ASSALAMUALAIKUM GUYS.
KEMBALI LAGI DENGAN AKU.
INI CERITA KEDUA AKU.
SEMOGA KALIAN SUKA YA.
VOTE DAN KOMEN.
HAPPY READING.
Alana terbangun dari tidurnya saat mendengar suara tangisan bayi yang berada di samping Alana. Gadis itu menghela napasnya berat. Sudah satu minggu sejak Alana menemukan bayi ini dan sudah melaporkan pada pihak yang berwajib, tetapi belum juga menemukan orang tua yang tega membuang bayi semungil ini.
Bahkan tak ada surat ataupun secarik pesan yang tertinggal di dalam keranjang bayi itu. Dengan teganya, bayi itu hanya terbalut kain tipis yang menghiasi tubuh mungilnya agar sedikit merasa hangat.
Sebenarnya pihak polisi sudah menyuruh Alana untuk mengantar bayi laki-laki itu ke panti asuhan karena mereka takut jika masa sekolah Alana terganggu dengan mengurus bayi.
Apalagi Alana tinggal di rumah hanya seorang diri. Orang tuanya yang gila kerja sangat tidak mempedulikan keadaan Alana saat ini. Tetapi jika masalah uang ataupun kebutuhan lainnya, orang tuanya selalu mengirimi uang setiap bulan. Jadi Alana tidak repot-repot bekerja lagi.
"Udah dong sayang. Jangan nangis lagi ya? Kakak nggak tau harus gimana lagi." Alana mencoba menenangkan bayi laki-laki itu agar tangisnya segera reda. Tetapi bukannya reda, bayi mungil itu justru menangis sangat kencang membuat Alana kalang kabut.
"Aduh gimana nih?" tanya Alana panik.
Untung saja hari masih siang hari dan tidak terlalu panas. Cuaca sangat mendukung untuk Alana singgah di teras untuk menenangkan bayi mungil itu.
Oh iya! Alana belum sempat memberi nama bayi mungil itu karena ia pusing dengan nama yang cocok untuk bayi mungil itu.
Alana semakin resah saat bayi mungil itu tak diam-diam. Susu formula pun sudah ia buatkan agar bayi itu diam. Tetapi tidak diam tetapi malah semakin kencang.
Ia takut jika para tetangga memiliki pikiran negatif karena bayi mungil itu yang seperti baru lahir. Dan mereka pasti berfikiran yang tidak-tidak tentang Alana yang selalu bersikap sopan dan ramah pada semua orang. Siapa yang tidak kaget jika tahu-tahu anak sebaik Alana memiliki seorang bayi mungil. Pasti mereka semua akan kaget dan pasti akan menyebar gosip yang tidak-tidak dan membicarakan Alana yang tidak-tidak juga.
"Woi jangan berisik!" teriak seorang laki-laki yang berada di pintu gabungan dari rumah tetangga Alana.
Cowok itu menghampiri dengan wajah kesalnya. Tidur siang nyamannya terganggu saat mendengar suara tangisan bayi yang cukup keras.
"Anak lo kenapa sih, nangis mulu! Pengang nih kuping gue!" gerutu cowok itu membuat Alana mencebikkan bibirnya kesal.
"Ngapain lo kesini?" sinis Alana seraya menepuk pantat bayi mungil itu agar diam.
"Anak lo berisik! Tidur gue keganggu!"
Cowok itu mengamati wajah Alana yang tampak familiar baginya. Setelah mengerti siapa Alana, ia langsung membulatkan matanya terkejut.
"Lo Alana Tiramahdi anak XI IPA 3 kan?" Alana mengangguk malas.
Cowok di depannya ini adalah, Nauval Gibran Pratama. Teman satu sekolah Alana yang terkenal dengan keburukan sikapnya yang membuat semua guru-guru tampak frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM ALANA
Teen FictionHidup Alana berubah ketika ia harus menjadi seorang ibu di usianya yang masih terbilang cukup muda. 17 tahun. Bayangkan saja, di usianya yang masih belasan harus menjadi seorang ibu dan mengurus seorang anak. Bukan, dia bukan hamil di luar nikah. Na...