🌼 Prolog

1.6K 292 7
                                    

Minho menggerutu pelan sembari sirami bunga di pot neneknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Minho menggerutu pelan sembari sirami bunga di pot neneknya. Sosok yang kini akan mengasuh Minho harus keluar sebentar karena ada urusan, meninggalkan dirinya bersama dengan toko dan bunga berbagai bentuk juga warna.

Bukannya bagaimana, hanya saja ini adalah kali pertama untuk Minho ikut berjaga di toko dan sang nenek dengan mudah meninggalkannya begitu saja. Bagaimana jika ada pelanggan yang datang? Apa yang harus Minho lakukan?

Selama seharian ini pemuda tampan tersebut hanya menyemprot nyemprot daun karena merasa bosan.

Namun berita baiknya, jam sudah hampir menunjukkan pukul lima sore, yang mana artinya toko akan tutup beberapa menit lagi. Yah semoga saja dalam kurun waktu tersebut tak ada orang yang datang.

"Hah aku lelah."

Minho lantas letakkan alat penyiram berwarna merah di atas meja sebelum akhirnya lemparkan diri ke atas kursi.

Tangan kokoh tersebut bergerak untuk memijit pelan leher yang terasa pegal, efek karena jarang bekerja membuat Minho mudah letih. Lelaki tersebut mulai berpikir, bagaimana cara sang nenek menjaga toko seorang diri? Tempat ini tak bisa dikatakan kecil ngomong ngomong.

Mengabaikan segala pemikiran acak yang muncul di kepala, Minho lalu menumpukan dagu di atas telapak tangannya, tolehkan pandangan ke jendela luar yang terbiaskan sinar senja.

Jingga yang berpendar menerpa beberapa bunga di dalam toko, membuat tumbuhan itu terlihat jauh lebih indah dari biasanya, begitu pula dengan wajah berahang tegas tersebut. Minho tetap pada posisinya, tak merasa terganggu dengan cahaya dari sang mentari yang menerpa mata.

Dan di sana, di balik terangnya kaca, sebuah siluet muncul, bergerak mendekat. Tak terlalu jelas namun Minho dapat memastikan jika sosok tersebut adalah lelaki.

Tubuhnya ia tegakkan, berdoa dalam hati semoga lelaki tadi tidak akan mengunjungi toko sang nenek.

Namun sayang harapannya semakin dijatuhkan, sosok asing tadi berdiri tepat di hadapan jendela toko.

Matahari semakin bergerak turun, kini cahayanya tak semenyilaukan tadi, setengah dari kaca tersebut bahkan sudah tak terhias sinar karena sang surya asik bersembunyi di balik gedung tinggi yang ada.

Kening Minho menyerngit, kenapa dia tak kunjung masuk? Hanya diam dan memperhatikan dari jalanan luar.

Lama, mereka masih berada dalam posisi yang sama, benak Minho dipenuhi oleh rasa penasaran namun tak terlalu kuat sehingga bisa menggerakkan kakinya untuk menghampiri sosok tersebut.

Minho memilih diam, dan menunggu.

Lalu saat poros bumi itu benar benar terhalang oleh bangungan tinggi yang berdiri di sebrang toko, maka saat itu pula Minho bisa melihat parasnya dengan jelas,

Sosok lelaki manis berpipi gembil dengan mata bulat yang lucu dan surai sehitam arang.

Minho terpaku untuk beberapa detik, indah, sangat indah.

Wajah yang begitu cantik itu, Minho yakini mampu membuat bunga bunga di hadapannya merasa iri.

Bagai adegan slow motion di dalam film, manik yang semula menatap berbinar ke arah kumpulan bunga di balik kaca, perlahan bergerak menganti objeknya,

Merasa diperhatikan mungkin.

Detik itu juga, waktu serasa berdetak sedetik lebih lama, pandangan Minho bertemu dengan manik coklat kehitaman tersebut. Posisi duduk Minho yang dekat dengan jendela membuatnya mampu mengamati dengan lebih jelas.

Jam tua antik yang mengisi salah satu sudut toko berdentang keras kala jarum panjangnya mencapai angka dua belas.

Suara nyaring masuk melalui rungu Minho, menjalar lebih dalam lalu bereaksi pada hati tanpa diminta.

Dentingan itu tak terdengar seperti biasa, lebih keras dari yang seharusnya.

Seperti keajaiban di negeri dongeng, bubuk peri imajiner berwarna kuning keemasan tertabur di atas tubuh Minho, sayup sayup terdengar seperti suara lonceng tingkerbell.

Di satu senja yang istimewa, pemuda tampan itu merasakan debaran aneh dalam dada.

Debaran yang ia rasakan ketika melihat sosok itu berbalik arah kemudian berjalan menjauh dengan wajah memerah padam.

"Manis."

Tanpa sadar satu gumaman terucap begitu saja.

Tanpa sadar satu gumaman terucap begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Awokawokawoks...geli sendiri sama bahasanya.

Ngomong ngomong, kenapa berasa lagi bikin puisi ya?

Tertanda, 25/10/2020

Bee, bingung sendiri sama book ini (╥ω╥')

Antologi; Flower Me [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang