[04] 🍀Gadis Di Taman

816 207 26
                                    

Kelas telah usai dan seperti biasa, Minho akan menyempatkan diri pergi ke taman buatan belakang kampus. Dengan earphone yang kali ini bertengger di lehernya, Minho sibuk mengutak atik ponsel guna membalas beberapa pesan dari teman temannya.

Kaki terbalut sneakers putih dengan aksen hitam tersebut kini beralih terpijak dari lantai menuju rumput menguning di taman tersebut. Suasana sore memang yang terbaik, tak peduli dengan hawa dingin yang perlahan tercipta.

Manik tajamnya berpendar, menjatuhkan pilihan pada pohon cherry tua yang masih berdiri kokoh dengan beberapa bagian telah gundul karena daun yang berguguran.

Mata Minho memicing begitu menemukan sebuah objek asing di sana, seorang gadis dengan topi rajut berwarna coklat melingkar apik pada surai hitam panjang yang sedikit bergelombang.

Minho menyerngitkan kening merasa tak nyaman, selama ini tak ada yang menempati spot favoritenya dan kini sosok asing tersebut tiba tiba saja hadir, mengusik ketenangan yang sudah Minho ciptakan untuk dirinya sendiri.

Tak ingin wilayah teritorinya diambil oleh orang lain, dan juga karena faktor malas mencari tempat lain, pada akhirnya pemuda dengan tahi lalat di ujung hidungya itu memutuskan untuk berjalan mendekat, tentu saja dengan pandangan dingin khas Lee Minho.

"Maaf tapi ini tempatku."

Benar benar kerja bagus Minho, tanpa mengucapkan apapun, kau langsung mengutarakan maksudmu.

Gadis mungil tersebut terlihat cukup terkejut, pandangannya seketika teralih ke arah Minho dengan kepala sedikit mendongkak. Tatapan kikuk dengan tangan yang berhenti menggerakkan kuas di atas kertas lukis miliknya.

Minho merasa sedikit heran, ia sangat yakin, meski sekilas namun kertas di pangkuan gadis tersebut terlihat kosong. Jadi sejak tadi ia hanya duduk diam saja? Tanpa menggambar apapun?

Sebuah senyum terulas, gadis tersebut lantas segera meminta maaf ke Minho. Padahal jelas jelas tempat ini untuk umum namun Minho dapat mengklaimnya dengan mudah.

Tak memperdulikan mahasiswi tersebut, Minho seketika mendudukkan diri di atas rumput lalu mulai memejamkan mata. Menyenderkan tubuhnya pada batang pohon dengan sebelah lutut ditekuk, menjadi tumpuan untuk tangan kanannya.

Sosok yang kemungkinan berasal dari fakultas lain itu -karena Minho tak pernah melihatnya sebelumnya- seketika mengemasi peralatan lukisnya. Cat, kertas juga kuas dan palet ia masukkan ke dalam satu tempat yang sama.

"A-aku permisi, sekali lagi maaf mengganggu."

Kelopak mata tersebut terbuka, menampilkan manik kembar kelam milik Minho. Entah dorongan dari mana, tepat sebelum gadis tadi melangkahkan kakinya, Minho menahan lengan kurus tersebut.

"Kau boleh tetap di sini, asalkan jangan berisik."

Si gadis terlihat terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya menganggukkan kepala, mendudukkan diri di samping Minho dengan canggung.

Lelaki ini sangat aneh, kenapa pula Minho menahannya saat semua peralatan sudah masuk ke dalam tas? Sosok dengan rambut bergelombang tersebut kan harus repot repot mengeluarkan semuanya kembali.

Beberapa menit berlalu dan Minho sukses terlelap, tak menyadari jika sosok asing tersebut tanpa izin mulai melukis wajah damainya.

Sangat indah, rahang tegas, alis tebal, hidung bangir, bulu mata sedikit lentik dan jangan lupakan bibir sexy Minho yang sedikit terbuka, benar benar sempurna untuk dijadikan objek lukis.

Drtt drtt...

"Ah." gadis dengan topi rajut itu tersentak begitu merasa ponsel yang berada di saku celananya bergetar pelan. Ia segera menghentikan kegiatan melukis lalu memilih untuk segera membaca pesan masuk di benda pipih tersebut.

Antologi; Flower Me [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang