Minho tau, sedikit kesalahan saja sudah bisa membuat Jisung mengalami sesak nafas mengingat bagaimana parahnya kondisi dari si tupai, oleh karena itu, Minho memilih untuk mengukung Jisung dalam kuasanya dengan cara yang lembut.
Tubuh mungil itu dia dorong perlahan menuju tembok sebelum akhirnya mengunci pergerakan Jisung menggunakan kedua tangan.
Tempat yang sama saat pertama kali mereka bertemu, masih sepi seperti biasa, terlebih lagi karena bel pulang yang telah berbunyi beberapa menit lalu.
Minho memandang Jisung tepat di matanya, membuat Jisung membatu tak berdaya. Tatapan Minho terlihat berbeda, seperti ada sebuah rasa sakit tak terucap yang tercermin pada kilat mata tersebut.
Jisung tahu, Minho pasti kecewa.
"Terimakasih atas rasa sakitnya Han, aku salah telah menitipkan hatiku padamu." Minho berujar lirih namun tentu masih cukup jelas untuk didengar oleh Jisung.
Tunggu, apa?
Kini mata bulat itu membola sempurna, merasa sangat terkejut dengan pengakuan tak terduga yang Minho lontarkan secara tiba tiba.
Hey, ini terlalu jauh dari perkiraan.
Tak pernah Jisung bayangkan kalimat tersebut akan terlontar dari bibir tipis Minho dan tak pernah dirinya bayangkan pula jika penyangkalan yang selama ini ia lakukan akan runtuh seketika.
"A-apa yang-"
"Lupakan saja, anggap kau tak pernah mendengarnya." Minho memotong ucapan Jisung dengan cepat. Wajah penuh luka itu ia palingkan ke samping, tak menyadari alis Jisung yang bertaut tak senang.
Minho menghembuskan nafas pelan, melepaskan kukungan pada tubuh Jisung sebelum akhirnya membalikkan badan dan berjalan pergi, jika saja tangan mungil Jisung tak menahan seragam yang ia kenakan.
"Mi-Minho-"
"Diam atau aku bisa saja lepas kendali."
Tolong siapapun bantu Jisung untuk memukul pemuda di hadapannya ini, kenapa pula Minho sangat hobi memotong ucapannya?
"Dengarkan aku."
"Lepaskan aku Ji."
Dan yah, terjadi aksi tarik menarik selama beberapa detik.
Jisung yang kesal juga muak dengan sikap Minho pada akhirnya menghempaskan tangan tersebut, berganti mencengkram kedua pundak tegap yang lebih tua lalu memandang Minho cukup tajam.
"Aku juga menyukaimu, bodoh!"
Ucapan refleks yang tak begitu buruk.
Yah lagipula untuk apa juga Jisung menyangkal lebih jauh?
Hanya akan membuatnya tertekan dan merasa frustasi, terlebih lagi, saat ini Minho juga menyatakan hal yang sama seperti dirinya, jadi Jisung pikir tindakan kali ini tidak salah sama sekali.
Ya meski hatinya masih dilingkupi ragu.
Perasaan yang muncul masih terasa asing, namun Jisung ingin merawatnya sampai mekar dan menciptakan sesuatu yang indah.
Di lain sisi, Minho justru memejamkan mata dengan erat, mencoba untuk tak menyakiti sosok yang sudah menarik perhatiannya sejak awal.
"Apakah ini bentuk sandiwaramu yang lain? Apa kau sengaja mempermainkanku? Atau hanya sebatas merasa kasihan?"
Kepercayaan yang rusak memang sulit untuk dikembalikan.
Jisung yang mendengar pertanyaan dengan nada sinis itu seketika menggelengkan kepalanya ribut, mencoba menyangkal segala pikiran buruk yang bersarang di kepala Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Fanfic⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...