"Ji bolehkah aku menciummu?"
"Ji apa sekarang sudah boleh?"
"Ji."
"Ji."
"Jisung."
Arghttt...Jisung kesal okay.
Setelah diberikan izin, dengan tak tahu diri Minho malah bersikap layaknya anjing yang melunjak kepada sang majikan.
Setiap waktu, di tiap kesempatan yang ada Minho pasti akan mencoba untuk mencumbu Jisung. Salahkan saja bibir mungil manis sewarna cherry yang mampu membuat Minho merasa candu bahkan pada sentuhan pertama.
Dan siapa yang dibuat kerepotan? Benar, Jisung, pemuda manis itu sudah mencoba menahan rasa kesal sejak pagi.
Minho sangat berisik, mengikutinya kemanapun hanya untuk menanyakan hal hal tak penting di atas.
Sialnya, di hari saat mereka resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, Jisung dipaksa untuk berkunjung ke rumah yang lebih tua dan berakhir dengan Minho yang memangut bibir Jisung di dalam kamar sampai pemuda manis itu hampir kehabisan nafas.
Asmanya juga kambuh meski tak terlalu buruk. Sungguh, saat itu Jisung benar benar mengamuk dan menghabisi Minho dengan lemparan bantal juga guling.
"Jisung~"
Cukup, Jisung merasa pusing mendengar segala rengekan yang Minho lontarkan.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Jisung membelokkan kaki masuk ke dalam toilet yang berada di samping tangga, tentu saja masih setia diikuti oleh Minho.
Ketika Jisung membuka salah satu bilik dan menutupnya tepat di hadapan Minho, kekasihnya itu dengan cepat justru menahan besi tipis berwarna orange tersebut.
Jisung memandang yang lebih tua dengan kedua alis bertaut tak suka, "Astaga Minho aku ingin buang air kecil."
Bohong, padahal Jisung berniat untuk bersembunyi di dalam sana sampai jam pelajaran terakhir dimulai.
"Aku tahu kau berbohong."
Tapi sayangnya niat tersebut sudah tercium terlebih dahulu oleh Minho, pemuda Lee tersebut selalu berada selangkah di depannya. Sialan.
Jisung merinding samar, apakah Minho seorang cenayang?
Namun karena rasa muak dan sadar jika Minho akan terus mengganggu sampai kemauannya dituruti, dengan kasar Jisung seketika menarik tubuh Minho sebelum akhirnya mendudukkan lelaki -yang menyandang gelar sebagai kekasihnya- di atas toilet duduk.
Karma tentu berjalan dengan baik, posisi berubah, dari seorang pengganggu menjadi sosok yang diganggu. Kini Jisung mengerti seberapa kesal Minho kala Jisung merundungnya dulu.
Tanpa peringatan, tanpa memberi jeda, Jisung segera mendudukkan diri di atas pangkuan si tampan dalam posisi saling berhadapan.
Jemari mungil itu menangkup pipi sang kekasih sebelum akhirnya mempertemukan kedua bilah bibir tersebut.
Kali ini Jisung yang memulai, melumat bibir Minho dengan tergesa. Minho tau lelaki manisnya tengah marah, maka dari itu Minho membiarkan Jisung untuk memimpin ciuman sedangkan dirinya hanya mencoba mengimbangi seadanya saja.
Tangan yang menganggur Minho gunakan untuk menahan pinggul Jisung supaya pemuda menggemaskan itu tak terjatuh, ah dan tentu saja memberikan hadiah berupa rematan rematan sensual.
"Anghh..." Jisung mendesah pelan disela ciumannya, pemuda Han itu tak melepas sedikitpun pangutan mereka, masih sibuk melahap bibir bawah Minho.
Hampir tiga menit mereka saling bertukar saliva, lidahnya sengaja ia julurkan, memberi akses supaya Jisung bisa menghisapnya dengan mudah.
Kedua benda hangat tanpa tulang itu saling membelit satu sama lain, membuat aliran air liur muncul di sudut bibir Jisung.
Mereka bermain dengan liar namun tetap sunyi, mencoba sebisa mungkin untuk tak mengeluarkan suara berisik supaya tak menimbulkan rasa curiga dari siswa lain yang kebetulan tengah memakai toilet.
Cklekk...
Ciuman Minho dan Jisung sontak terlepas.
"A-ah m-maaf, maafkan aku. A-aku akan pergi, k-kalian lanjutkan saja."
Seorang pemuda dengan kacamata yang bertengger di hidung mungil itu seketika memundurkan langkah begitu melihat pemandangan mengejutkan dalam salah satu bilik. Niatnya langsung menghilang, sosok tersebut segera berlari menjauhi toilet tanpa memberi kesempatan kepada Minho ataupun Jisung untuk membuka suara.
Sepeninggalan pemuda tadi, sepasang kekasih itu seketika saling berpandangan, masih dalam posisi yang sama.
"Hehehe maafkan aku Ji, aku lupa mengunci biliknya tadi."
Senyum manis terukir di bibir Jisung, tapi sepertinya hal itu bukanlah pertanda baik.
Pletakk...
Dengan kekuatan penuh, Jisung langsung melayangkan sebuah jitakan pada kepala sang kekasih, membuat otak Minho sedikit bergetar, semoga saja kebodohan Minho bisa sedikit berkurang.
"Habislah kita." Jisung mengerang frustasi, sembari mengacak ngacak rambut sendiri, Jisung sibuk menyandarkan kepalanya pada pundak Minho, terus terusan melayangkan sumpah serapa yang ia ingat.
Kekehan tak berdosa dari Minho terdengar begitu menyebalkan.
Ringisan ringisan kecil mengalun di sela tawa Minho kala kakinya ditendang tendang oleh Jisung, padahal pemuda tupai itu masih berada di atas pangkuannya.
Tamat sudah riwayat Jisung, jika sang ayah mengetahui hal ini maka saat itu pula kisah Jisung akan segera berakhir.
Rasa frustasi Jisung semakin menjadi jadi kala Minho tak menunjukkan tanda khawatir sedikitpun, dengan kurang ajar dia malah kembali berbisik di telinga Jisung,
"Jangan khawatir, lebih baik kita lanjutkan yang tadi."
Oh Tuhan, sejak kapan kekasihnya berubah semenyebalkan ini?
Bahkan tanpa persetujuan sekalipun Minho kembali menciumi bilah si manis.
Terkutuklah Minho dengan segala hormon sialannya!
Jisung sangat membenci keadaan ini karena dirinya juga tak mampu menolak.
Sial, peduli setan dengan semuanya.
Jisung pasti membalas perbuatan Minho kali ini, sepertinya Minho harus menyiapkan diri, kekasihnya itu akan ia ciumi sampai kehabisan nafas.
Tunggu dan lihat saja!
FIN
Gaje banget deh aw
Hadu hadu budu dah, yang penting tamat. Btw itu kucing lebah ngomel ngomel gegara tangkepannya lepas, lucu bener dah 🤣
Tertanda, 05/11/2020
Bee, raflesia resmi tamat ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Fanfic⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...