Youand He-:02

50 9 1
                                    

Ervan kembali dengan membawa dua kantung plastik yang berisikan bakso dan es krim cokelat ditaburi kacang.

begitu masuk ke dalam bangunan penitipan kucing itu, senyumnya terukir melihat Zola tertidur dengan pulas.

"Sang putri memang sangat cantik ya," ujarnya pelan.

Ia mendekat dan menggendong Zola ke rumah kediaman keluarga Bapak Sutanto yang berada tepat di sebelah bangunan tersebut.

"Ervan ... Zola kenapa?"

Suara lembut namun tegas itu berhasil mengintrogasi, Ervan balas tersenyum ke arah ibu Zola .

"Ketiduran Bun ... di bangunan sebelah, tadi aku tinggal sebentar balik-balik udah tidur aja," jelas Ervan kepada perempuan di depannya.

Bunda Dysa mengangguk lalu mempersilakan laki-laki itu meletakkan Zola di kamarnya. "Maaf Bun, permisi."

Wanita itu mengangguk sembari mengikuti langkah kaki Ervan. Berdiri di luar pintu kamar hanya untuk memastikan saja.

"Mimpi indah, Ola," ujarnya pelan saat telah meletakkan Zola di tempat tidur.

Ia kemudian berbalik keluar dan menemui sang bunda. "Bun ... aku nitip ini buat Zola. Nanti kalau dia bangun kasih sama Zola ya."

Cowok berjaket abu-abu itu memberikan dua kantong plastik ke Bunda Dysa, disambut dengan uluran tangan milik perempuan itu.

"Ervan Pamit pulang ya, Assalamualaikum," pamitnya sambil mencium dan menyalami tangan perempuan yang sejak kecil sudah saling mengenal.

Bunda Dysa tersenyum. "Waalaikumussalam, hati-hati ya."

♫♫♫

"Kemaren ... Zola ketiduran ya, hehe, maafin dah ngerepotin," ujar Zola dengan sedikit tegelak, tangannya merentang begitu cowok itu tiba di rumahnya.

Ervan turun dari motor, mengambil helm dan memakaikannya langsung di atas kepala Zola.

"Nih, pakai yang bener dulu." Menyorot dalam ke arah mata lawan bicara membuat perempuan yang ditatap menjadi salah tingkah. "Eh kenapa? Kenapa? Belekan?"

Ervan tersenyum lebar, mengusap kedua pipi Zola dengan gemas. "Ola selalu mengagumkan."

Pipi cewek itu memerah seperti tomat, ia segera berbalik badan untuk menutupi wajah dengan kedua tangannya. Ervan terkekeh, ia senang teman masa kecilnya itu menjadi salah tingkah.

Zola menarik nafas panjang, kemudian berbalik badan kembali menatap Ervan. "Hae yoo Erpan jahil ih, jangan kasih terbang kalau gak pakai sayap, jatuh sakit tau."

Zola melipat tagannya di dada dengan dahi berkerut, dibalas dengan lengkungan tipis dari bibir Ervan. "Zola nggak butuh sayap, karena aku yang akan bawa Zola terbang tinggi," balas Ervan sambil memainkan kunci motor di tangannya.

"Yuk ... nanti telat."

Cewek itu mengangguk lantas duduk di jok motor, mereka jadi saling diam dengan pikiran masing-masing.

Tangan Zola perlahan bergerak menggenggam jaket abu-abu milik Ervan, lirikan mata cowok itu mengarah pada kaca spion untuk sesaat. Keluar menuju jalan raya dan melaju ke arah sekolah mereka, SMA Karya Bangsa.

♫♫♫

"Mau aku antar apa sendiri?" tawar Ervan saat membantu Zola membuka helm yang bertengger di atas kepala. Tarikan nafas cewek itu terdengar. "Gak masalah ... Zola bisa sendiri."

Laki-laki kelas 11 Ipa 3 itu mengacak-acak rambut Zola dengan gemas. "Ya udah, karena kelas kita berlawanan arah, Zola duluan deh ke kelas, aku mau ketemu teman-teman dulu."

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang