Zola menoleh,memandang Ervan yang memasang wajah dengan dahi mengerut." Tunggu dulu Van, Zola mau ngomong sama seseorang, tunggu ya!"
Zola melangkah sedikit menjauh dari Ervan sedangkan Ervan hanya bisa pasrah, ia berdiri di tempatnya menunggu Zola.
Kak Lalaa, iya kenapa kak?
Zola mengukir senyum tipis di balik ponsel.
Acha sukanya apa? kakak bawain nih.
Gak usah Kakk, kakak datang aja gak usah bawa apa-apa.
Suara Acha terdengar memaksa agar tak membawa apa-apa, Zola mengulum bibirnya sesaat.
Eh gak mau ah, Acha suka nya apa dulu?
Acha terdiam di seberang, terdengar suara bisikan seseorang yang tak terlalu terdengar.
Lagi merencanakan apa nih ha?
Ha gak Kak, gak ada Acha lagi gak mau apa-apa nih.
"La masih lama?" tepukan pelan seseorang di bahu Zola membuat Zola dengan gegabah mengalihkan ponselnya ke bawah."Eh iya tunggu Van."
Zola meletakkan kembali ponsel di telinga nya.
Cha ... udah dulu ya, Sampai ketemu nanti.
Iya kak, dahh.
Zola mematikan ponselnya menatap ke arah Ervan yang memasang wajah datar."Ayo cari makan."
Tangan Zola lantas di tarik Ervan untuk ikut berjalan bersama nya, sedangkan Zola harus melangkah lebih lebar untuk menyamakan langkah kaki Ervan."Van pelan-pelan."
Kaki Ervan berhenti di tengah-tengah menoleh ke arah kanan. "Mau es krim? Ervan beliin."
Zola memandang toko es krim di samping kanan."boleh deh."
Mereka berjalan ke arah toko itu, tatapan Zola mengedar memilih es krim yang paling enak menurut nya, kemudian teringat dengan Acha, adik Esa.Zola mengambil empat es krim yang sama secara bersamaan di tangan nya, membuat Ervan berdecak pelan."Banyak bener sekali ambil La, mau sekalian sekotak?"
Zola dengan cepat menggeleng tegas ke arah Ervan."Ini Zola yang bayar ya."
Zola hendak mengeluarkan uang dari dalam tas, namun tangan nya langsung di tahan tangan Ervan."Ervan yang beliin, gapapa buat Zola."
Zola membulatkan matanya ke arah Ervan."Serius? Tapi ini bukan buat Zola aja."
Dahi Ervan mengerut mengangkat sebelah alisnya. "Jadi buat siapa?"
Zola mengerjap-ngerjap beberapa kali, menatap ragu-ragu ke arah Ervan."Buat Kak Esa sama adik nya juga."Ervan membulatkan mulut, pandangan matanya berubah sayu, ia tetap mengeluarkan uang dari dompetnya.
"Oh, gapapa Ervan aja yang bayar."Suara Ervan memelan memberikan uang ke arah kasir, ia mengambil nafas panjang."Ervan beneran?"
Ervan kembali mengukir senyum tipis di wajahnya menatap balik ke arah Zola."Iya gapapa, kita cari makan lagi yuk!"
Tangan Zola di tarik Ervan untuk mengikuti langkah kakinya kembali, Ervan berbelok di ujung Mall ke arah Cafe Legeneral yang diminati remaja saat ini.
Ervan mengambil tempat duduk kosong yang tersisa seraya menoleh ke sana kemari, Zola beralih menghidupkan layar ponsel yang masih berada di genggaman nya.
Kak Esa
Kak Laa ini Acha, kakak sekarang lagi dimana?
Zola mengukir senyum tipis di wajahnya, mengetik balasan pesan dari adiknya Esa
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...