Dua minggu berlalu begitu saja tanpa terasa, ujian bahkan telah selesai dilaksanakan dan kini yang bisa mereka lakukan hanya menunggu hasil sembari berdoa supaya mendapat nilai memuaskan.
Momen momen seperti ini begitu terasa menyenangkan sekaligus mendebarkan, mereka bisa terbebas dari pembelajaran namun tetap saja merasa was was, belum lagi fakta tentang ujian masuk universitas yang akan diadakan tak lama lagi.
Tapi setidaknya masih ada sedikit waktu untuk bersantai.
Sembari mengemut sendok berlapis selai, Jisung sibuk mengetikkan beberapa pesan di ponsel miliknya, pemuda manis itu duduk bersila di atas kursi ruang makan, menunggu untuk mendapat ceramah dari sang mama jika beliau sampai melihat kelakuan anaknya.
Jisung tak terlalu memperhatikan keadaan sekitar, pesan demi pesan yang Minho kirim jauh lebih menarik.
Selama dua minggu itu pula hubungan mereka kian dekat semakin harinya, bahkan tak jarang Minho akan menjemput Jisung ke kelas hanya sekedar untuk makan siang di kantin. Jisung bahagia, sangat.
Dan jika kalian bertanya tanya tentang Hyunjin, pemuda itu benar benar menjaga jarak dengan Jisung. Selama belajar kelompok pun Hyunjin hanya akan berbicara seadanya, lebih memilih untuk fokus menjawab soal.
Selain itu, pemuda Hwang tersebut juga disibukkan dengan kehadiran sosok adik kelas yang sering mengikutinya kemanapun, hanya karena Hyunjin sempat meraih nilai tertinggi saat try out.
Sosok lelaki manis pemilik mata rubah bernama Jeongin mulai mengganggu hari harinya, karena nilai yang benar benar mengerikan membuat Jeongin dengan nekat ingin belajar bersama kakak kelas yang bahkan tak ia kenal sebelumnya.
Hyunjin sempat pusing menghadapi kelakuan yang lebih muda, namun lama kelamaan mereka juga terlihat akrab, bahkan beberapa kali terlihat menghabiskan waktu bersama.
Jisung bisa bernafas lega, setidaknya Hyunjin mendengarkannya kali ini.
Alih alih menyakiti diri karena terus menaruh harapan pada dirinya, Jisung jauh lebih senang melihat Hyunjin yang bisa tertawa lepas bersama dengan orang lain.
Setidaknya lelaki tampan itu bisa mendapat kebahagiaannya meski tak bersama Jisung.
━━━━━━━━━ ⚘ ━━━━━━━━━━
d a n d e l i o n
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Malam hari, tubuh mungil terbalut selimut hangat tersebut bergerak gelisah kala mendengar ponselnya berdering cukup keras. Dengan malas Jisung terpaksa bangun dari tidur, mengulurkan tangan guna meraih benda pipih yang tergeletak di atas nakas.
Pemuda menggemaskan itu merutuk pelan, ia lupa mengaktifkan mode hening, padahal jika tak ada telfun masuk, dapat dipastikan jika Jisung kini sudah terlelap dalam mimpinya.
Mata yang semula terbuka setengah seketika berubah membelalak begitu melihat nama siapa yang tertera di layar ponsel.
Itu Minho.
Kening Jisung menyerngit, kenapa pula Minho menghubunginya malam malam seperti ini?
Mengabaikan pertanyaan tak penting yang muncul di kepala, Jisung segera menggeser ikon berwarna hijau guna mengangkat panggilan dari sebrang.
"Hallo."
"Hay, sudah tidur?"
Jisung mengulum senyum yang dengan kurang ajarnya justru terulas tanpa diminta.
"Ah, belum. Ada apa Minho?"
Hm mari ingatkan Jisung siapa yang sempat merutuk tadi karena tidurnya terganggu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi; Flower Me [Minsung] ✔
Fanfiction⌗Antologi; Flower Me Menghadirkan antologi fanfiction dengan empat judul berbeda. •──────── f l o w e r m e ─────────• Yang bisa Jisung lakukan hanya berharap pada keajaiban dandelion. ↬dandelion. Minho belajar membuat origami kertas supaya pemuda...