Yoongi tidak kembali ke studio hari itu. Aku dan Jungkook tidak tahu mengapa ia sangat kesal. Kami memang gaduh, tapi tidak pernah melewati batas. Dan lagi, ia memang tak pernah mengizinkan kami untuk melewati batas itu.
Aku meninggalkan rumah dengan berat hati, berpikir bahwa aku harus berbicara dengannya. Aku berjalan sambil menendangi kerikil. Aku mencoba menyalakan pemantik yang kuambil di studionya. Dari api itu aku dapat melihat wajah Yoongi di mimpiku. Wajah berkerutnya di tengah api, sedang menunggu kematian.
Studio Yoongi berada di area yang sudah dikosongkan dan dijadwalkan untuk pembangunan ulang. Saat aku berbelok di sudut jalan, aku melihatnya keluar dari studio. Aku memanggilnya, tetapi ia tak mendengar dan menghilang di sudut jalan. Aku berlari dan meneriakkan namanya, tapi ia tak ada dimanapun.
Ke mana ia pergi? Aku melihat ke sekeliling dan menemukan Seokjin di dalam mobilnya di kejauhan. Aku membeku. Dunia seakan menjadi hening. Semua seakan berhenti bergerak. Kecuali jantungku yang berdetak sangat kencang. Itu adalah wajah yang kulihat di mimpi. Aku mengingatnya. Peta di tembok kamar Seokjin. Sebelah kanan kantor polisi Songju. Tempat yang ia tandai. Di sinilah tempatnya.
Aku berjalan menuju mobilnya. Seokjin sedang menelepon. "Detektif, aku Kim Seokjin. Kita bertemu sebelumnya." Aku mendengar dari jendela yang terbuka. "Ya, Kim Taehyung. Kurasa kau kenal dia. Jika ia terlibat masalah lagi, tolong hubungi Jung Hoseok. Ya, Jung Hoseok. Nomor teleponnya...."
Aku membuka pintu mobilnya. "Apa yang kau katakan?" Seokjin terkejut melihatku. Ia bergumam sesuatu dan melihat jam tangannya, kemudian melihatku. Aku juga tercengang dan melepas pegangan pada pintu mobil. Seokjin tak punya ekspresi sama sekali seakan-akan seseorang sudah menghapus itu dari wajahnya. Aku merinding. Aku merasa kedinginan hingga gigiku bergemelatuk. Ini musim semi. Tak ada angin sama sekali, tapi aku merasa membeku.
"Apa maksudmu?" Seokjin berkata sambil keluar dari mobil. "Kau menyebut namaku tadi di telepon. Dan mengapa kau bisa di sini?" Seokjin mulai berjalan dan berkata, "Ikut aku." Aku mengikutinya hingga ke sebuah gang. Tak ada sinar matahari di situ. Seokjin yang terselimut bayangan gedung-gedung melihatku. Aku berkata, "Jelaskan saja padaku. Aku melihatmu menandai tempat ini di peta. Sedang apa kau di sini?"
Ia meringis. Ia melihat ke belakangku dan melihat lagi jamnya. "Apakah kau juga melihat sesuatu di mimpimu sepertiku? Jungkook terjatuh dan Namjoon...." Seokjin mengusap wajah dengan tangannya seolah letih. "Kim Taehyung, kau tak tahu apapun." Saat itu juga aku mendengar suara langkah kaki yang berlari cepat di belakangku. Seokjin melihat ke arah itu dan berlari keluar gang dengan wajah marah.
"Ke mana kau pergi?" Seraya berteriak, aku melihat asap yang membumbung tinggi. Dalam sekejap aku teringat apa yang terjadi mimpiku. Yoongi yang sekarat di tengah asap dan api, dan pemandang di luar jendela tempat Yoongi. Tempat itu di sini. Asap semakin menebal. Aku melihat sekitar dan mulai berlari. Yoongi mungkin berada di dalam.
Ketika aku sampai di ujung gang, aku melihat Jungkook berlari ke tempat itu. Jungkook pasti ada di sini untuk mencari Yoongi juga. "Jeon Jungkook!" Aku terjatuh saat memanggil namanya dan kakiku terkilir. Sikuku terbentur tanah dengan sangat keras. Aku mencoba berdiri tapi tak bisa. Aku tak bisa berlari. Asap menjadi semakin tebal dan aku dapat melihat api berkobar dari jendela. Aku menggertak gigiku dan berjalan menyeret kakiku yang sakit. Tapi seseorang menarik dan mendorongku masuk ke mobil. Itu Seokjin. "Apa yang kau lakukan? Yoongi ada di dalam situ!" Aku berusaha mendorongnya menjauh, tapi ia tetap kukuh. "Tunggu sebentar. Ambulans akan tiba tak lama lagi."
"Jungkook! Jeon Jungkook!" Aku berteriak, tapi ia tak mendengarku. Tak lama kemudian, Jungkook berputar balik seperti mengingat sesuatu. Ia kembali dan memungut sesuatu yang terlihat seperti secarik kertas di tanah di depan motel. Aku berteriak lagi, "Jungkook! Yoongi ada di dalam sana!" Jungkook mengangkat kepalanya dan melihat ke arahku. Kemudian ia lari masuk ke dalam motel.
Aku menoleh ke arah napas Seokjin. Aku baru sadar ia masih memegangi lenganku dengan erat. Ia menggenggamnya dengan sangat erat sampai aku kesakitan. Aku menarik diriku dari cengkramannya dan keluar dari mobil. Kali ini ia tak berusaha menahanku. Aku mendengar suara sirine menuju kemari. Jungkook berjalan keluar motel terseok-seok dengan Yoongi di punggungnya. Pemadam kebakaran dan ambulans tiba tak lama kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS HYYH The Notes 2 [Indonesian ver.]✅
FanfictionTerjemahan The Notes 2 Inggris-Indonesia Unofficial translation of course, so I cannot guarantee the content :)