Youand He:-49

5 2 0
                                    

"Eh lama ya nunggu nya?"

Zola menoleh ke arah depan mendapati Esa berdiri di samping meja."Eh gak kok, Kak."

Zola beralih duduk di kursi, menatap ke arah Esa yang juga ikut duduk."Kakak mau pesan apa?"

Esa menggeleng mengangkat sudut bibirnya, Zola hanya mengangguk angguk kan kepala, perlahan tangan Esa menggenggam tangan Zola dengan lembut membuat Zola mengedipkan mata beberapa kali."Ya Kak?"

Bukannya menjawab Esa malah menarik tangan Zola agar lebih dekat nafas Esa terdengar menggebu gebu, ia menarik nafas berulang kali sebelum menyatakan sesuatu. "Gw ... Cinta sama lo, gw sayang ke lo."
Zola meneguk salivanya dengan susah payah.

Tingg

Notifikasi pesan terdengar di ponsel yang terletak tidak jauh dari cangkir Zola, layar ponsel itu mengidip ngidip memperlihatkan foto lookscreen seseorang perempuan dan seorang laki laki  dengan ekspresi lucu, Zola tau itu foto siapa.

"Eh ... Kamu dan dia kenapa bisa ada di sini berdua!"

Suara seseorang meninggi mendekat ke arah Esa dan Zola, Zola masih dalam keadaan bingung, mengerjapkan mata tak percaya.
Esa tak kalah terkejut ia menoleh bergantian ke arah Zola dan Arin---pacarnya.

Jantung Zola berdebar dengan kencang, Arin mengepal kan tangan nya menatap tajam kearah Zola lalu berpaling kembali menatap Esa"Jadi ini alasan kamu mau nya kita putus, Kok jahat banget sih kamu, dua tahun bukanlah waktu yang singkat Resya Valeno!"

Zola membelalakkan mata tak percaya, ponsel di atas meja di raih Arin menggenggam nya di tangan dengan erat.

"Kakk Esaa, jadi ini ... Kakak tega banget ya." Zola menghapus jejak air matanya dari pipi tubuh nya lemah bahkan tangan nya bergetar seketika, Zola berlari keluar namun sialnya laki laki itu malah mengejar Zola.

"Zola tunggu ... ini tidak seperti yang lo bayanagin, gw hanya sayang ke lo, gw udah mutusin dia dari malam tadi dia aja yang masih ngejar gw."

Zola berbalik menggertak giginya."Kakak nempatin Zola sebagai penghancur hubungan orang, iya! Kakak gak pernah ngomongin ini sama Zola kalau Zola tau dari awal kakak udah punya pacar Zola gak akan pernah ngambil keputusan ini Kak!! Kakak tega, benar-benar tega!"
Zola berusaha menahan tangis agar tidak keluar namun apa daya nya aiar maat nya jatuh begitu saja.

"Gw  tau kita Sama sama saling suka jadi gak ada penghalang, bukan? Buat apa lu mikirin perasaan orang lain."
Zola menarik nafas dalam-dalam memejamkan kan matanya sejenak."Zola perempuan Kak, Zola dan Arin perempuan seandainya Zola di posisi Arin sekarang---Zola kira dari awal kakak lebih baik tapi ternyata gak ada lebihnya dari kata brengsek."
Zola berbalik hendak berlari."Terus lo maunya apa!"

Zola terdiam beberapa saat mencari keberanian untuk mengatakan nya."Mulai sekarang dan detik ini Jangan pernah temuin Zola lagi!!! Anggap aja kita gak pernah saling  kenal lagi!! Zola benci Kakak."

Zola menarik nafas kali ini dengan tegar walau hatinya saat ini sudah hancur."oh ya satu lagi Kakak punya dua adik perempuan, kakak gak takut kalau adik perempuan Kakak di jadikan mainan sama laki-laki? Dan ya Jangan pernah jadikan aku alasan kalian berpisah."

Zola berlari walau kakinya tidak lagi kuat untuk melangkah, tangannya bergetar hingga aliran air di matanya mengalir dengan deras, Zola harus jatuh dan tersandung beberapa kali untuk Sampai ke motornya.
Zola memegang dadanya sesak membuat tangisan nya tersendat sendat, Zola lemah hanya untuk berjalan saja, ia takut kalau jatuh di jalan.

Tangan Zola bergetar dengan air mata yang terus mengalir walau Zola sudah berulang kali menghapus nya dengan paksa, Zola menggigit kukunya kuat seseorang menepuk bahu Zola dari belakang dengan pelan.

"Lo kenapa Zol---"

Zola menoleh spontan menghambur ke pelukan Zya memeluk perempuan itu dengan erat dengan air mata yang mengalir lebih deras, Zya terdiam ia mengusak rambut Zola dengan lembut."udah udah Lo gak boleh lemah kayak gini."

Hik hiks

Suara tangisan masih terdengar di dada Zya, Zola tak sedikit pun melonggarkan pelukannya, Zya balas memeluk Zola memberi Zola kekuatan.

"Tolong Zolaaa, hati Zola sakit dada Zola sesak tolong Zola ya."
Zya melepaskan pelukan Zola menggenggam kedua bahu Zola erat."Ayo Zya antar pulang."

Zola menggeleng memeluk tubuh Zya kembali, ia membenamkan kepala di dada Zya meluapkan semua rasa sakit nya di sana."Zya tau! Zya liat semuanya La!"

Zya ikut merasakan sakit yang tengah di rasa sahabat nya itu walaupun sebenarnya Zola kesal dan kecewa sama Zola karena memang dari awal dia lebih memilih laki laki itu.
Zya menepuk punggung Zola Beberapa kali mencoba menenangkan perempuan itu."Udah Laa gak usah nangis lagi, Ayuk pulang bunda nungguin kamu pulang ke rumah loh."

Zola menarik nafas dalam dalam menatap ke arah jari jari kakinya."Terus motor Zya?"

Zya menoleh ke arah motor yang ia parkir tak jauh dari tempat mereka berdiri."Zya bawa Vania, biar Vania yang bawa motor Zya, gw khawatir lo bawa motor sendirian."

Zola teridiam beberapa saat lalu berbalik mengangguk ke arah Zya memberikan kunci motor ke arah perempuan di depannya.
......
Zola berjalan ke arah kamar mandi menghidupkan air kran agar suara tangisan tidak terdengar, Zola bercermin memegang wajahnya tangan Zola mengepal kuat nafasnya menggebu gebu dengan jantung yang berdetak dengan cepat."Aku benci kamu, Kak Zola gak suka di bohongin seperti ini! kakak gak punya hati!!"

"Dasar brengsek."

Prankk

Kaca cermin di depan Zola pecah berderai akibat lemparan vas bunga yang Zola lempar Dengan seluruh rasa sakitnya, Zola memegang dada nya kuat rasa sesak menjalar ke paru-paru membuat Zola hampir kesulitan bernapas.

Tok tok

"Zola sayang, ada apa, nak?"

Pintu kamar mandi di ketuk, suara lembut itu membuat Zola terdiam ia menarik nafas berkali kali mencuci muka nya dengan kasar, Zola keluar Dengan mata bengkak dan sembab menghiraukan tatapan bunda ke arahnya."Saya---"

"Jangan ganggu Zola sekarang, Bun."
Zola dengan langkah tergesa gesa pergi meninggalkan Bunda nya masuk kembali ke kamar mengunci pintu kamar dengan rapat, Zola terduduk di depan pintu mengacak-acak rambut Dengan frustasi. "Zola  benci!!"

"Akkkkhhhh," teriak Zola dengan keras ia memukul kepalanya beberapa kali ke arah pintu."Laki-laki brengsek!!"

Zola berdiri berjalan dengan terhuyung ke arah meja rias melihat kembali pantulan wajahnya di cermin."Akkkkhhhh Zola hanya ingin bahagia, Tuhan!!"

Prankk

Bruk

Brakk

Semua barang di atas meja rias di hempasnya ke sembarangan arah, Zola berdiri lagi melempar kursi yang ia duduki ke arah dinding.

Prankk

Sebuah foto dirinya dengan seseorang pecah berserakan begitu saja di lantai."KAMU YA KAMU KETAWA IN AKU HA!!HAHAHHA GAK USAH JULID PAHAM!!"

Kertas foto itu di angkat nya ke atas meremas nya dengan erat kemudian di lempar ke sembarang arah."Zola yang gak punya perasaan sama sekali, cih."

Zola mengatai dirinya sendiri sambil memukul dan membenturkan kepala, Bunda Dysa di sebalik pintu kamar mengetuk ngetuk pintu Zola dengan keras."Zola kamu ngapain? jangan sakiti diri sendiri, Nak!"

Zola mengangkat sudut bibirnya ke atas memandang sinis ke arah pintu kamarnya."Zola gak punya perasaan, Bun jadi gak ada salahnya Zola sakit!"
Zola tertawa terbahak bahak detik kemudian  menarik selimut tebal dari  atas tempat tidur."Gak usah peduli in Zola Bun."

Zola terduduk di atas lantai menatap nanar dirinya sendiri."Maaf kan aku, aku mohon maaf, aku minta maaf ...."

Suara Zola kian mengecil membuat ia akhirnya menutup mata lelah, Bunda berusaha meminta pertolongan setelah tak lagi mendengar teriakan Zola, pak Sutanto yang baru pulang langsung menghampiri bunda untuk bertanya, setelah mendapatkan penjelasan pak Sutanto dengan pikiran kalut mendobrak pintu kamar Zola memperlihatkan Zola yang sudah terkapar dengan hidung yang mengeluarkan darah segar.
.....

Kan terbuka juga kedok dari seorang Esa selama ini, kena kau. Gimana nasib Zola ya, hihi

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang