Zya yang awalnya sudah tak fokus kembali fokus menatap perempuan di sampingnya, ia menyenggol tangan Zola, sadar kalau perempuan itu sedang melamun.
“Weh, kesambet kau ya.”
“Nggak ah, nggak,” ujarnya dengan gelengan, beralih memakan es krim di tangannya dengan perlahan.
....
Zola berdiri dari tempat duduk setelah bel istirahat berbunyi.“Kau mau kemana La? Ikut.”
Tanpa menjawab, kakinya melangkah cepat ke luar kelas menuju pagar sekolah, Zya yang tengah menaikkan kedua alis bergerak mengikuti langkah perempuan itu diam-diam.
Sampai di depan pagar, Zola berhenti melangkah, tubuhnya berbalik ke belakang saat menyadari seseorang mengikutinya, Zya ikut berhenti kemudian membuka mulut. "Kau mau kemana keluar sekolah?”
Zola menghela. “Zola cuman mau beli buku materi Bakteriologi di depan, Zola lupa beli. Udah, Zya duluan aja ke kantin nanti Zola nyusul ke sana.”
Cewek itu kemudian dengan cepat berbalik dan kembali melangkah menghiraukan Zya yang hendak mengikutinya.
Ia menyeberangi jalan dengan hati-hati tapi juga terburu-buru. Masuk ke toko buku itu dan mulai mencari buku yang ia cari.
“Kok bisa lupa sih, La ....” Zola menepuk dahinya pelan sambil mondar-mandir mencari keberadaan buku.
Zola berhenti melangkahkan kaki, matanya berbinar menatap buku yang ia maksud ada di rak atas, ia dengan cepat mengambil buku itu dan membayarnya di kasir.
Pintu toko berdecit ketika dibuka, kakinya hendak melangkah lagi, namun tertahan karena tak sengaja matanya terserobok dengan mata milik Esa yang berada di kedai sarapan pagi samping toko buku yang baru ia masuki beberapa menit yang lalu.
“Eh Zola, ngapain?” Laki-laki itu melambai, kemudian berjalan mendekat.
Senyum di wajahnya terlukis, lalu spontan menundukkan pandangan, mengingat percakapan dia dan sahabatnya tadi pagi.
“Hm, cuma beli buku materi, Zola lupa beli kemarin,” ucapnya pelan tanpa menoleh.
Zola balik menatap Kak Esa kemudian kembali bicara. “Kak Esa ngapain di luar pekarangan sekolah?”
Esa memasukkan tangan di saku celana, kemudian menoleh sekilas ke arah teman-temannya yang duduk di ujung kedai. “Biasa, lagi nongkrong sama teman-teman, mau gue kenalin?”
Tatapan cewek itu menajam disertai dengan gelengan singkat. Esa terkekeh, kemudian menggeleng pelan. “Ekspresinya gitu banget.”
Perhatian Zola teralihkan dari Esa, dengan bibir yang terkatup rapat.
"Eumm ... Zola permisi Kak. Lupa, kalau Zya nungguin di kantin, mungkin dia udah marah nih, bentar lagi juga masuk.” Ia tersenyum tipis, menatap laki-laki di depannya.Ia bergegas melangkah ke arah depan sekolah, melintas di zebra cross dengan hati-hati. Di tengah perbatasan jalan, tubuh Zola memutar kembali ke arah belakang melihat ke arah Esa, cowok itu balas tersenyum sambil mengangguk.
Zola kembali berjalan, baru kemudian pandangannya menoleh ke arah depan tanpa menyadari sebuah motor datang ke arahnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Titit
Brakk
Tangan kanan Zola terseret di aspal menimbulkan garis-garis kemerahan yang beberapanya mengalir darah, sedangkan buku di tangan terlempar jauh. Sepatu sebelah kanan yang ia kenakan robek di bagian samping, retina mata cewek itu melebar dengan tangan bergetar.
“Zola!”
Esa dengan wajah menegang tak karuan berlari ke arah jalanan, memangku tubuh Zola dengan cepat, lantas menggendong perempuan itu dari area jalan raya menuju perkarangan sekolah.
“Aw... sakit, Kak,” ringis Zola lagi saat tangan penuh lukanya tersenggol.
Esa mendekatkan kepalanya, mengatur posisi tangan Zola.“Sebentar, gue bawa lo ke UKS, bilang gue mana yang sakit?”
Zola diam dengan wajah yang berpeluh keringat dingin, melihat kondisi Zola yang terlihat pucat, Esa melonggarkan gendongan dan mulai melangkah dengan kaki lebar.
“Jangan kenapa-kenapa ya.”
Zola terpaku dengan perlakuan Esa padanya, namun karna sakit yang tak tertahan, ia hanya diam mengeratkan tangan kiri yang tidak terasa sakit di leher laki-laki itu.
Banyak siswa dan siswi bergerombol di depan pagar, hampir seluruh perhatian menatap ke arah mereka berdua. Pandangan Esa kosong saat Zola sudah tiba di UKS dan ditangani petugas medis, pandangan itu lurus menatap ke satu arah.
“Zola! Kamu kenapa?”
Ervan berlari tergesa-gesa dengan dada kembang-kempis, tatapannya bertuju ke arah Esa untuk beberapa detik, kemudian beralih menatap Zola yang terbaring.
“Keserempet motor. Gue buru-buru bawa Zola ke UKS.”
Ervan megerutkan kening memandang Esa tak suka, gejolak di dalam dadanya terasa panas.
....
Zya mengetuk jari-jari tangan di atas meja, helaan nafas terdengar lagi dari mulutnya, merasa jengah menunggu Zola yang tidak datang ke kantin sampai tempat itu sepi.“Dimana sih dia, katanya suruh duluan tapi gak nyusul-nyusul.” Perempuan itu menghembuskan nafas kasar, makanan yang ada diatas meja mungkin sudah dihinggapi lalat.
Ia sengaja tidak memakan makanan itu duluan, padahal perutnya sudah bergejolak sejak tadi. “Duh bisa sakit nih perut Zya, dimana sih! Makan duluan ah.”
Ia beralih mengambil sendok, melahap makanan yang ia pesan untuknya dengan menguyah perlahan.
“Weh parah gak ya, kakak yang tadi itu? Kayaknya kelas sebelas, aku pernah liat kakak itu di kelas 11.”
Matanya menyipit ke arah dua orang perempuan yang diyakini adek kelasnya itu, kemudian menggeleng singkat, melanjutkan makan yang tertunda.
“Aku pernah liat kakak yang gendong dia, kalau gak salah dia itu ikut ekskul basket.”
Zya kembali berhenti memakan, memandang dua perempuan itu dengan alis bertaut.
“Kasihan kakak kelas kita itu, kayaknya lumayan parah, keserempet motor loh.”
Salah seorang dari mereka mengangguk membuat Zya menepuk mejanya pelan. “Kenapa perasaan Zya gak enak ya?”
Mata cewek itu tertuju ke arah makanan di atas meja, nafsu makannya hilang begitu saja.
“Eh Zya. Lu di kantin sendirian nih? Lo gak liat Zola di Uks? Kena musibah keserempet motor.”Zya membelalakkan matanya ke arah sumber suara. “Kau jangan bercanda, Vania.”
Vania menggeleng kukuh, kemudian merotasi bola matanya. "Lo gak percaya banget. Zola mukanya pucat habis kecelakaan.”
Tanpa mendengar Vania bicara lagi, cewek itu spontan berlari menuju UKS, langkahnya melebar dengan pikiran kacau, ia menepuk kepalanya pelan beberapa kali.
Setibanya di UKS yang saat ini tengah ramai dengan siswa-siswi di luar ruangan, ia menyelonong masuk tanpa basa-basi.
“Zola! Kau kenapa? Zya dengar kau kecelakaan.” Nafas perempuan itu menggebu-gebu, menatap Zola yang tangannya sudah berbalut perban.
Kedua laki-laki yang berdiri di sisi ranjang menatap Zya serentak, Zola juga ikut menoleh ke arah Zya dengan mata mengerjap, kemudian tersenyum tipis. “Sakit sih, cuman mau bagaimana?”
Zya mendekat di sisi ranjang Zola, memindai perempuan itu dari kaki hingga kepala yang dilumuri minyak di beberapa tempat, tangan kanannya dibalut perban yang dipakaikan penyangga.
Wajah Zola tidak lagi terlihat pucat, namun, perempuan itu masih terlihat meringis beberapa waktu.
"Zola pulang aja,” ucap Esa dan Ervan bersamaan, mereka saling pandang sejenak kemudian terdiam.
....Hay, terima kasih ya udah baca sampai akhir.
Tungguin YOUAND HE update lagi, bay bay!
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...