Taehyung -10 Juli tahun 22

169 27 0
                                    

Aku terbangun, terkejut karena Namjoon mengguncang bahuku. "Kau baik-baik saja?" Aku melihat tatapannya yang cemas, tapi tak bisa membuka mulut untuk menjawabnya. Aku sudah mengalami banyak mimpi buruk, tapi ini pertama kali aku merasa setakut itu. Kosng dan hampa, aku melihat ke handuk ia sodorkan kepadaku.

Saat aku berhenti berkeringat, aku mengingat-ingat di mana dan bagaimana aku bisa di sini. Aku ke kontainer Namjoon untuk menghindari ayah yang mabuk semalam. Aku takut tidur. Itu dimulai saat aku menyadari bahwa mimpi burukku entah bagaimana terhubung ke realita.

Setiap mimpi sangat mengerikan terutama tentang Seokjin. Mimpi-mimpi itu seakan menuntut sebuah jawaban dariku. Seakan mereka memberitahuku bahwa ada masalah dan aku harus memperbaikinya. Tapi aku tidak bisa melakukan sesuatu sendiri.

Di dalam mimpi, aku melompat ke api yang berkobar. Aku melihat kontainer Namjoon. Preman bayaran datang mengayunkan pipa besi, dan orang-orang yang tinggal di sana berlari dan jatuh ke tanah. Diantara mereka, aku melihat Namjoon dengan masker hitam. Ia berlari ke sebuah kontainer dan kemudian seorang bocah laki-laki terlempar dari sana. Selanjutnya, seseorang berteriak dan api membumbung tinggi dari dalam kontainer itu.

"Namjoon belum keluar. Dia masih di dalam!" Aku berteriak tapi tak ada suara, tak ada kata yang keluar. Aku ingin berlari kepadanya, tapi kakiku hanya menendang udara. Semua menjadi lambat dan aku tak bisa bernapas. Dan seseorang jatuh ke tanah. Orang-orang berbisik. "Apakah ia mati? Benar-benar mati?"

Adegan di mimpi berpindah ke Seokjin. Dia sedang duduk di tengah ruang rapat. Dia menatap pemandangan malam dari jendela. Duduk di sofa dengan mata yang terpaku ke jendela. Wajahnya dingin dan matanya yang tak bernyawa tidak benar-benar melihat apapun.

Sungai Yangji adalah salah satu yang ia lihat. Di seberang sungai adalah gedung apartemen di Kota Munhyeon. Tepat di bawahnya adalah gedung-gedung terang yang berjejer. Aku melihat sebuah baliho untuk kopi kaleng di salah satu atap gedung, dan di belakangnya adalah gedung komersial dengan logo empat daun semanggi (clover) yang terpajang di lantai kedua. Jendela bergoyang karena embusan angin di luar. Bulan tua terlihat seperti bulan sabit terbalik yang bergantung di langit. Itu terlihat sekecil potongan kuku.

Seokjin menelepon seseorang, mengucapkan satu-dua kata, dan menutupnya. Sesaat kemudian, lampu seluruh gedung padam. Dunia di luar jendela menjadi gelap gulita dalam sekejap. Itu adalah gelap yang menakutkan bukan karena dunia luar yang menjadi tak terlihat, tapi seakan dunia musnah, bukan hanya gedung-gedung ataupun kota. Seokjin tersenyum puas. Dia berdiri dan berjalan ke pintu. Saat itu mata kami bertemu. Tidak, kupikir itu terjadi tapi ia berjalan melewatiku. Tak bisa menggerakkan ototku, aku hanya melihatnya melangkah keluar.

"Bisakah kau menemukan tempat itu?" Namjoon bertanya mengusap dagunya. Aku menggeleng. Aku melihat Sungai Yangji di mimpi tapi kau bisa melihat sungai itu dari manapun di Songju. "Pikirkan baik-baik. Kira-kira kau di lantai berapa? Ada yang menarik selain pemandangan di luar jendela? Atau kau mendengar sesuatu?"

"Lagipula kenapa?" Mendengarnya Namjoon menjawab, "Untuk menemukan tempat itu." Aku menatapnya. "Tempat itu? Kenapa?" "Karena...." Dia tidak menyelesaikan tapi berkata,

"Taehyung, apakah kau pikir itu akan terjadi? Hal-hal yang kau lihat di mimpimu. Seokjin menelepon dan Songju menjadi gelap gulita...tidak, maksudku menghilang?"

Aku tidak bisa langsung menjawabnya. Saat aku berpikir tentang segala hal yang sudah terjadi sejauh ini, mimpi burukku memang menjadi kenyataan. Tapi aku tidak yakin itu akan terjadi lagi. Namjoon berkata, "Kau tidak yakin, 'kan? Jadi ayo pergi dan melihatnya. Jika memang tempat itu ada. Jika memang itu akan terjadi, kita harus mencari tahu apa yang harus kita lakukan."

Aku mengangguk. "Ada banyak gedung. Mereka terlihat seperti kantor, bukan restoran. Aku bisa melihat turun gedung setinggi empat atau lima lantai, jadi gedung itu pasti setidaknya setinggi tujuh lantai. Aku melihat baliho untuk kopi kaleng dan logo clover."

Namjoon berkata, "Clover? Itu adalah logo pasar dekat panti asuhan Hoseok," "Tidak, itu hanya tiga daun." "Benarkah? Kurasa aku pernah melihatnya di suatu tempat," jawab Namjoon kebingungan.

Ia menyarankan untuk mencari baliho itu. "Area dengan banyak kantor itu di dekat City Hall atau pusat kota dekat Gooan-dong. Kita bisa mulai mencari gedung 7 lantai di sana. Ayo pergi sekarang karena kita harus menelusuri banyak tempat."

Angin malam terasa dingin saat kami keluar dari kontainer. Kami masuk ke bus menuju City Hall dulu. "Menurutmu ada berapa gedung 7 lantai di Songju?" "Aku tak tahu. Pasti ada banyak." "Banyak? Tidak hanya banyak. Banyak, banyak. Bagaimana bisa kau hanya mengatakannya seperti itu?" Mendengarnya Namjoon tersenyum dan berkata, "Aku tahu. Tapi apalagi yang bisa kau katakan selain itu?"

Aku ragu Namjoon benar-benar percaya apa sudah kukatakan padanya. Entah ia hanya mengikutiku tanpa mempercayai satupun perkataanku. Mungkin karena itu ia bisa dengan santai membicarakannya. Bus bergerak melewati rel kereta api. Kota tua dengan cepat menjauh dan dalam sekejap kami sudah berada di kota yang dipadati gedung-gedung.

Kami turun di dekat City Hall dan melihat-lihat di sekitar halte. Ada banyak gedung di kedua sisi jalan. Dan lebih banyak lagi di blok selanjutnya. Dan baliho yang tak terhitung banyaknya. Aku tak tahu harus mulai dari mana.

Namjoon berkata, "Ayo pergi ke sana. Kau mencari di sana, dan aku akan mengambil sisi ini." Kami menyisiri kedua belah jalan. Ada baliho minuman energi, biskuit, dan asuransi, dan bahkan layar besar yang menayangkan berita. Aku memang melihat baliho kopi kaleng, tapi itu tidak sama dengan yang di mimpi.

Namjoon bertanya, "Kau bilang kau melihat Sungai Yangji? Mungkin itu sungai lain? Di kota yang jauh di suatu tempat?" Aku menggelengkan kepala. Itu bukan kota lain. Itulah kurang lebih keyakinanku.

BTS HYYH The Notes 2 [Indonesian ver.]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang