Zya menghempaskan buku di tangan nya ke atas meja menatap ke arah Zola yang masih bergerak malas malasan, seharian ini Zya habis habisan menjauhi perempuan itu agar Zola segera sadar dengan perilaku nya namun tidak juga cukup membuat hati perempuan itu luluh.
Zola menoleh ke arah Zya sekilas lalu memasukkan buku buku nya ke dalam tas."Lu beneran mau minta maaf atau nggak sih!"
Zola bangkit menyandang tas di bahunya. "Iya Zya, baru aja bel pulang bunyi."
Zya membuang nafas lelah, malas untuk berdebat lebih lanjut."Lu harusnya bergerak dengan cepat sebelum Ervan pulang ke rumah nya."
Zola menarik nafas balik memandang Zya dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Besok masih ada hari bukan, aku juga bisa lakukan besok."
Zola melangkah maju namun tas nya di tarik ke belakang membuat Zola mundur lagi.
"Hal baik harusnya di lakukan segera, kalau lu besok mati, gimana! Lu mau gentayangan ha karena urusan yang belum selesai!"
Zola terdiam menggigit bibirnya ngeri, ia berbalik menatap Zya sesaat."Iya deh iya, Zola jalan nih."
Zya melepaskan tas Zola membiarkan nya pergi duluan, Zya ikut menyandang tas mengikuti langkah Zola menuju parkiran setidaknya ia ingin lihat bagaimana perempuan itu meminta maaf.Zola melangkah perlahan lahan, matanya kini tertuju ke arah motor Ervan yang terparkir di tempat paling ujung, mendadak ada perasaan gugup yang mengerubungi nya bagaimana pun juga ia malu karena banyak menyusahkan laki-laki itu.
Dari jarak beberapa meter, seorang laki-laki yang di tunggu Zola berjalan melangkah dengan cepat ke arah motornya, wajah nya tertunduk ada perasaan luka yang tersembunyi di balik mata yang sering ia tatap sebelumnya.
Zola berhenti melangkah seakan berat untuk berjalan kian mendekat mata Zola masih sibuk memperhatikan gerak gerik laki laki yang di carinya, Ervan memasang helm di kepalanya dan secara tidak sengaja tatapan mereka bertemu, Zola meneguk salivanya susah payah, mata yang dulunya terlihat bersinar kini terlihat lebih redup di mata Zola.
Ervan terdiam di tempatnya untuk seperkian detik lantas membuang pandangan ke arah lain tak ingin berlama lama menatap mata perempuan yang berjarak tak jauh dari tempatnya, merasa tak di tatap lagi Zola segera melangkah dengan cepat menuju Ervan yang tengah bersiap siap untuk pulang.
"Ervan ...."Ervan menghentikan aktivitasnya tapi enggan menoleh ke arah seseorang yang baru saja menyapa nya."iya?"
Zola menarik nafas dalam-dalam lalu mengembuskan nya baru kemudian ia mengutarakan maksud yang akan di sampaikan."Zola boleh ikut pulang?"Mata Ervan menatap kosong di depannya, ia mengusap wajah nya menampilkan senyum tipis ke arah Zola untuk beberapa detik."Oh tap---"
Ucapan Ervan terhenti tat kala gadis yang berjarak beberapa meter dari mereka menyapanya."Ervan ... tungguin kamu sih main pergi-pergi aja."Zola dan Ervan sontak menoleh ke arah perempuan yang mengikat rambut nya satu ke belakang yang baru saja hadir di antara mereka."Eh ... kamu lagi ngobrol, ohh maaf-maaf."
Zola mengalihkan tatapan nya sedangkan Ervan masih menatap ke arah perempuan itu."Eh gak perlu minta maaf, ayo aja nanti keburu sore."
Perempuan itu mengangguk memperhatikan Zola dengan seksama alisnya naik ke atas, Ervan balik menatap ke arah Zola."Maaf ya tapi aku udah janji mau kerja kelompok di rumahnya, Mey."
Zola mendongak mengulum bibir nya, Ervan menstater motornya beralih memandang ke arah Mey."Ayo Mey."
Mey naik ke atas motor Ervan kemudian Motor itu bergerak meninggalkan Perkarangan sekolah menyisakan tatapan kecewa di mata Zola."Kok rasanya sakit ya?"gumam Zola masih berdiri menatap motor yang dari tadi sudah menghilang dari pandangan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...