Cowok berjaket abu-abu itu berdiri dengan peluh dihadapan teman masa kecilnya. "Hari ini mau makan apa? Kantin yuk!"
Zola menoleh ke arah lain, menampilkan deretan giginya sembari merangkul pundak Zya. "Ayuk ke kantin barengan!" ajaknya ke Zya tanpa menjawab pertanyaan dari Ervan.
Mereka berjalan lebih dulu, sedangkan Ervan mengekori di belakang dengan helaan nafas yang terdengar.
"La ... kau gak masalah ni kalau aku ikutan? Biasanya aku sama vania."
Lirikan mata Zola tertuju pada gadis itu, menatapnya dengan bibir agak maju. "Zya gitu ngomongnya."
Sontak menepuk dahinya, Zya meraih lengan baju Zola agar berhenti sebentar. "Eh bukan itu maksudnya ... duh."
Ervan yang dari tadi di belakang, hanya bisa menggeleng melihat interaksi mereka, apalagi melihat tuan putrinya itu berjalan lebih cepat.
Sesampainya di kantin, Zola langsung mendudukkan dirinya di kursi samping jendela paling pojok yang masih bersih dari bekas kuah bakso ataupun kecap dan saos, disusul Ervan yang duduk tepat di hadapannya. Zya yang baru bergabung menyenggol bahu Zola sebelum ia duduk.
Baru hendak berdiri memesan, langkahnya tertahan karena tangan Ervan tiba-tiba menahan. "Biar aku yang pesan, kalian mau apa?"
"Ehm, aku batagor sama teh es."
Mata Ervan beralih sekilas ke arah Zya, lalu mengangguk menanggapi pesanan perempuan itu, matanya kemudian beralih ke arah Zola lagi. "Zola mau apa? Yang biasa aja?"
"Eh iya ... yang biasa aja," sahut Zola lalu kembali duduk.
Zya menatap wajah cewek itu dengan durasi agak panjang, tak segera berpaling walau sudah ketahuan menatap.
Tidak butuh lama, Ervan kembali dengan nampan berisi 1 batagor, dua mangkuk bakso, 2 gelas teh es dan satu gelas cokelat dingin.
Zola segera beralih mengambil nampan di tangan Ervan dan satu mangkuk bakso dengan daun sup yang sedikit lebih banyak.
"Oh iya, aku lupa ... hari ini aku sedikit pulang telat ... ada rapat sama teman-teman sebentar."
Laki-laki itu menatap Zola dengan raut wajah tegang sesaat sebelum dibalas tatap. Alis wajah cewek itu terangkat lalu menunduk dan mengumbar senyum yang berusaha ia torehkan. "Ya sudah. Tidak apa-apa Ervan."
Es cokelat untuk cewek itu, ia sodorkan lebih dekat. "Ini es cokelat."
"Tau kali dia," ujar Zya sembari menghisap es tehnya. "Kita liat ekskul basket nanti Laa ... oke oke."
Zola mengangguk, menatap Zya lalu beralih menatap Ervan. "Iya, Zola liat ekskul basket dulu sambil menunggu Ervan."
"Yeay!" Zya mengangkat tangannya di udara. memeluk Zola dengan gembungan pipi yang terbentuk sampai membuat orang yang dipeluk terkesiap.
"Ayo makan!"
Ervan mengintruksi, dua perempuan itu sontak saling berpandangan lalu kemudian mulai fokus menyantap makanan masing-masing.
Zola tidak menyadari kalau dari tadi dirinya asyik dipandangi cowok berjaket abu-abu itu.
Rambut Zola yang bergerak diembus angin hingga mengarah ke mulut, membuatnya kesusahan memakan makanan yang tersaji. Ervan yang tiba-tiba berdiri dari tempat duduk membuat Zya tak fokus dengan makanannya memandang Ervan dengan satu alis terangkat.
Tanpa berpaling dari makanan, Zola malah sibuk sendiri mengarahkan satu persatu rambutnya kebelakang, tak menyadari Ervan yang berjalan ke belakang punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...