Youand He:-39

3 2 0
                                    

Ervan duluan melangkah meninggalkan tatapan bingung dari teman di samping nya, ia menatap bergantian ke arah Zola dan Ervan kemudian berlari mengikuti langkah kaki Ervan.

Zola menghela nafas memandangi punggung Ervan yang kian menjauh."Mungkin tidak ada yang sama setelah ini."

Zola kembali mengangkat kepalanya menatap ke arah tiang bendera sambil bersikap hormat tanpa ia sadari Ervan menoleh kembali ke arah belakang dengan tetap melangkah kan kakinya."Maaf untuk ini," gumamnya menatap ke arah Zola.

Ervan berbalik kembali fokus berjalan menuju kelas, Zola menyeka keringat di pelipis beberapa kali.
matahari yang kian naik membuatnya terus-terusan berkeringat , Zola melirik ke arah jam di tangan nya."Udah jam 9, bentar lagi."

Zola mengerucutkan bibir mendongak kembali ke arah tiang bendera.

"Ahh." Zola mendesah pelan memegangi kepalanya yang terasa berputar, menggeleng kuat dan tetap berdiri dengan tegak."Aduh, bentar lagi tahan."

Keringat dingin dari dahi bercucuran perlahan namun Zola tetap berdiri tegak beberapa jam lamanya, Zola menekuk  kedua lutut tidak dapat menahan pegalnya kaki berdiri lama-lama, satu tangan Zola bertumpu di lutut.

Teng teng teng, waktunya jam istirahat.

Seorang guru membunyikan bel istirahat dari dalam kantor membuat Zola bernafas lega, ia menurunkan tangan dari dahi.

"Eh Zola ... Zola lu kok bisa telat sih." Zya berlari tergopoh-gopoh ketika bel telah berbunyi, mendekat ke arah Zola membantu nya berdiri dengan tegak."Duh, Zola gak kuat ya."

Zola menahan lutut dengan kedua tangannya dengan dahi yang menetes keringat dingin.

"Bawa duduk dulu, La."

Zya segera menahan tubuh Zola agar tidak terjatuh membawa Zola ke pinggiran di depan labor komputer menduduk kan Zola disana.

Zya celingak-celinguk seperti  mencari sesuatu hingga sebuah botol minum mengarah ke arah nya."Ini minum nya kasih dulu."

Zya mendongak menatap Ervan yang berdiri di hadapan mereka  sebentar lalu mengambil minum dari tangannya, Zola mengulum bibir tanpa berniat melihat ke arah Ervan.

"Makasih Van minumnya, nih La minum dulu," ujar Zya mengulurkan botol minum, Zola menoleh ke arah botol minum itu meneguk salivanya.

Ervan segera berjalan meninggalkan Zya dan Zola membuat tatapan Zya menjadi berubah seketika, Zola menggenggam botol minum di tangan nya erat masih belum membuka tutup botol minum yang sudah berpindah di tangannya."Kenapa? Gak bisa di buka, sini Zya buka."

Zola menggeleng pelan meletakkan kembali botol minum itu di lantai, berdiri tegak dari tempat duduknya. "Eh mau kemana? Minum dulu nanti pingsan."

Zola memijat pelipis, pandangannya  menjadi berkurang-kunang seketika, Zya segera bangkit menahan tubuh Zola agar tidak terjatuh."Nah, udah aku bilang minum dulu!" tegas Zya ke arah Zola dengan mengerutkan keningnya marah.

Zya membuka tutup botol menyodorkan nya ke arah Zola."Ambil! minum atau aku tinggal sendiri."

Zola meraih botol minum dari Zya, meminumnya hingga tandas setengah lalu meletakkan nya kembali di lantai, Zola diam membungkam mulutnya.

"Tadi kenapa terlambat? Ervan nya gak telat, kok lu sendiri yang telat?"
Zola masih terdiam memainkan jari-jari tangan, Zya menatap penuh ketegasan juga penasaran ke arah Zola."Lu gak bareng Ervan? Kenapa lagi?"

Zya menarik nafas lelah memutar bola matanya."Zya gak patung loh! ada masalah apa nih?"

Zola menoleh menampilkan senyum di balik masalah, matanya sayu menatap ke arah Zya."Iya, Zola berangkat sendiri. Setidaknya Zola harus belajar mandiri."

Zola menarik nafas panjang menatap kosong ke arah depan. "Setidaknya Zola ingin belajar terbiasa  tanpa orang lain."

Zya menggaruk tengkuknya, melongo menatap Zola."Tumben sekali pikiran lu begitu, lu ada masalah apa sih?"
Zola berdiri menundukkan kepalanya ke bawah, Zya ikut bangkit dari tempat duduk merangkul bahu Zola."Ervan ...."

Satu nama keluar dari mulut Zola, Zya memundurkan wajahnya dari Zola, alisnya bertaut menjadi satu."Masalah nya Ervan? Ervan kenapa kalian bertengkar atau gimana?"

Zola menggeleng melangkah, namun tangan nya di cegat dengan cepat oleh Zya."Cerita sama Zya ada apa sebenarnya Zola?"

Zola berusaha melepaskan tangan dari cengkeraman tangan Zya, matanya kembali memanas namun harus ia sembunyikan dari perempuan di belakang nya."Zola bilang sama Zya, lu gak bisa nyimpan ini sendirian nanti lu yang malah sakit!"

Zola tetap berusaha menarik pergelangan tangannya dari Cengkeraman tangan Zya menghindari pertanyaan perempuan itu."Zola jangan gini!" bentak Zya seraya menarik kuat tangan Zola.

Zola terhuyung ia menggertak marah ke arah Zya."Zola mau nge jauh biar Ervan paham makna sebenarnya dari persahabatan, Zola harus berusaha menjauh dari dia. Zola gak bisa milih salah satu. Zola Egois karena Zola lebih milih Kakak kelas Zola dari pada dia, Ervan benar-benar udah berubah gak sama kayak yang dulu, Zola capek di kekang dia terus, kamu paham!!"

Zola meluapkan emosi nya terang terangan di tepi lapangan Sekolah membuat beberapa siswa mengalihkan perhatian nya menatap ke arah Zola.

Zola mengelap air matanya yang tiba-tiba saja jatuh di pipi secara kasar lalu beranjak menuju kelas menatap penuh kekesalan ke arah siapa pun.

Zya melongo di tempatnya kemudian mengikuti arah langkah kaki Zola, berusaha mengejar perempuan itu namun berhenti di tengah jalan.
Zola masuk ke kelas duduk di tempatnya seraya menelungkupkan kepala di atas tas, Ia memegang kedua dadanya kuat."Kenapa sih kamu masih baik," lirih Zola di tengah tangisannya.

Decitan kursi bergeser terdengar begitu dekat di telinga Zola, Zola menghapus air matanya, menatap kosong ke arah luar jendela.

"Huff ... lu kalau sakit ngelakuin hal itu jangan di paksa La ... percuma yang ada lu yang malah sakit beneran nantinya, apa yang seharusnya tidak lu lupain jangan di lupain La."

Zya menepuk bahu Zola pelan menenangkan perempuan itu yang masih terdiam di tempat nya, Zola mengambil nafas panjang kemudian bersuara kembali."Kalau Zola lebih bahagia dengan hal lain apa Zola harus ngelupain nya juga?"

Zya mengulum bibirnya menyandarkan punggung di kursi."Terkadang suatu hal yang lebih bahagia akan berujung kepada akhir yang menyakitkan La, Zya hanya saranin jangan berusaha membandingkan rasa yang sudah terlahir dari hal kecil dengan rasa yang baru hadir."

Zola menepuk meja nya kuat menoleh ke arah Zya membuat Zya terperanjat kaget."Aku tidak butuh saran dari mu karena kamu tidak tau apa pun masalah nya."

Zola menggeram kesal bangkit dari tempat duduknya pergi menjauh dari Zya hingga bel masuk membuat ia harus memasuki kelas melihat guru menerangkan dengan pikiran yang melayang-layang entah kemana.
Zya yang berada di samping nya hanya menatap Zola dengan bingung sekaligus prihatin dengan keadaan nya sekarang.

Bu guru menyelesaikan pembelajaran membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas dengan perut lapar, Zola menenggelamkan kepala di atas kedua tangan menghiraukan siapa pun yang berada di sekitar nya.

"Are you okay Zola? Ke kantin bareng?"

Zola menggeleng pelan tanpa membuka suara, Zya mendesah pelan berdiri dari kursi nya."Makan siang yuk!"

Zola menggeleng sekali lagi masih tetap di kondisi awal."Zola gak lapar, pergi aja! Tinggalkan Zola sendiri."

....

Huhuhu, lanjut aja deh bingung mau ngomong apa...

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang