Hoseok-31 Juli tahun 22

138 28 0
                                    

Beberapa hari yang lalu, aku menaiki roket. Itu adalah hari setelah aku menelepon dalam sakit. Dengan kaki yang digips, aku tak berarti apa-apa selain sebuah gangguan di tempat kerja dan ruang latihan. Aku terbangun di pagi hari, tapi tak ada tempat yang bisa kudatangi. Aku keluar hanya kerena kebiasaan. Dan juga, karena panas dan ruang rooftopku menjadi sangat lembab. Dari jembatan, aku sedang melihat roket diluncurkan saat tiba-tiba muncul dorongan untuk ke stasiun. Aku membeli tiket untuk menaiki roket.

Aku tidak berpikir untuk pergi ke sebuah kosmopolitan besar, kota peninggalan sejarah yang menakjubkan, ataupun alam yang luas. Aku tidak mengemas tasku dengan destinasi di pikiranku. Aku hanya ingin pergi ke mana saja selain Songju. Aku tidak menaiki roket dengan ekspetasi tinggi. Dengan tiket murah di tanganku, aku naik ke kereta seperti sebuah kopor yang dibawa tanpa sebuah tujuan. Aku tidak mau berpikir tentang apapun. Kuharap aku tidak punya masalah dan tidak memerlukan solusi.

Pergelangan kakiku tidak membaik. Karena aku pergi berkeliling ke banyak tempat untuk membela panti, pergelangan kakiku sekarang lebih bengkak. Aku mencoba menempelkan perban kompresi tapi tak banyak membantu, jadi aku digips. Bahkan tidak ada harapan sedikitpun panti akan dipindah. Ya...sudah jelas bahwa orang sepertiku tidak bisa melakukan sesuatu tentang itu. Kupikir Seokjin adalah harapan terakhirku, tapi dia berhati batu.

Tujuan kereta adalah Hago, tempat untuk restoran baru Two Star Burger. Aku belum memutuskan untuk bekerja di sini. Aku memilih tempat ini diantara nama lain stasiun karena aku familiar dengan namanya. Perjalanan roket akan memakan waktu 2 jam, dan kotanya kurang lebih sebesar Songju.

Roket melaju melintasi sungai. Setelah melewati City Hall, kereta berlari melalui area yang didesain untuk pembangunan kota baru. Membuat belokan tajam dan Songju menghilang dari pandanganku. Aku tidak menegok ke belakang. Aku terus menatap ke depan.

Kesan pertamaku pada Hagok adalah itu sangat Songju, tapi lebih hidup. Aku bergegas turun dari peron, tapi setelah itu aku berjalan pelan di belakang orang-orang. Berjalan pelan bukan seperti aku.

Tapi aku berjalan pelan sehingga kecepatanku mengganggu arus kerumunan. Aku bertingkah seakan aku telah ditentukan untuk melakukan hal yang tidak biasa kulakukan. Aku bergerak dengan mengabaikan semua orang di sekitarku. Aku makan makanan pedas yang tidak biasa aku makan, dan membayar tanpa mengatakan bahwa makanannya enak. Saat tidak ada orang di jalan, aku meludah ke tanah.

Aku sampai ke tempat untuk restoran baru dengan mengikuti online map. Itu terletak di lantai pertama sebuah gedung di sebelah sebuah SMA. Di sebelahnya toko alat tulis dan tempat gimbap 24 jam. Sangat lucu karena lingkungannya mirip dengan restoran di Songju.

Saat aku mengira-ngira dimana aku akan tinggal jika aku bekerja di sini, aku menabrak seseorang. "Aku minta maa...." Aku berhenti di tengah dan menatapnya seakan berkata itu salahnya. "Perhatikan jalanmu." Jung Hoseok di Hagok akan berbuat semaunya selama 24 jam. Dia adalah berandal, idiot, dan bajingan.

Aku membayangkan bajingan ini selama lima detik. "Bukankah kau Hoseok?" Aku kenal dia. Kami dulu di klub tari yang sama saat SMP. Dan kami bekerja bersama di Two Star Burger saat SMA. Aku sadar bahwa nama Hagok terdengar tidak asing karena dia juga.

Kami tetap bertukar kabar bahkan setelah dia pindah ke Hagok. Satu atau dua bulan yang lalu, dia mengirim pesan: Kami mendorong diri kami sampai mati untuk bersiap tampil di Pusat Budaya Hagok musim panas ini. Pertunjukan itu malam ini. "Dan kami akan tampil seminggu. Datanglah malam ini kalau kau punya waktu." Pusat Budaya Hagok terletak tepat di sebelah gedung restoran baru.

Aku menunggu dua jam untuk melihat pertunjukan yang berakhir biasa saja. Ada beberapa bagian yang bagus dan ada yang bisa lebih bagus. Untuk setiap gerakan, aku berpikir kira-kira bagaimana aku akan melakukan atau mengubahnya. Setelah pertunjukan, temanku menghampiri dan bertanya dengan pelan, "Bagaimana menurutmu?" Aku memberikan dua jempolku seraya berdiri.

BTS HYYH The Notes 2 [Indonesian ver.]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang