Zola menatap Zya sengit menaik turunkan alisnya."Terus Zola harus ngapain, itu semua juga gara-gara dia sendiri, ngapain nungguin Zola pulang!"
Zya melebarkan mata menggertak gigi gigi nya."Lu gak tau apa, lu gak tau kan gimana, sesabar apa Ervan ngadepin sifat lu yang keras kepala, egois dan tak mau di bilang, Lu gak pernah tau kalau Ervan gak suka di bohongin lu gak tau kalau Ervan mudah sekali marah apalagi nyangkut lu yang di jelek-jelekin, lu gak tau kan gimana dia menyamping kan urusan nya hanya untuk lu, tapi dia nggak pernah marah sama lu dia bikin lu nyaman bikin lu bahagia setiap saat bahkan lu prioritas nya, lu benar- benar bodoh kalau lu lebih milih orang lain Zola!"
Zola seakan menulikan pendengaran nya, menutup hati dan mata untuk Ervan, menolak seribu kebaikan dari Ervan terhadap nya, Zola berbalik hendak meninggalkan kelas."Sebanyak apa pun kamu ngomong kalau menyangkut Ervan Zola gak mau dengar apa-apa!"
Zya menggeram kesal ingin menampar wajah perempuan itu agar segera sadar, Zya mengakat tangan nya melihat telapak tangan nya yang belum pernah sekali pun menampar seseorang dengan keras, Zya menggeleng menurunkan kembali tangan nya."Benar, Zya benar-benar gak mengenali kamu sebagai Zola, lu emang udah benar benar berubah sampai perasaan hati lu sendiri udah keras , jangan sampai Zya menodai tangan ini La."
Zola segera berlari dari kelas meninggalkan Zya yang masih tak percaya dengan balasan ucapan Zola terhadap nya."Lu memang gak pantes dapatin Ervan, Tuhan Maha adil La."
........
Zola membaringkan tubuhnya di atas kasur, sejak pulang sekolah tak beranjak dari kamarnya, Bunda Dysa mengetuk pintu Zola pelan."La ... udah makan, nak?"
Zola terdiam menatap langit langit kamarnya dengan tatapan kosong, Bunda membuka pintu Zola masuk ke kamar anaknya."Ada apa La, beberapa hari ini kayak mendam masalah aja."
Bunda duduk di samping kasur mengelus rambut Zola, membuat Zola spontan menoleh."Eh Bunda, Kok ada di sini?" tanya nya linglung.
Bunda mengerjap ngerjapkan matanya bingung."Bunda udah dari tadi ngetuk pintu tapi gak di jawab."
Zola membenarkan posisi nya menjadi duduk menghadap ke depan, ia menggeleng kecil."Maaf Bun, Zola gak dengar."Bunda berhenti mengelus rambut Zola ia beralih menatap ke arah pandangan Zola menatap di depannya."Zola ada masalah apa, cerita Sama bunda."
Zola menurunkan tatapan nya lalu menatap ke arah Bunda lagi."Apa Zola Egois Bun, misalnya Zola mau dekat dengan Orang yang Zola cintai tapi Zola juga harus menjauh dengan orang yang sayang sama Zola."
Bunda mengerutkan keningnya mengerjap ngerjapkan mata beberapa kali."Ini masalah nya benar-benar ada di Zola?"
Zola tertegun kemudian menggeleng. "Nggak kok bun cuman misalnya."
Bunda membulatkan mulut mengangguk angguk kan kepala paham."Bunda sih gak tau seberapa besar kamu mencintai seseorang itu, tapi sebaiknya kamu harus mikir dua kali buat menjauhi orang yang sayang sama kamu soalnya kesempatan itu gak datang dua kali, kamu gak Egois kalau kamu yakin orang yang kamu cintai adalah orang yang tepat yang mendapat kan cintamu kamu bisa ngomong baik baik ke orang yang sayang sama kamu kalau kamu gak bisa membalas perasaan nya, percayalah jika dia baik dia akan mengerti tapi jangan pernah kamu sakiti hatinya dengan cara menyakitkan."
Zola terdiam cukup lama mencerna kata kata bunda yang mengalun masuk ke kepala nya, Bunda berdiri dari tempat tidur."Bunda keluar, jangan lupa makan."
Bunda melangkah kan kakinya ke arah luar kamar sedang kan Zola memandang kosong Punggung Bunda Dysa yang telah berjalan menjauh.
Zola mengambil ponsel yang terletak di atas tempat tidur membuka aplikasi pesan dan merasa kecewa tidak ada notifikasi pesan masuk dari siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...