Hoseok-11 Agustus tahun 22

145 29 0
                                    

Seokjin mengirimi kami pesan untuk bertemu di kontainer Namjoon. Aku meninggalkan restoran dan mempercepat langkahku. Sudah jam sepuluh lewat, tapi kami masih di tengah musim panas. Udara di kota tidak mau turun sedikitpun.

Dokter memperingatiku untuk tidak memaksa kakiku saat melepaskan gipsnya. Tapi aku sedang buru-buru. Apa yang ingin Seokjin bicarakan dengan kami? Kami akan bertemu pertama kali setelah di kelas hari itu. Apakah ada kabar tentang rencana pembangunan ulang? Akankah dia menjelaskan apa yang terjadi padanya?

Aku mengirim pesan terpisah ke Jungkook, tapi dia tidak membalas. Aku meneleponnya tapi dia mengangkatnya lama. Dia pasti di PC room karena sangat berisik. "Pasti ada yang ingin Seokjin sampaikan ke kita, Jungkook," kataku padanya.

"Kau yang terakhir." Kami mencibir Jungkook karena menjadi orang terakhir yang sampai. Kami semua di dalam kontainer. "Bukankah ini terlalu panas?" Saat seseorang berkata itu, kami keluar dan duduk di sofa belakang. Sofa itu, yang sudah berkali-kali basah dan membeku, sudah cukup hancur. Saat Taehyung melompat ke sana, debu beterbangan dan kain sudutnya robek. Yoongi mundur ke belakang.

Kami bertujuh bersama, tapi kami tidak segaduh dulu. "Mungkin kita harus menyalakan api unggun? Saat Taehyung berkata begitu, Namjoon yang sudah terbiasa dengan leluconnya menjawab, "Ini pertengahan musim panas, Taehyung." Seokjin duduk dengan diam. Dia terlihat serius, tapi dia tidak terlihat seaneh atau tidak beremosi seperti sebelumnya. Sebenarnya, dia lebih terlihat letih.

"Apa? Yoongi dikeluarkan dari sekolah karenamu? Kau yang mengadukannya ke kepala sekolah?" Aku bertanya padanya, terkejut. Seokjin mulai memberitahu kami apa yang terjadi saat SMA dulu. "Apa yang kau katakan sebenarnya?" Saat aku menekannya, Namjoon memegangku dan menyuruhku berhenti.

Seokjin melanjutkan. Tentang keluarganya, dia yang tumbuh di Amerika, dan hari pertama dia bertemu kepala sekolah setelah kembali ke Songju. Tidak ada yang berbicara. Keringat turun ke belakang kami tapi tidak ada yang berpikir untuk mengipasinya. Aku melihat ke Yoongi. Orang yang diceritakan Seokjin.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya karena dia menundukkan kepala. Tahun-tahun sudah berlalu sejak itu. Kalau dia tidak dikeluarkan, apakah semua akan berbeda untuknya?

Akhirnya, Yoongi membuka mulut. "Itu semua masa lalu, tapi akan lebih baik jika kau memberitahuku ini sejak dulu." Seokjin berkata dia minta maaf, dan Yoongi mengangguk.

Pengakuan Seokjin terlihat seperti penutupan tentang apa yang terjadi pada Yoongi, tapi tidak juga. Itu terjadi di masa lalu, tapi karena itu hal di masa sekarang berubah. Dan itu juga sama untuk Yoongi dan Seokjin. Hanya mengatakan semua baik-baik saja bukan berati itu baik-baik saja. Mereka mungkin harus memikirkan itu selama beberapa jam dan sampai pada kesimpulan, atau itu akan tetap bersama mereka selamanya.

"Besok, aku berencana memberitahu semua orang semua tentang rencana pembangunan ulang," Seokjin berkata sambil mengeluarkan setumpuk kertas dari tasnya. "Perjanjian dengan polisi bukanlah apa-apa. Korupsi antara pemegang kekuasaan di Songju dan ayahku sungguh di luar imajinasi semua orang," dia memberitahu kami dengan suara rendah. "Kurasa tindakanku kedepannya akan mengatasi banyak hal, tapi aku tak yakin bagaimana semua akan terjadi."

Setelah melihatku dan Namjoon, Seokjin berkata, "Apa yang akan aku katakan sekarang lebih rumit dan aneh. Aku tak yakin kalian akan mempercayainya. Ini akan sulit dipercaya, tapi Yoongi benar. Inilah saatnya aku memberitahu kalian."

Seokjin mengambil napas dalam dan mulai memberitahu kami ceritanya: mengetahui malapetaka kami di masa depan setelah dia kembali dari Amerika, kucing yang ditemuinya di pantai, perjanjian untuk mengulang waktu, dan semua yang dialaminya lagi dan lagi sejak itu. Peta jiwa dan harga yang harus dibayar--kehilangan ingatannya.

Aku tak tahu sejak kapan badai pasirnya bertiup. Seokjin melanjutkan ceritanya, dan seperti yang dikatakannya, itu semua sulit dipercaya. Dia benar-benar bisa memutar balik waktu? Apakah itu mungkin? Dia bisa memutar kembali apa yang sudah terjadi? Jungkook, Yoongi, dan Jimin terbunuh? Aku jatuh dari tangga dan tidak bisa menari lagi, dan Taehyung yang masuk penjara? Itu benar-benar terjadi? Lagi dan lagi?

Aku tak tahu apakah badai pasir dimulai saat Seokjin bercerita atau bukan. Mungkin itu dimulai saat dia mulai menceritakan kisahnya, atau mungkin tidak ada badai pasir sama sekali.

Angin semakin kuat seraya Seokjin melanjutkan ceritanya. Kami hampir tak bisa membuka mata dengan pasir yang berterbangan di sekitar kami, sofa yang kami duduki, kontainer Namjoon, dan mungkin seluruh kota. Kami berakhir dengan memejamkan mata, mengusap air mata karena pasir.

Kami tidak bisa melihatnya dengan mata, tapi kami bisa merasakannya. Seakan kami mengalaminya sendiri. Sesuatu berkedip saat waktu mulai kembali ke masa lalu, suara jendela yang pecah, ruangan dengan cahaya matahari, dan apa yang Seokjin lihat saat membuka mata di kamarnya.

Suara api dari pemantik dan aliran bensin, atap bangunan yang masih dalam pembangunan, kecepatan seseorang yang jatuh bebas ke pemandangan malam Songju, momen dimana dunia terbalik saat tulang pergelangan kaki hancur, suara mati lemas saat dia diseret lebih dalam ke air, langit biru yang dia lihat di gedung pengadilan, amarahnya yang lepas saat dia berlari, darah yang tidak bisa dibasuh dari tangannya, waktu kembali mundur lagi, sesuatu berkedip, Seokjin berlari, jendela pecah lagi, kalender yang dibalik, Yoongi, Namjoon, aku, Jimin, Taehyung, dan Jungkook lagi, dan cahaya lagi.

Seokjin berdiri sendiri di pantai, momen mengerikan itu berlanjut tak terhitung, Seokjin berlari lagi dan lagi. Sebuah foto polaroid. Kami bertujuh berdiri di pantai.

Di badai pasir, aku akhirnya mengerti. Apa yang telah terjadi pada Seokjin, pilihan yang telah dibuatnya, kesalahannya, dan waktu tak berujung yang telah dia lalui lagi dan lagi untuk kami. Dan alasan dia kehilangan ingatan dan perasaannya.

Aku perlahan membuka mataku. Masih pertengahan musim panas dan aku masih di Songju. Tidak ada yang berubah dari awal. Udara terasa panas dan sofa terasa berpasir. Sebuah kaleng menggelinding menjauh ke belakang kontainer. Tidak ada yang bersuara. Badai pasir menghilang tanpa jejak dan bulan tergantung di langit malam.

Aku ingin mengatakan aku minta maaf dan bersyukur, tapi bibirku tak mau bergerak. Tidak, kata-kata itu tidak bisa memulai untuk mengekspresikan perasaan yang kupunya.

BTS HYYH The Notes 2 [Indonesian ver.]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang