Zola berjalan masuk ke kelas, sejak tadi tak henti-hentinya mengukir senyum di wajah layaknya matahari pagi yang bersinar terang.
Zola duduk di tempat nya meletakkan tas di belakang punggung ke kursi, Zya yang tengah berdiri di papan tulis mengangkat alis menatap ke arah Zola, ia menggeleng pelan. "Eh ... eh Zolaa lu kenapa sih, masih pagi udah kayak orang gak waras."
Zola lantas menoleh memandang Zya dengan tatapan penuh arti, Zya berjalan melangkah ke arah Zola, duduk di tempat duduknya di samping Zola. "Kenapa lu hah?"
Zola meletakkan kedua tangan di atas meja, Menatap Zya masih dalam keadaan tersenyum. "Kak Esa nganterin Zola pulang."
Zya menganga seketika mengerjapkan mata beberapa kali. "Iss lu mah serius lu, duh duh Ambyar dehh."
Zola menutup mulut tak tertahan sambil memukul pelan kepalanya. "Memang ya, kok Zola bisa gak waras gini," ujar Zola pada diri sendiri.
Zya balas memukul bahu Zola kuat membuat Zola menatap Zya tak suka. "Kayak nya ada yang Fly Fly nih."
Zya terkekeh sambil menyatukan kedua tangan nya di depan dagu, Zola tak kuasa menahan senyum yang terus membuat nya melengkungkan bibir. "Duh mulut Zola udah kaku gara-gara kak Esa, maksa meluk pinggang nya di jalan."
Zya berdiri melotot ke arah Zola, kaku untuk berbicara apapun lagi. "Kak Esa nyuruh lu meluk pinggang nya dia, Astaga."
Zya menggeleng tak percaya mencari kebohongan di mata Zola namun tak menemukan nya, sedetik kemudian wajah keterkejutan Zya memudar ia kembali duduk di tempat nya pandangan nya menatap Zola serius. "Kayaknya ini memang harus di omongin baik-baik deh La."
Zola balas menatap Zya masih dengan senyuman. "Apanya dulu nih?"
Tatapan Zya masih sama memasang wajah serius sambil menghela nafas, Zola mengerutkan dahi menunggu penjelasan Zya.
"To the point deh, kalau lu di hadap kan dengan situasi yang mengharuskan memilih salah satu, lo pilih Ervan atau kak Esa?"
Zola bergeming, senyum yang dari tadi tertahan kini memudar, Zya bangkit berdiri dari tempat duduknya mengalihkan perhatian ke arah lain.
Zola ikut berdiri dari tempatnya."Gini ya Zyaa ... Zola menepuk bahu Zya pelan sebelum ia kembali berbicara."Mereka itu bukan untuk di pilih, Ervan itu sahabat nya Zola sedangkan kak Esa teman baru nya Zola yang mungkin Zola bisa jadi suka sama kak Esa, jadi mereka tidak untuk di pilih Karena emang gak ada kaitannya."
Zya berbalik, menyipitkan mata menatap ke arah Zola. "Lu yakin kalau Persahabatan cowok dan cewek gak ada yang memendam perasaan?"
Zola terdiam, menundukkan pandangan nya ke arah lantai memainkan kaki yang terbalut sepatu pemberian kak Esa beberapa hari yang lalu. "Laa ... lu benar-benar harus mikirin ini La ... jangan sampai lu nyesal nantinya."
Zya meletakkan kedua tangan di bahu Zola, Zola mendongak menatap dengan wajah tak bisa di ekspresikan. "Zola tau ... Zola akan milih yang membuat Zola benar-benar bahagia."
Zola tersenyum simpul mengangguk dengan yakin. "Ada yang mau Zya ceritain tentang Ervan semalam."
Bel Masuk berbunyi, membuat ucapan Zya tertahan di ujung lidah. "Kapan-kapan aja ceritain, udah masuk juga."
Zola melangkah kan kaki ke arah tempat duduk, diikuti dengan Zya di belakangnya. "Asal lu tau Laa Ervan nungguin lu hampir maghrib semalam." Zya bergumam pelan, sesaat setelah Zola duduk, Zya menyentuh pundak Zola pelan. "Zya cuman mau bilang kalau lu nggak boleh salah dalam memilih, bukan mencari kebahagiaan sesaat tapi untuk selamanya dan bisa jagain lu dengan caranya".
Zola menatap ke arah Zya dengan mengukir senyum tipis..
.......
"Lu sama Ervan ke kantin?"
Zya memajukan dagunya ke arah pintu kelas, Zola menoleh ke arah pintu menampilkan Ervan yang berdiri di dinding kelas, Zola mengangguk sembari menoleh sekilas ke arah Zya, Zola bangkit dari tempat duduknya mendekat ke arah pintu kelas."Ervan ...."Ervan berbalik, menampilkan senyum, menggenggam tangan Zola erat. "Ke kantin yuk!"
Ervan menarik pergelangan tangan Zola membuat Zola harus ikut berjalan di belakang Ervan. "Kemaren pulang sama siapa?"
Zola menggigit bibir bawah, mencoba mencari alasan yang tepat, Ervan berhenti melihat ke belakang tepatnya ke arah Zola. "Hm sama teman Van."
Ervan membulatkan mulut, menarik nafas panjang. "Sini jalan di samping Ervan."
Zola mengambil selangkah jarak agar berada tepat di samping Ervan, mereka hanya saling terdiam tak ada yang membuka suara lagi.
Zola duduk di tempat kosong di kantin, Ervan yang masig berdiri, berjalan ke arah ibu kantin memesan makanan. Zola mengelilingi pemandangan area kantin yang ramai di isi siswa-siswi yang beristirahat dari penat nya belajar, matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata Esa, Esa mengangkat tangan nya di samping kepala, Zola balas melambai sambil mengukir senyum tipis.
Ervan duduk di hadapan Zola membuat Zola memudarkan senyum, Sadar ekspresi berubah dari Zola, Ervan menoleh ke arah belakang tubuhnya. "Nggak ada apa pun."
Zola menggeleng menatap ke arah Ervan."Emang gak ada Van."Nampan di tangan Ervan di letakkan di atas meja mereka, menyodorkan bakso kosong tanpa mie ke arah Zola, Zola mengambil sendok di mangkuk, langsung menyentuh makanan nya tanpa berbasa-basi.
Ervan menatap Zola penuh arti, seakan suatu hari nanti tidak ada lagi Zola yang duduk di depannya menemani setiap aktivitas nya. "Bismillah, Ervan berharap, Ervan bisa jaga Zola setiap saat."
Zola berhenti makan, meletakkan sendok ke dalam mangkuk nya menatap serius ke arah Ervan. "Emang kenapa sih! Makan aja."
Zola melanjutkan memakan makanan nya tanpa memperdulikan apa yang akan laki-laki di depan nya perbuat, Ervan mengambil sendok dan ikut makan bersama.
Ada sesuatu yang berbeda dari mereka, Seperti sesuatu yang akan terlepas dari tempatnya, Jantung Ervan berdetak lambat memandang pemeran tuan putri di masa kecil nya dengan pandangan sulit di artikan."Aku takut sesuatu yang tak ku inginkan berhasil merobohkan bangunan indah yang kita buat bersama dari kecil."
Zola melambaikan tangan, menyadarkan lamunan Ervan, Ervan mengedipkan mata nya beberapa kali.
"Malah melamun, kenapa sih?"Ervan menggeleng dengan tegas, membuat Zola hanya mengangguk-angguk, ia sudah menyelesaikan makanan nya, Ervan mengalihkan tatapan ke arah mangkuk bakso yang belum tersentuh di hadapan nya, Zola bangkit berjalan ke arah ibu kantin. "Van, Zola balik udah habis makanan nya, Zola mau beli minuman lain."
Zola berlalu pergi dari hadapan Ervan, Ervan mengambil sendok dan mulai makan.
Zola kembali ke hadapan Ervan dengan membawa satu jus mangga di tangan nya, melirik sekilas ke arah mangkuk Ervan yang sudah tak tersisa, Ervan mengaitkan jari-jari nya meletakkan di belakang kepala. "Tuh udah habis, kan."
Zola mengangguk mengacungkan jari jempolnya. "Iya, Zola minum dulu."
Zola menyeruput minuman nya dengan cepat sedangkan Ervan terdiam sambil menatap wajah Zola.
Setelah seluruh isinya tandas, Zola bangkit berdiri dari tempat duduknya. "Yuk! kita beda arah jalan ke kelas ... Zola duluan ya."Ervan ikut bangkit dari tempat duduknya mengangguk singkat ke arah Zola. "Iya Ervan juga mau balik ke kelas, dahh."
Zola melangkah kan kaki keluar dari area kantin, berlari-lari kecil agar sampai dengan cepat ke kelas.
"Zolaa!!"
.....
Hayyo pada tau nggak siapa yang barusan manggil Zola?? Wkwk.
Selamat pagi para pembaca, Nyya ini lagi mood buat publish soalnya gak ada kerjaan.
Dah next chapter selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...