Esa mengalihkan tatapan nya ke arah jalanan, Zola mengerucutkan bibir, kemudian tersenyum samar, mengajak Esa berjalan mengikuti langkah kaki nya.
"Maaf ya kak kalau Zola gak bisa traktir makanan mahal, tapi ini tempat makan favorit Zola semoga kakak bakalan suka."
Zola berhenti melangkah menunjukkan tangan nya ke arah tempat makan di pinggir jalan persis di samping kedai es krim tempat biasa ia membeli es krim, itu menjadi tempat favorit kedua setelah tempat di sampingnya.
Esa menaikkan alis, mendahului kakinya melangkah menyebrang menuntun Zola yang mengikuti nya di belakang.
Esa melepaskan genggaman tangan mereka, Zola mengedarkan mata mencari tempat duduk. "Kak ... kita duduk di sana yuk!"
Arah pandangan mata Esa beralih menatap telunjuk perempuan di samping nya lalu mengangguk mengiyakan. "Kakak booking tempat duduk nya nanti di ambil orang biar Zola yang pesan, kakak suka mie ayam atau bakso?"
Zola berdiri di samping gerobak bakso dan mie ayam mengangkat alis sesaat. "Oke ... pesan aja yang lu suka."
Esa beranjak ke arah kursi kosong yang di tunjuk Zola, Zola menggaruk kepala nya bingung, terdiam sambil menatap penjual bakso dan mie ayam di depannya. "Eh Neng Zola ya, sama saha atuh? Mau pesan apa?"
Zola mengukir senyum tipis, menunduk dengan malu. "Iya sama temen mang ... hm pesan yang kayak biasanya deh, dua mangkuk, di tunggu ya Mang Rojak."
Mang Rojak mengangkat sebelah tangan nya di dahi layaknya bersikap hormat. "Siap 86 atuh, Monggo."
Zola mengangguk berpamitan, berjalan ke arah meja yang sudah di tempati Esa, Esa masih fokus memandang pemandangan di sekitarnya, membuat Zola tersenyum canggung. "Maaf kak, Zola cuma bisa traktir yang beginian, ga apa-apa kan, Kak?"
Arah mata Esa beralih menatap Zola, menyatukan kedua tangan nya di atas meja. "Kalau menurut pendapat gw sih Laki-laki lah yang sebaiknya mentraktir perempuan, bukan sebaliknya jadi sebenarnya ini apa gw yang bayarin aja?"
Zola menggeleng dengan cepat tanpa keraguan. "Enggak Kak ... ini beneran Zola yang traktir, Kak Esa gak perlu keluarin uang, walaupun memang sebaiknya laki-laki yang traktir tapi gak ada salah nya kan kalau perempuan memperlakukan laki-laki sama seperti laki-laki itu memperlakukan perempuan."
Esa mengangkat sudut bibirnya ke atas, mengangguk beberapa kali ke arah Zola. "Lu keren."
Deg deg
Jantung Zola tiba tiba berdetak dengan cepat, Zola memalingkan wajah menyembunyikan rona merah di pipi nya saat ini, menggigit bibir nya kuat agar tak tersenyum lebar saat di depan Esa begini. "Kenapa la?"
Zola dengan cepat mendongak, mengedipkan mata nya beberapa kali ke arah Esa kemudian menggeleng dengan tegas.
"Pesanan datang ... buat Neng Zola sama siapa ya?" Mang Rojak meletakkan nampan berisi dua mangkuk bakso di atas meja mereka, memandang Esa dengan tatatan minta penjelasan, Esa terlihat tak begitu nyaman saat mang Rojak melihatnya lebih lama. "Emm saya Esa, Mang ...."
Esa memeperkenal kan dirinya sendiri, mang Rojak membulatkan mulutnya membentuk O."Oh iya saya Rojak ... Oke silahkan dinikmati Akang ... Neng."
Esa dan Zola mengangguk bersamaan, Mang Rojak segera meninggalkan meja mereka membuat keduanya saling melempar tatapan satu sama lain.
Zola menyodorkan Sendok dan garpu yang berada lebih dekat dari hadapan nya ke arah Esa yang belum menyentuh apapun dari makanannya.
"Nih kak."
Esa mengambil sendok dan garpu dari tangan Zola meletakkan nya di atas mangkuk miliknya. "Makasih."
Keduanya saling diam, menyantap makanan masing-masing dengan hembusan angin dari luar ruangan yang terbuka, Zola sesekali melirik ke arah Esa yang sedang menyantap makanan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...