlalu tahu harus merespon seperti apa.
Jisung lantas dongkakkan kepala, menatap ke arah Minho lalu ulas senyum tipis, menunjukkan jika dirinya tengah baik baik saja.
"Padahal aku begitu menyukai tanaman indah tersebut."
Cukup menyedihkan, saat sesuatu yang ia sukai bisa mengancam nyawa kapan saja.
To Be Continue
Tertanda, 14/11/2020
Bee, pengen gado gado tapi mager buat beli
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Фанфик⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...