Minho baru saja sampai di area kampusnya, dengan earphone yang setia menyumpal telinga juga lagu bervolume kecil yang melantun dengan indah, pemuda berhidung bangir itu membawa langkahnya menuju ruang kelas yang akan menjadi tempat belajar nanti.
Sepanjang koridor, lapangan bahkan tangga yang ia lewati, cukup banyak mahasiswi yang melirik tertarik ke arahnya, namun sayang sekali Minho terlihat sangat acuh dan dingin sehingga tak ada yang berani hanya untuk sekedar bertegur sapa.
Sebuah ruangan dengan pintu kaca geser berlapis kayu di sisi sebagai bingkai- terlihat, Minho membelokkan langkah untuk masuk ke dalam sana, merasa dinginnya AC yang seketika menerpa kulit.
Seperti biasa, Minho akan mencoba mencari kursi kosong yang ada di barisan belakang, dan seperti biasa pula, apabila jadwal mereka bersamaan, Minho dapat menemukan sosok Hyunjin dengan ponsel bercase anjing kesayangannya tengah duduk dengan serius sembari memainkan game online.
Tepat saat Minho mendudukkan diri di sebelah Hyunjin, pemuda berbibir tebal itu seketika berseru senang karena bisa mendapat booyah untuk kedua kalinya. Merasa puas juga waktu yang tak cukup jika bermain kembali, Hyunjin memilih untuk mengantungi ponselnya, lagipula kehadiran Minho sudah ia ketahui, jadi berbincang sedikit tentu tak masalah bukan.
Kening Hyunjin menyerngit seketika begitu menyadari ada yang aneh dari Minho kali ini. Memang sudah biasa apabila pemuda tersebut memasang raut dingin, namun berteman selama beberapa tahun dengan Minho membuat Hyunjin sadar jika sekarang ekspresi wajah itu lebih masam dari biasanya.
Dan hanya ada dua hal yang mampu membuat Minho memasang wajah seperti itu, sebuah kegiatan bernama 'menunggu' dan juga, sosok bernama 'Han Jisung'.
Ah ya, Hyunjin juga sama dengan Minho, dilahirkan dengan kelebihan yang mempunyai perbedaan besar satu sama lain.
Jika Minho bisa melihat maka Hyunjin bisa merasakan.
Suara, bayangan atau bahkan penampakan mereka tak bisa Hyunjin lihat, kemampuannya hanya membuat Hyunjin dapat merasakan makhluk halus yang ada di sekitarnya, hanya itu. Dan juga, kekuatan Hyunjin ini tak bisa ia nonaktifkan seperti Minho.
Bakat ini akan melekat terus hingga Hyunjin memutuskan untuk menghapuskan selamanya. Namun sejauh ini, tak ada kendala atau masalah jadi Hyunjin membiarkan dirinya bisa merasa kehadiran sosok lain di dunia ini.
Seperti sebuah radar.
"Karena Jisung?" tebak Hyunjin yang mendapat anggukan kepala singkat dari Minho.
Hyunjin menahan tawanya supaya tidak keluar.
"Memangnya kalian kenapa lagi?"
Minho hela nafas malas. Bagaimana tak kesal jika selama perjalanan ke kampus Jisung tak hentinya mengikuti Minho, lengkap dengan segala jenis ocehan tak penting yang sayangnya tak bisa Minho jawab satupun. Oh ayolah, Minho masih tak ingin dianggap gila oleh penumpang bus lainnya apabila terlihat tengah mengobrol sendiri.
"Dia berisik."
Pemuda tampan dengan tubuh tinggi itu mengulurkan tangannya guna menepuk pundak Minho pelan, "Lalu kau memarahinya?"
Minho anggukkan kepala kembali. Memang benar, begitu sudah sampai di tempat sepi, Minho segera mengusir hantu tengil tersebut dan untungnya Jisung mau menurut.
"Tapi kurasa dia masih tetap mengikutimu."
Pandangan mengarah ke wajah Hyunjin, seolah menanyakan maksud dari ucapannya barusan. Seakan mengerti, Hyunjin lantas mengedikkan dagu singkat, secara tak langsung mengisyaratkan Minho untuk menoleh ke arah yang barusan ia tunjuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Fanfic⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...