Lelaki dengan rahang tegas dan alis tebalnya berjalan memasuki kelas dengan plang bertuliskan X Bahasa 1 di atasnya, pemuda dengan pakaian kotor berantakan tersebut segera mendekat menuju ke kursi yang –sialnya- terletak tepat di pojok kanan kelas, membuatnya sering menjadi sasaran dari guru yang bertanya.
Sosok dengan surai blonde yang menempati kursi di hadapan seketika menoleh begitu menyadari keberadaannya, lelaki tampan bernama Bang Chan yang menjadi teman Minho lantas memutar tubuh untuk memusatkan perhatian kepada yang lebih muda.
"Dipermainkan oleh geng Jisung lagi?"
Minho menghempaskan bokong pada kursi kayu keras tersebut, sibuk bersandar dengan kepala yang mendongkak ke atas, mata terpejam sedangkan tangan kokoh itu sibuk memijit tangkal hidung bangirnya.
Minho mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Chan. "Yah...aku tak pernah bisa lepas dari mereka."
Mendengar gumaman tersebut, si pemuda blonde menganggukkan kepala singkat, memutar tubuh kembali ke arah depan dan lanjut mencatat materi yang tadi sempat ia tinggalkan karena perut terasa sangat lapar. Beruntung yang bertugas piket kali ini masih berbaik hati untuk tidak menghapus berbagai kalimat dasar bahasa asing di depan sana.
"Maaf Ho, aku tak bisa membantumu."
Minho tegakkan tubuh, menatap punggung lebar yang terlihat sedikit membungkuk karena kegiatan menulisnya.
"Tak masalah, lagipula aku juga tak akan membiarkanmu ikut campur."
Bukannya bagaimana, namun keberadaan Jisung itu mampu memberi tekanan yang besar bagi siswa siswi lain, padahal Jisung juga siswa baru di sekolah ini, namun karena satu dan dua hal, membuat lelaki itu cukup disegani.
Hey ayolah, hidup sanga tak adil, semua terlihat berpihak pada Jisung. Pemuda manis itu secara mengejutkan mendapat peran bagai seorang tokoh utama dalam cerita fiksi.
Anak seorang kepala sekolah sekaligus keponakan dari donatur terbesar, memang siapa yang berani mengusik Jisung jika dirinya masih berminat mengenyam pendidikan di sekolah elite ini?
Sebenarnya, tak ada perlakuan khusus yang Jisung dapatkan, ayah juga pamannya tak akan menggunakan kekuasaan mereka untuk mendukung Jisung, namun tetap saja, fakta yang sudah dijabarkan di atas tentu membuat orang orang lebih memilih untuk menjauhi si manis.
Dan ya, tentu hal ini digunakan sebagai kesempatan untuk Jisung bertindak semena mena, contoh kecil adalah mengganggu sosok Minho.
Tolong jangan berpikir bahwa Minho adalah siswa miskin yang diterima karena beasiswa atau pemuda dengan penampilan cupu berkacamata dan rambut dicepak tengah. Salah besar karena Minho jauh dari segala asumsi tersebut.
Dia sama seperti pelajar lain, bahkan sedikit berada di atas rata rata kriteria. Keluarga yang bisa dikatakan mampu, paras bak pahatan dewa yunani, dan tentu saja, otak yang tak bisa diremehkan. Minho bahkan bisa berbicara lancar dengan enam bahasa berbeda.
Sungguh keren bukan?
Lalu orang mulai bertanya tanya, apa yan telah Minho perbuat sampai sosok Jisung selalu mengganggu hari harinya bersama dengan tiga teman sialan itu?
Jawabannya mudah, semua itu hanya karena satu uluran tangan yang Minho berikan di kala itu.
"Dan juga, ini salahku karena memulai semuanya." setelah terjadi jeda keterdiaman selama beberapa saat, Minho memutuskan untuk melanjutkan kalimat tadi.
"Kau benar, andai saja kau memilih untuk langsung pergi."
Chan, salah satu sosok yang mengetahui alasan sebenarnya di balik pembullyan Jisung pada Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Fanfiction⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...