Minho hanya bisa duduk diam pada sofa yang terletak di ruang tengah rumah keluarga Lee. Sungguh, pemuda tampan tersebut bahkan tak bisa berkata kata begitu menyadari keberadaan Jisung yang muncul secara tiba tiba di sini.
Jam delapan pagi Minho baru terbangun dari tidur, bergegas untuk mandi dan keluar kamar hendak memakan sarapan, namun langkahnya langsung terhenti saat melihat sang mama tengah mengobrol akrab dengan si tupai.
Langkahnya langsung diputar, turut bergabung meski eksistentinya tak terlalu dipedulikan. Mamanya terlihat begitu nyaman bertukar cakap dengan Jisung.
Ah ya, bukan tanpa alasan Jisung mendadak terdampar di rumah Minho, tentu saja lelaki manis itu tengah membolos hari ini, sengaja mengunjungi yang lebih tua sekaligus menjelaskan apa yang tengah terjadi sebenarnya.
Alamat? Tentu saja Jisung tahu dari Chan, dengan paksaan, pada akhirnya Jisung mendapat sederet kalimat berisi tempat tinggal Minho. Jisung yakin, apabila dirinya menyakan langsung pada lelaki yang tengah ia perjuangkan untuk sebuah kata maaf, Minho pasti tak akan mau memberitahukannya.
Dan yah, beruntung sekali Jisung tak mendapat bekas tamparan di pipi, nyonya Lee sangat baik, beliau berkenan mendengar keseluruhan cerita Jisung dan pada akhirnya wanita cantik tersebut tetap memaafkan kesalahan si manis.
Lagipula ia merasa sedikit lega, Minho tak sepenuhnya melanggar janji. Ah mungkin nanti dia harus meminta maaf pada anak semata wayangnya itu.
"Benarkah bibi? Wah aku tak menyangka jika Minho senakal itu dulu."
Dan ya, tentu saja objek yang tengah dibicarakan secara terang terangan di hadapannya hanya bisa memberengut kesal.
Mamanya menceritakan tentang sifat brandal semasa SMP yang coba ia tutupi dari orang orang. Sungguh, tolong jangan pertemukan teman kalian dengan sang mama, hal itu bisa berakhir buruk.
Beberapa menit setelahnya, akhirnya acara nikmat menistakan Minho di pagi hari terhenti kala nyonya Lee pamit untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda, menyisakan Jisung dan juga Minho yang masih setia duduk di atas sofa.
"Hehehe..." yang lebih muda hanya bisa cengengesan begitu dipandangi tajam oleh Minho.
"Kenapa kau ke sini?"
"Untuk mendapat maafmu."
Jawaban yang sangat ringan. Jisung hanya tak menyadari sesuatu dalam ucapannya.
"Kenapa kau sangat bersikeras? Sebegitu inginnya kau untuk menjadi kekasihku?"
Skak mat.
Jisung bahkan baru terpikirkan dengan hal tersebut. Yang ada di kepala si tupai selama ini hanya dirinya yang merasa bersalah dan mengharapkan sebuah pengampunan, itu saja.
Siapa sangka, Minho justru dapat menangkap hal lain yang begitu memalukan.
Lengan kecil tersebut bergerak untuk mengambil sebuah bantal sofa berwarna maroon sebelum akhirnya dipukulkan ke arah Minho.
Ini hanyalah salah satu bentuk tindakan pencegahan supaya Minho tak bisa melihat rona merah yang dengan cepat menghiasi pipi Jisung.
━━━━━━━━━ ⚘ ━━━━━━━━━━
r a f l e s i a
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━"Ji tolong aku mengangkat ini."
Jisung yang baru saja mendaratkan bokongnya pada teras seketika mendecak kesal kala Minho memanggil untuk kesekian kali.
Pantas saja tadi Minho sempat bertanya apakah Jisung membawa inhalernya atau tidak, ternyata semua itu karena yang lebih tua ingin memanfaatkan tenaga dari Jisung. Jika tahu seperti ini, lebih baik ia jawab 'tidak' saja tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Fiksi Penggemar⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...