Minho juga Jisung tengah duduk ditengah hamparan padang dandelion, terik matahari yang menerpa dari ufuk barat tak terasa mengganggu, suasana sore yang cukup sejuk membuat mereka betah berlama lama di tempat ini.
Jisung duduk menyandar pada dada Minho sedangkan sang dominan asik mengusap surai hitam sang kekasih,
Atau mungkin calon istrinya.
Satu tahun berlalu dan kini mereka bisa menjalani kehidupan dengan normal kembali. Minho bekerja pada perusahaan besar dan Jisung diterima sebagai editor di salat satu perusahaan penerbit buku.
Mereka sama sama memutuskan untuk tak melanjutkan pendidikan. Lagipula, bukankah memang pekerjaan lah yang pada akhirnya mereka butuhkan?
Senja hari karena mereka memiliki waktu luang, Jisung memutuskan untuk mengajak Minho ke tempat ini, padang dandelion tempatnya meniupkan harapan dahulu.
Minho senantiasa mendengar ocehan Jisung yang tiada henti, sesekali menimpali atau mengulas senyum gemas karena perubahan ekspresi Jisung yang terlihat lucu.
Semua cerita tak masuk akal itu kini Minho terima dengan akal sehat, lagipula, Minho sudah sepenuhnya menyerahkan kepercayaannya pada si manis.
Sembari mengingat masa lalu, Jisung mengedarkan pandangan ke sekitar, masih sama, dandelion di sini seolah tak akan pernah menghilang.
Hanya saja, tempat dataran tinggi dengan pohon itu masih tak terlihat hingga kini.
Entah kenapa Jisung merasa dirinya tak akan bisa menggunakan kesempatan itu kembali, tak ada hal yang begitu ia inginkan sekarang.
Siapa yang menyangka, sehelai tumbuhan putih itu bisa mengubah kisah menyedihkan ini.
Minho tetap hidup, hal apa yang bisa Jisung syukuri lebih dari itu? Terlebih lagi-
"Aku tak sabar menantikan kehadirannya."
Minho berucap sembari mengarahkan tangan pada perut Jisung yang sedikit membuncit, dengan sebuah kehidupan di dalam sana, mengelusnya begitu begitu lembut, sentuhan yang mampu menjalar dan memberi kehangatan pada rongga dada keduanya.
Jisung terkekeh kecil lalu menyikut perut Minho pelan, "Hey dia baru berumur dua bulan, masih ada tujuh bulan lagi sebelum anak kita bisa lahir, Minho."
Yang lebih tua terlihat mengerucutkan bibir tanpa sadar, kalai saja Jisung melihat hal tersebut, dapat dipastikan jika pemuda manis itu akan melontarkan tawanya.
Minho terlihat begitu manja, sosok tegas dan mengintimidasi saat tubuhnya terbalut pakaian kantor menghilang seketika.
Tak lama lagi Minho akan mengikat Jisung dalam sebuah janji suci dan tentu saja, yang lebih muda setuju akan hal itu.
"Ji."
Yang mempunyai nama seketika mendongkakkan kepala, memandang tepat ke wajah sang kekasih.
"Aku mencintaimu."
Jisung ulas senyum manis, "Aku juga mencintaimu."
Mereka saling melemparkan tatap penuh kehangatan sebelum akhirnya kembali larut pada dataran berlapis warna putih di depan sana.
Jisung yang berhasil menyelamatkan Minho, seorang buah hati yang tak lama lagi akan hadir, dan sebuah upacara pernikahan yang telah menunggu mereka.
Sungguh, akhir yang indah.
Angin berhembus pelan, menerbangkan helaian dandelion dengan begitu halus, terlihat menari nari mencoba menyentuh langit,
Membawa sebuah harapan baru untuk orang orang yang beruntung.
FIN
Gas aja lah ya biar gak nanggung 😃👌
Btw kok kalian nethink mulu sih sama lebah? Lebah anak baik loh dahal 😔
Oh ya ada yang tau gak kenapa jari sering keram?
Udah itu aja sih, maaf dan makasi ya semuanyaaa!!
Tertanda, 12/11/2020
Bee, juncak besok sekolah ┻┻︵⁞=༎ຶ﹏༎ຶ=⁞︵┻┻
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Fiksi Penggemar⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...