Kamu itu teman masa kecil, kita bermain peran seperti putri dan pangeran
...
"Ervan!"
Teriakan spontan dari perempuan pemilik rambut hitam sepinggang itu terdengar memekak di telinga pemilik nama Ervan Rava Abiandra yang sedang menyisir satu-persatu rak minuman di sampingnya.
Laki-laki itu menoleh dengan alis terangkat disertai mata yang melebar, saling berpandangan untuk beberapa detik. Zola menarik nafas sembari mendekatkan uang yang ia pegang, 2 lembar uang 10 ribu dan 1 lembar uang 5 ribu. "Uang Zola kurang 6 ribu, kamu bawa uang gak?"
Nada bicaranya merendah diikuti dengan alis yang melengkung, tak dapat respon spontan dari cowok yang ia ajak bicara, matanya turun dengan tangan yang bergerak merogoh kantong seragam sekolah.
"Dompet sama tas aku kan ditinggal," jawab Ervan akhirnya.
Perempuan itu mendongak, hembusan nafasnya terdengar dengan kelopak mata ke bawah. Zola beranjak sedikit dari depan tempat kasir saat pembeli lain ingin membayar.
"Sisanya buat bayar uang yang kurang dari perempuan itu, Bang."
"Hah?" Zola terdiam dengan mulut sedikit terbuka, mengamati cowok berprawakan tinggi dengan kulit putih itu agak lama.
"Eh, beneran Kak? Tapi ... kita kan gak ..."
Tanpa berbasa-basi, cowok itu buru-buru melangkah keluar dari minimarket. Tangan Zola terulur dengan mulut sedikit terbuka "Kalau ketemu lagi ... Zola ganti ya, makasih banyak."
Perempuan pemilik nama Razola Pramisya itu melengkungkan bibir, saat cowok itu menganggukkan kepalanya.
"Ayo keluar!" ajak Zola setelah menyelesaikan transaksi dengan pegawai minimarket.
Ervan tersenyum saat matanya bergulir menatap wajah Zola dari samping, teman masa kecilnya itu selalu saja menampilkan pesona menawan, tatapan matanya yang teduh dengan hidung agak mancung membuat siapapun yang melihatnya terpesona.
"Habis ini ... kemana?" tanya Ervan dengan harapan dapat membawa cewek itu lebih lama menikmati pemandangan kota bersamanya.
Zola berhenti melangkah, memandang laki-laki itu dengan bibir mengerucut. "Kamu mau apa? Ayo pulang saja! Kita sama-sama tidak punya uang Epan."
Ditarik tanpa aba-aba lalu berjalan dengan langkah kaki cepat, cowok itu hampir tergelak, berusaha menyimpan tawanya dengan susah payah. "Ya udah deh, tapi aku bawa motornya pelan."
Laki laki itu segera merangkul perempuan di sampingnya, Zola lantas tersenyum lebar namun diselingi dengan merotasi bola mata. "Epan nih yee, kalau udah gini, berarti Epan pengen lama-lama bareng zola-nya, ehm," dehemnya kemudian.
Ervan mengendurkan rangkulannya dan cepat-cepat mengambil motor di parkiran sambil mengusap kepala.
"Epan masih aja, salah tingkah." Geleng Zola dengan bibirnya yang terangkat sebelah, puas melihat tingkah Epan masa kecilnya.
Tangan cowok itu terulur ke arah Zola, memberikan helm berwarna biru. "Nih."
Helm itu berpindah alih ke tangan Zola, rambutnya yang sedikit keriting bergelombang membuat ia berkali-kali melepas pasang agar helm tersebut nyaman di pakai. "Duh gimana ini, kok gak bi ..."
Ucapan Zola terhenti di kala tangan cowok di depannya menyentuh helm yang dari tadi hendak cewek itu pakai, Ervan meneguk ludah saat Zola hanya diam memperhatikan wajahnya.
"Maaf Kak, Bang ... bisa cepat sedikit ngeluarin motornya? Soalnya motor saya gak bisa keluar gara-gara motor kalian, saya juga mau cepat pulang nih, udah di tungguin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...