Ting
Satu pesan masuk ke ponsel Zola, menatap ponsel yang berada di atas meja belajar dengan malas, ponsel itu menyala memperlihatkan pesan dari seseorang yang tengah berselisih paham.
Zola meraih ponselnya itu setelah lima menit lamanya, membuka Chat dari Ervan.
Epan
Besok ke sekolah minta antar sama ayah, Ervan gak jemput. Jangan pergi sendiri, apalagi lewat jalan pintas di belakang SMA.
Zola menghela nafas sesaat kemudian melempar ponselnya asal.
"Zola ...."Bunda Dysa berdiri di ambang pintu kamar anaknya, Zola menarik nafas menoleh ke arah Bunda nya."Iya Bun?"
Bunda Dysa melangkah mendekat ke arah Zola, duduk di tempat tidur anaknya, Zola mengalihkan perhatian.
"Gak jadi pergi ke rumah kak Esa nya? Katanya mau bertamu."
Zola diam sebentar lalu menggeleng pelan."Nggak Bun, Zola lagi gak enak badan," dalih Zola berbohong.
Zola menjatuhkan kepala di atas kasur, matanya berubah sayu, sadar ada yang berbeda bunda mengelus puncak kepala Zola pelan."Kamu ada masalah apa? Bisa cerita sama Bunda?"
Zola terdiam tanpa berniat menjawab pertanyaan Bunda Dysa, Bunda mengukir senyum tipis di wajahnya bangkit berdiri dari tempat tidur."Ya udah, kalau gak, bunda keluar ya."
Bunda berbalik keluar kamar, namun Zola segera meraih lengan bunda Dysa, bunda Dysa segera menoleh ke arah Zola, mengangkat kedua alisnya ke atas."Semua nya akan tetap baik-baik saja kan Bun?"
Bunda kembali mengukir senyum simpul di wajahnya, mengangguk dengan yakin."Apapun masalahnya, ada bunda di sini yang akan tetap bersama mu, sayang."
Bunda mencium puncak kepala Zola sekali kemudian berlalu meninggalkan Zola sendirian di kamarnya.
.......
"Yah ... Bun ... Zola mau pergi pakai motor baru Zola, Zola pamit."Zola bangkit berdiri dari meja makan meninggalkan piring kosong nya di atas meja, pak Sutanto dan bunda Dysa saling berpandangan satu sama lain kemudian menatap serius ke arah Zola.
"Tumben gak sama Ervan?"
Zola menarik nafas pelan balas menatap ayahnya."Setidaknya Zola tidak harus bergantung ke Ervan terus, Yah."
Zola berjalan mendekat ke arah ayahnya mengulurkan tangan untuk bersalim."Zola berangkat, Yah."
Bunda mengaduk nasi goreng di piring nya kemudian menatap Zola dengan senyum tipis."Yakin kamu mau sendiri?"
Zola mengangguk sekali dengan tegas."Zola udah besar Bun ... bisa jaga diri sendiri."
Zola beralih mengulurkan tangan ke arah bunda yang langsung di sambut dengan bunda."hati-hati bawa motor nya la, pelan-pelan."
Zola berdiri dengan tegak merapikan sedikit baju seragamnya, mengukir senyum di wajah."Iya Bun ... Zola bakal hati-hati."
Zola melirik ke arah jam di tangan nya, mengerjap-ngerjapkan berkali-kali."Jam 06:43."
Zola melebarkan matanya lantas berlari ke luar rumah dengan tergesa-gesa, Zola mengeluarkan motor barunya dari garasi rumah, menstater motor dengan cepat lantas berkendara dengan kecepatan rata-rata.
Separuh jalan, wajah Zola berseri seakan menemukan harta Karun."Oh iya ada jalan pintas di belakang SMA."
Zola membelokkan motornya ke arah jalan setapak yang berada lebih dekat dari sekolah, namun baru beberapa meter Zola terpaksa memelankan motornya, sebuah perkumpulan Anak SMA Atlantis yang terkenal berandalan, duduk dengan santainya sambil menghisap sebatang rokok.
Salah seorang yang memakai seragamnya dengan kancing terlepas menoleh ke arah Zola dengan menaikkan sebelah alis, Zola meneguk saliva dengan susah payah, tangan nya tiba-tiba berkeringat dingin namun Zola tetap menjalankan motor.
Seorang laki-laki meloncat menghadang Zola , di ikuti dengan teman-temannya."Ini kayaknya anak SMA sebelah deh, ya kan."
Zola memberhentikan motor dengan takut-takut, laki-laki yang baru meloncat menjilat bibirnya sendiri menatap penuh hasrat ke arah Zola.
"Hm ... Zola ... Zola mau ke sekolah Kak ... numpang lewat, Kak."Zola memegang stang motor nya dengan kuat hingga cairan bening menitik dari tangan. Laki-laki itu tertawa kemudian mencoel dagu Zola."Gak bisa gitu aja dong cantik, main dulu lah sini."
Teman di belakang nya menepuk orang yang baru saja berbicara dengan Zola."Cantik nih Al ... Sikat."
Orang yang bernama Al itu mengangguk pelan ke arah teman nya, menatap kembali ke arah Zola dengan menaikkan sebelah bibir."Cantik dan menarik ... tumben sekali anak SMA sebelah main ke sini."Ia mengelus rambut Zola dengan perlahan membuat Zola menjauhkan tubuhnya dengan segera menatap tak suka ke arah Al."Ayolah main sebentar."
Zola menggeleng kuat sambil menunduk."Gak mau Kak."
Tangan Al bergerak ke arah leher Zola ntah ingin melakukan apa, Zola menutup mata nya perlahan dengan takut."Woi jangan ganggu cewe dong!"
Bugh
Satu Bogeman mentah seseorang berhasil meninju rahang laki-laki anak SMA Atlantis dengan kuat, Zola membuka matanya memperhatikan punggung orang itu dengan sangat kenal."Ervan ...."
"Eh lo siapa! datang datang jadi pahlawan."Al bangkit mengepal tangan nya dengan geram hendak meninju Orang di depan nya."Gw adiknya mau apa lu."
Ervan mengangkat dagu berlagak menantang Lawan main nya, seseorang di belakang Al menepuk kedua pundak laki-laki itu."Cabut ada guru yang ngincar kita, gak usah di urusin lagi lah," bisik laki laki itu.
Al menoleh ke arah Ervan sambil menyeringai, mengangkat telunjuk nya mengarah tepat di hadapan wajah Ervan.Teman di belakang nya menarik tangan Al secara paksa."Cabut Al ... gak asyik."
Segerombolan anak SMA sebelah berlalu begitu saja meninggalkan Ervan dan Zola berdua dengan Ervan yang berdiri di depan motor Zola, Ervan berbalik menatap Zola dengan raut wajah penuh arti."Gak mau dengar lagi ya sudah, sana jangan sampai telat."
Ervan berjalan menjauhi Zola menaiki motor nya yang berada di pinggiran jalan dekat pohon mangga, tanpa banyak bicara Ervan segera meninggalkan Zola di tempatnya, Zola menatap ke arah Ervan dengan mata sayu lalu bergerak menjalankan motor ke arah sekolah.
Zola beranjak ke arah lapangan upacara, mendongak kan kepala menatap bendera merah putih yang berkibar karena angin, tangan nya di letakkan di samping dahi membentuk hormat ke tiang bendera.
"Berdiri yang benar."
Zola menegakkan punggung nya tegap tanpa menoleh ke arah guru piket yang meneriakinya. Zola menyipit saat melihat seseorang yang sedang berlalu di koridor sekolah, seseorang yang bahkan sangat ia kenal dari kecil.
"Gimana fotocopy soal nya, udah kan? Berapa harga nya? Kalau kurang aku bisa minta sama sekretaris kalau lebih di kembalikan."
Teman dari Ervan memegang kantong berisi fotocopy an seraya menghitung, sedangkan Ervan mengangguk pelan mengukir senyum tipis di wajahnya."Uang nya lebih 2000 ribu, biar aku yang balikin nanti sama Sekretaris."
Seseorang di samping Ervan menatap kembali ke arah Ervan setelah berhasil menghitung seluruh copy an.
"Eh kamu yang di tiang bendera tegap yang benar!"Zola segera mengalihkan perhatian, kembali mendongak ke arah ujung tiang bendera, dan refleks Ervan menoleh ke arah tiang bendera, dahinya tampak mengerutkan kening menatap Zola dengan penuh arti, tatapan mereka beradu sesaat saling menatap satu sama lain.
"Eh itu bukannya Zola ya? Yang sering bareng sama mu."
Teman Ervan menyenggol bahu nya membuat tatapan mereka buyar, Ervan mengangguk berbalik menatap lurus di depannya."Ayo jalan! nanti Bu Ulfa nungguin."
.....
Yahh, gimana ni kelanjutan cerita mereka, Ervan kecewa nih sama Zola, kira-kira begitulah
Hehe sebelumnya maaf, Nyya kadang suka lupa buat update...
Dah next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...