Jungkook-3 Agustus tahun 22

155 27 0
                                    

Aku terbangun dan menemukan teman-temanku sedang tidur. Namjoon tidur dengan tas yang masih terpakai, dan Yoongi dan Hoseok tertidur bersandar ke dinding dengan kepala mereka yang saling bersandar. Jimin tertidur di atas dua meja yang disatukan.

Saat Taehyung membuka tirai, sinar matahari memenuhi ruangan. Aku menutup mataku dengan tangan dan berkata, "Tolong ditutup." Dan mereka bangun satu per satu. "Di mana Seokjin?" tanya seseorang. Taehyung menjawab, "Dia pergi." Aku menatap ke jendela. Taman bermain sekolah kosong.

Kami berpisah di gerbang. Aku melihat mereka pergi dan pergi ke PC room (warnet), tempat yang sering kukunjungi akhir-akhir ini. Dengan headphone yang terpasang, aku akan memutus diriku dari dunia di ruangan yang gelap dan hanya fokus ke layar komputer, yang mana menghilangkan frustasiku.

Aku merasa baikan di tempat yang gelap dan terisolasi. Aku benci tempat terang dengan banyak lampu. Di tempat yang hanya milikku, aku bisa menghadapi kenyataan dan merencakan balas dendamku. PC room adalah tempatnya.

Aku mulai datang ke PC room ini setelah mendatangi tempat itu. Itu hanyalah sebuah dorongan bagaimana aku bisa menaiki bus ke tempat itu. Tapi aku tahu aku harus kembali ke sana. Untuk mengerti arti apa yang telah terjadi di sana. Selagi melihat pemandangan di luar bis, aku bertanya ke diriku sendiri: Bisakah aku mempercayai teman-temanku?

Saat turun dari bis, langit sudah gelap. Aku berjalan pelan ke tempat kecelakaan itu. Seperti terakhir kali, jalannya kosong, tidak ada kendaraan. Sebuah kamera pengawas dipasang di kejauhan.

Aku berdiri tepat di spot kejadian itu. Aku melihat ke bawah jalan dan mengingat malam itu. Bulan besar di langit malam, dunia yang terbalik, dan lampu mobil yang datang ke arahku di dunia yang terbalik. Bentuk mobil itu saat melewatiku dan suara mesinnya yang terdengar tak asing.

Aku berbaring di aspal seperti malam itu. Wajahku mengarah ke langit, tapi aku tak bisa melihat bulan. Jika mobil datang ke arahku tanpa melihat aku yang terbaring di jalan, aku akan kecelakaan lagi. Sambil memikirkan itu, aku merasakan getaran samar mesin dari jalan.

Apakah mobil datang ke sini? Aku mencoba mengangkat kepalaku tapi tak bisa bergerak. Jalan bergetar lebih kencang dan aku yakin memang ada mobil yang menuju ke sini. Dengan telingaku yang berdenging, aku gelisah. Aku tidak bisa bergerak ataupun teriak.

Tak lama, cahaya yang terang mengarah kepadaku. Itu adalah sebuah mobil dan berada di depanku dalam sekejap. Seluruh tubuhku membeku dan aku bahkan tak bisa menutup mataku. Crash.... Terdengar seperti dunia terbelah menjadi dua. Dan kemudian datang rasa sakitnya.

Tolong aku! Aku menjerit di dalam tapi tidak ada yang keluar dari mulutku. Aku tidak bisa menelan atau membuka mata. Semuanya terlalu terang karena lampu yang menyorotku. Rasa sakit dan takut datang silih-berganti, aku tidak bisa bernapas. Sesuatu yang panas dan lengket merembes ke luar tubuhku. Sangat menyakitkan sampai aku merasa aku akan terjatuh kapan saja, tapi rasa sakitnya bertahan tanpa membawa kematian. Kesadaranku memudar dengan sangat lambat. Dan rasa sakitnya tak mau berhenti.

Akhirnya, cahayanya hilang dan semua menjadi gelap. Aku tidak bisa melihat atau mendengar apapun. Rasa takut dan sakitnya juga hilang. Aku merasa tenang. Aku bertanya-tanya kapan terakhir kali aku merasa senyaman ini. Aku ingin tetap di sini. Ini terasa seperti tempat seharusnya aku berada.

Aku lemas dan mempercayai tubuhku ke kegelapan. Kegelapan dan keheningan-sebuah tempat yang tak berwarna, tak berbau, dan sempurna. Ini pasti kematian. Akhirnya, inilah akhirnya. Semua akan berakhir.

Tapi sesuatu jatuh ke mataku. Seolah ada arus yang mengalir di kepalaku, sakit kepala menyerangku. Mataku tertutup tapi aku tahu. Aku sedang dikuburkan. Seokjin melihat ke bawah dan melempar segenggam tanah ke arahku. Teman-teman yang lain bersamanya. Lebih banyak tanah jatuh ke arahku.

Badan, wajah, dan mataku semua tertutup tanah. Tolong aku! Aku berteriak tapi kembali gagal mengucapkannya. Aku menangis, berusaha untuk berdiri. Aku tidak bisa bernapas karena tanah di mulutku. Saat aku mencoba meludahkannya, lebih banyak tanah masuk ke mulutku.

Aku terbatuk keras dan membuka mataku. Aku masih terbaring di jalan. Teman-teman tidak di sana dan tidak ada tanah. Aku juga tidak ditabrak mobil ataupun terluka. Aku bersimbah keringat dan bergegar karena dingin. Aku merasakan dingin sampai ke tulangku dan meneteskan keringat. Seluruh tubuhku terasa kaku dan sakit.

Saat aku mengangkat kepalaku, aku melihat dunia terbalik seperti malam itu. Jalannya di atasku dan langit malam di bawahku. Mobil besar yang telah menabrakku, rasa sakit, putus asa, dan rasa takut. Hal yang kulihat dan rasakan malam itu menembus hatiku. Apa yang harus kupercayai? Apa yang kulihat baru saja-apakah itu kebenaran malam itu atau sebuah ilusi?

Aku bangun saat seseorang berkata, "Apa masalahnya? Percayai apa yang kau lihat." Kupikir itu temanku. Mereka melihatku dengan ekspresi yang tak terbaca. Berubah ke ekspresi yang mengerikan dan mereka menyeringai. Seakan mereka menikmati rahasia yang mereka sembunyikan dariku. Seperti orang bodoh, aku adalah satu-satunya yang ditipu.

"Bunuh dia! Bunuh dia! Mengapa kau tak membunuhnya?" Aku tersentak mendengar seseorang berteriak. Monitor menampilkan game tembak. Dari headphone, seseorang di timku berteriak karena musuh muncul. "Tembak! Tembak sekarang!"

Aku mengambil mouse dan mulai menembak musuh seperti orang gila. Karakter roboh dan mati seperti mainan tiup yang udaranya dipompa keluar. Dengan mouseku, aku menyusuri peta game. Rel kereta terbentang di tengah-tengah. Ada kontainer di sepanjang rel. Seperti desa kontainer di Stasiun Songju.

"Di mana dia? Bunuh dia. Dan orang itu juga! Cepat!" Aku menekan keyboard untuk mengambil senjata lain. Sebuah senapan mesin. Seorang musuh dengan bandana hitam muncul di kejauhan. Saat menbidiknya, aku merasa mengenalnya. Dan aku membunuhnya dalam satu tembakan.

Aku membidik dan menembak musuh lain. "Park Jimin, Jung Hoseok." Aku tidak mengerti kenapa nama mereka keluar dari mulutku. Aku menyeringai. Setelah dipikirkan, orang-orang di layar terlihat seperti mereka. Tidak, orang-orang ini adalah mereka.

Aku menembak satu musuh...satu teman dalam satu waktu. Segera setelah aku melihat Namjoon merangkak keluar kontainernya, aku menembaknya. Dan aku menembak ke kepala Taehyung saat dia berlari sepanjang kereta. Aku melihat turun ke dia tanpa perasaan apapun.

Tapi seseorang dari jauh menembakku di bahu. Saat aku mengubah view dengan mouse, aku melihat Seokjin dengan senapan. Aku dipenuhi kebencian dengan segera. Aku bersembunyi di belakang peti kayu. Aku mendengar anggota timku dari headphone: "Aku akan menanganinya." Aku memotongnya, "Tidak, aku akan melakukannya."

Aku berdiri dan membidik Seokjin. Dia terjungkal ke kanan. Yoongi melompat keluar dari belakangnya dan berlari menuju arahku. Aku tak punya sisa peluru. Dengan wajah batunya, Yoongi menarik pelatuk. Aku melompat ke samping tapi tertembak dua kali. Pengukur hidupku turun drastis dan monitor berubah menjadi merah.

Aku membuang senapan dan mengeluarkan pistol dan membunuh Yoongi dengan satu tembakan di kepala. Dia terhuyung dan jatuh mati ke tanah. WIN tertampil di layar.

Anggota timku bersorak terdengar di headphone dan berkata, "Menakjubkan! Kau sangat hebat!"

BTS HYYH The Notes 2 [Indonesian ver.]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang