Srett...
"Hah hah...apa yang kau lakukan, bodoh!?"
"F-Felix?" Minho tekejut begitu tangannya dicekal tiba tiba oleh Felix. Tanpa belas kasihan, pemuda manis itu memutar pergelangan tangan tersebut sampai pisau yang tengah Minho pegang terlepas begitu saja.
Pemuda kelahiran September itu tentu tahu jika orang lain yang ia perlakukan seperti tadi pasti akan mengerang kesakitan, namun tidak dengan Minho, yang lebih tua masih setia menatapnya dengan pandangan kosong, menandakan seberapa buruk kondisinya sekarang.
"Kumohon Minho, jangan melakukan hal bodoh yang akan membuat Jisung sedih."
Minho seketika menundukkan kepala, tangannya yang sudah dilepas oleh Felix kini terkulai lemah di sisi tubuh.
Felix sendiri sibuk mengatur nafasnya, begitu mendapat kabar jika Minho memaksa pulang ke rumah, tanpa pikir panjang Felix segera menaiki taksi untuk datang ke rumah pemuda sialan itu, sekuat tenaga Felix berlari saat firasatnya terasa buruk.
Dan benar saja, telat tiga detik saja maka dapat Felix pastikan bahwa ia akan melihat kehancuran Jisung begitu temannya tersadar dari koma.
Tentu saja, alamat rumah ini sudah diberitahukan oleh Jisung sebelumnya. Saat Jisung datang ke rumah Felix malam itu, pemuda manis tersebut memberikan Felix arahan tentang apa yang harus ia lakukan jika situasi terburuk terjadi.
Jisung sudah menitip pesan kepada Felix untuk selalu mengawasi Minho jika saja terjadi sesuatu pada dirinya. Jisung telah mengantisipasi semua, bahkan memberi nomor telfun beserta alamat rumah Minho kepada Felix.
Benar benar lelaki cerdas dengan perencanaan yang matang. Semua sudah ia prediksi sebelumnya.
Dan beruntung, Jisung berhasil kali ini.
"A-aku-" Minho mencicit pelan, tak tahu pasti apa yang harus ia ucapkan kini.
Felix berjongkok di hadapan Minho, tanpa aba aba memberi dekapan yang selama ini Minho butuhkan.
"Ini bukan salahmu."
Kalimat itu, sebuah kalimat yang ingin Minho dengar, jauh dari sisi tergelap yang ia miliki.
Satu buah ucapan sederhana yang terasa mengangkat sebagian beban Minho.
Layaknya anak kecil yang tengah mengadu ke sang ibu, Minho membalas pelukan Felix lalu menangis dengan cara paling menyedihkan yang ia bisa.
"Jisung melarangmu untuk pergi, apapun yang terjadi."
━━━━━━━━━ ⚘ ━━━━━━━━━━
d a n d e l i o n
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Jisung terbangun di atas batu besar yang terletak di bawah sebuah pohon rindang. Mengerjapkan mata beberapa kali, kini tubuh mungil itu memaksa untuk mengubah posisinya menjadi duduk.
Jisung tertegun begitu manik matanya menyapu ke penjuru tempat ini, indah.
Posisi Jisung yang lebih tinggi membuat pemuda manis tersebut bisa melihat dengan lebih jelas. Sebuah danau super jernih dengan pantulan cahaya mentari di atasnya, rumput segar sepanjang mata memandang, kelinci, tupai, burung bahkan rusa juga turut terlihat.
Tempat ini dikelilingi oleh pohon pinus yang menjulang tinggi, di beberapa bagian terdapat tanaman tanaman yang Jisung pikir hanya ada dalam kisah fiksi saja. Mulai dari tanaman normal -seperti lavender, dandelion juga ilalang- sampai tumbuhan aneh -pohon melengkung dengan dedaunan bak gulali juga buah berwarna warni-.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Fiksi Penggemar⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...