[04] 🍃Tidak, Masih Ada Cara

1.2K 301 32
                                    

Jisung menghempaskan tubuh ke atas tempat tidur dengan sprai putih miliknya, kepala terasa sedikit berdenyut akibat terlalu banyak memikirkan sesuatu. Waktunya semakin dekat dan mulai besok dirinya harus mulai belajar kelompok, otomatis Jisung akan bertemu dengan dua sosok pemegang kunci utama dalam cerita kali ini.

Hyunjin dan Minho, Jisung masih bingung bagaimana cara menghadapi mereka.

Lelah, tanpa mengganti seragam terlebih dahulu, Jisung segera bersiap menarik selimut guna menyelami alam mimpi. Persetan dengan rasa lapar, yang Jisung butuhkan sekarang hanyalah tidur siang.

Namun sepertinya hal itu tak bisa ia dapatkan dengan mudah, karena gebrakan di pintu benar benar membuat tubuh Jisung tersentak karena terkejut.

"Jisung!"

Wajahnya menoleh dengan ekspresi bodoh, terlalu tak menyangka dengan teriakan dari suara berat itu.

Felix –sang pelaku kerusuhan- seketika menghampiri Jisung lalu duduk di samping yang lebih tua, sibuk mengguncang tubuh Jisung sehingga kantuk yang dirasakan hilang sepenuhnya.

Jisung berdecak kelas, menghempaskan tangan Felix lalu memandang tajam pemuda tersebut.

"Ada apa? Kenapa kau datang dan langsung membuat keributan?"

Meski tingkahnya begitu menyebalkan namun tatapan Felix membuat Jisung yakin jika ada sesuatu serius yang tengah terjadi.

Felix menghela nafas, tak menyangka akan mengatakan hal ini.

"Aku percaya padamu, tolong ceritakan secara detail."

━━━━━━━━━ ⚘ ━━━━━━━━━━
d a n d e l i o n
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


Perkataan mengejutkan dari Felix tadi membuat mereka berakhir duduk di lantai kamar Jisung yang terbalut karpet hampir di semua sisi. Tenang saja, tadi mereka sudah sempat mengisi perut, akan sangat mengganggu jika di tengah tengah cerita perut mereka justru berbunyi nyaring.

"Kenapa kau tiba tiba percaya padaku?" pertanyaan pertama setelah keheningan selama satu menit belakangan.

Felix mengedikkan bahunya acuh, "Setelah dipikir pikir, saat itu ekspresi wajahmu tak menampilkan jika kau tengah berbohong. Lagipula jika itu hanya lelucon maka kau pasti sudah mengatakannya, dan nyatanya tidak. Oleh karena itu aku memilih untuk percaya."

Jisung menganggukkan kepala paham. Meski ini sedikit terlambat tapi ia bersyukur karena pada akhirnya Felix mau mendengarkan ceritanya.

"Jadi, tolong ceritakan semua yang kau ketahui."

Dan begitulah, padang dandelion, masa depan juga tentang kematian Minho terlontar begitu saja dari bibir tipis Jisung.

Felix sendiri terlihat menyimak dengan seksama, tak membiarkan satu katapun terlewat meski beberapa kali fokusnya sempat terpecah karena hal hal mengejutkan yang Jisung katakan.

-

Menurut cerita Jisung, dulu dirinya sempat menjalin hubungan dengan Minho dan di saat yang bersamaan Hyunjin turut menaruh rasa pada pemuda manis itu. Jisung padahal sudah mengatakan pada Hyunjin namun dia tetap saja keras kepala.

Bulan bulan awal hubungan Minho dan Jisung berjalan lancar, namun seiring berjalannya waktu, gangguan dari Hyunjin terasa semakin serius. Tak jarang sepasang kekasih itu menjadi bertengkar karena kesalahpahaman yang terjadi, lalu pada suatu hari, puncak dari masalah itu datang.

Minho terbakar amarah begitu melihat Jisung yang pulang dengan keadaan kacau setelah hampir dilecehkan oleh Hyunjin, pemuda dengan bibir tebal itu terlalu terobsesi dengan Jisung hingga berani melakukan tindakan nekat tersebut. Tapi untungnya Jisung berhasil menyelamatkan diri.

Padahal Jisung sudah melarang, namun Minho tetap mendatangi Hyunjin ke apartementnya. Mereka berpapasan di tangga karena pada saat itu Hyunjin kebetulan hendak pergi membeli makanan.

Dan ya, pertengkaran itu terjadi, Jisung yang mencoba melerai secara tak sengaja terkena sikutan dari Minho, membuat tubuhnya hilang keseimbangan dan berakhir jatuh terguling dari tangga. Pelipisnya mengeluarkan darah karena tergores tajamnya ujung lantai, kepala Jisung terbentur cukup keras membuat pemuda manis itu tak sadarkan diri selama beberapa hari.

Lalu karena kalut dan merasa amat bersalah, tepat di hari pengumuman kelulusan, Minho pada akhirnya memilih menjerat lehernya menggunakan seutas tali yang ia temukan di gudang. Sungguh bodoh, namun pada saat itu pikiran Minho tengah berkabut.

Ia meninggal dengan kondisi tergantung di lab usang belakang sekolah.

Itulah saat pertama Jisung datang dengan keadaan putus asa dan berakhir diberi sebuah kesempatan kala meniup sehelai dandelion.

Kesempatan kedua berjalan, karena terlalu takut Minho akan berakhir dengan keadaan yang sama, Jisung justru membuat keputusan bodoh.

Pemuda manis itu menolak Minho dengan segala alasan dan lebih memilih menjalin hubungan bersama Hyujin. Bahkan Jisung pernah menceritakan tentang masa lalunya saat bersama Minho –yang berakhir dengan kematian pemuda terebut- namun sayang, Minho hanya menganggap hal itu sebatas bualan belaka.

Sialnya, Jisung hamil, dan Minho mengetahui hal itu.

Lalu pada suatu malam, teman Minho menghubungi Jisung dan mengatakan jika pemuda itu tengah mabuk berat, hal ini membuat hati Jisung serasa teriris, orang tersebut berucap jika kontak Jisung lah yang berada di daftar teratas ponsel Minho.

Selama semalaman Jisung mencari Minho namun sayang, orang asing menemukan pemuda Lee itu lebih awal. Tergeletak di sisi sungai dengan kepala hancur karena membetur batu terlebih dahulu.

Minho terjun bebas dari jembatan yang ada di atas sana, membuat nyawanya terenggut begitu saja.

Beruntungnya, sekali lagi Jisung masih diberi kesempatan.

Sungguh manusia yang beruntung.

-

"Tak peduli jalan apapun yang aku ambil, akhir kisah ini akan tetap sama."

Jisung mengakhiri cerita dengan helaan nafas panjang. Lagi lagi kepalanya terasa berat akibat terlalu banyak berpikir.

Di sisi lain, Felix memasang wajah seriusnya, mencoba mencari jalan keluar atas masalah yang tengah Jisung hadapi.

Pemuda dengan paras cantik itu mencoba mengesampingkan seluruh akal sehat yang ia miliki karena bagaimanapun cerita Jisung tetap terdengar sangat tak masuk akal. Bagaimana bisa seseorang kembali ke masa lalu hanya karena meniup sebuah dandelion? Terlebih lagi, Jisung melakukannya sebanyak dua kali.

"Aku sudah putus asa." Jisung kembali membuka suara, menundukkan kepala dan mengusap rambutnya kasar.

Setelah dua kejadian yang ia alami membuat Jisung semakin ragu dalam membuat keputusan. Jisung hanya tak ingin membuat kesalahan yang mengantarkan Minho pada kematian, entah apapun caranya.

Pemuda manis itu hampir terlonjak kaget saat merasa tepukan pada bahunya, tangan kecil Felix bertengger di sana.

Kala Jisung mendongkakkan kepala lalu tatap kilatan di mata Felix, bolehkan ia berharap jika kali ini dirinya akan berhasil?

"Tidak Ji, masih ada satu cara."

To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue




Tertanda, 08/11/2020

Bee, merasa hawa gak enak

Antologi; Flower Me [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang