"Kakak Lala udah pernah liat Sunset di puncak belum, kak?"
Zola menoleh ke arah kaca di depan mobil yang memantul wajah Acha, Zola menggeleng pelan."Belum pernah."Esa di samping Zola yang mengemudikan mobil ikut menoleh ke arah Zola.
Acha mengangguk angguk kan kepalanya. "Ohh belum ya Kak, nanti Acha ajak deh liat tempatnya Kak keren loh tapi Acha takut ketinggian."
Zola mengukir senyum."iya deh Cha."Detik berikutnya tidak ada yang membuka suara, Acha menoleh ke arah kaca mobil melihat pemandangan di luar yang sering mereka lewati.
Esa sibuk fokus memperhatikan jalan di depan, merasa bosan Zola mengeluarkan ponsel dari dalam tas, melihat notifikasi pesan masuk dari seseorang.
Pentol Zya
Lu di mana?
Zola menghela nafas, Sahabat nya sengaja tidak ia beritahu entah apa alasannya ia sendiri tidak tau.
Zolaa
Ni lagi mau liat Sunset
Pentol Zya
Sunset, sama Siapa?
Zola mengangkat jarinya mengalihkan tatapan ke arah lain, matanya berkelana sebelum ia mengetik balasan pesan.
Zolaa
Sama Kak Esa, to the point aja deh kamu mau apa?"
Pentol Zya
Oh, gak ada cuma nanya Zya pikir ponsel lu rusak sekarang.
Alis Zola berkerut."Kenapa Zya ngomong begitu ya,"gumam Zya, Esa langsung menoleh menatap Zola dengan bingung."Kenapa La?"
Zola dengan cepat menoleh ke arah Esa menggeleng dengan singkat, Zola memasukkan ponsel ke dalam tas, merapikan sedikit bajunya.
Mobil yang di kenderai Esa berhenti di area parkir, Esa mematikan mobilnya."yuk udah sampai, kita harus naik tangga."
Acha mengucek mata tersadar dari tidur singkat nya."Ini dimana Kak?"
Zola menoleh sekilas ke arah Acha."Ayok Cha udah sampai."Esa turun dari mobil terlebih dahulu, ia berjalan ke arah pintu Zola membuka pintu itu untuk Zola."Eh Ka ...."
Acha mengerjapkan mata melihat ke arah Esa dan Zola, Zola turun dari mobil sembari mengajak Acha ikut untuk keluar, Zola beralih membuka pintu mobil untuk Acha, Acha mengukir senyum nya lebar."Makasih Kak."
Zola mengangguk menggandeng tangan Acha agar tetap bersama nya, Esa mempersilakan Zola untuk berjalan lebih dulu, dua wanita itu berjalan di depan, satu persatu anak tangga mereka daki dengan keringat bercucuran, Zola berulang kali mengusap keringat nya, sedangkan Acha masih dengan energi penuh tetap riang berlari larian ke anak tangga satu dengan yang lainnya.
Esa di belakang mereka mendekat ke arah Zola."Lo ga apa-apa, mau aku gendong?"
Zola spontan menoleh melebarkan mata ke arah Esa pipinya sudah memerah sepeti kepiting rebus, Esa terkekeh pelan menggeleng gelengkan kepala, Zola memalingkan wajah menginjak anak tangga lebih cepat."Kak Esa nyebelin, ih,"kesal Zola setelahnya.
Zola memegang kedua lutut nya rasanya tak sanggup lagi untuk berjalan lebih jauh, sepatu yang ia kenakan sudah terlepas dari kakinya, Acha mengibas-ngibas tangannya ia duduk di bebatuan yang di tanami bunga.
Esa menyentuh pelan punggung Zola membuat detak jantung Zola hampir saja copot."Kagetin aja Kak."
Esa terdiam matanya bergulir ke arah Cafe yang terletak tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Ayo istirahat minum, itu ada Cafe."
Zila menggeleng kuat tangannya masih memegang kedua lutut."Gak kuat Kak, lemes."Acha berdiri mendekat ke arah Esa."Ayo Kak, Acha duluan ya, dahh panas Kak."
Esa terdiam untuk beberapa saat kemudian ia berdiri tepat membelakangi Zola."Ayo gendong."
Zola menepuk punggung Esa pelan. "Gak mau Kak."Esa berdecak memutar bola matanya, ia segera menarik tangan Zola untuk dilingkarkan ke leher nya, Esa mengangkat tubuh Zola sedangkan Zola memukul mukul punggung Esa."Kak turuninn Kak."
Esa tak memperdulikan nya ia lebih cepat melangkah ke arah Cafe yang akan di tuju, Esa menduduk kan Zola di kursi samping Acha yang sudah duduk duluan."Bang pesan Bang, Es Cappuccino cincauuuuu soalnya gak ada yang mau dengerin Acha ngomong,"ketus Acha kesal.
Esa mencubit pipi Acha gemas kemudian mengangguk memanggil pelayan, pelayan datang menanyakan pesanan.
"Zola mau apa?"
Zola memperhatikan buku menu, tatapan nya tertumpu ke arah Cool Chocolatte."Zola boleh pesan Cool Chocolatte?"
Esa beralih menatap pelayan tanpa terlebih dulu menjawab pertanyaan Zola."Hm Es Cappucino nya satu, Cool Chocolatte nya satu sama Vanilatte satu."
Pelayan mengangguk setelah mencatat seluruh pesanan."Tunggu sebentar ya, Kak."
Pelayan Cafe segera pergi dari hadapan mereka, Esa beralih duduk di kursi samping Zola, Zola menoleh kesana kemari memperhatikan desain Cafe yang menurut nya cukup menarik. "Udah jam setengah enam kayaknya bentar lagi."
Esa melirik jam tangannya lalu beralih menatap ke arah langit yang mulai berubah menjadi senja, banyak pengunjung yang tengah bersiap siap mengambil foto.
Drrttt
Drtt
Ponsel di saku celana Esa bergetar, Esa mengambil ponselnya memperhatikan layar kemudian menyimpan kembali ponsel ke dalam saku, raut wajah nya berubah seketika.
Ting Ting
Ting
Notifikasi pesan masuk berbunyi di ponsel Esa namun Esa hanya mengabaikan nya seolah tidak terlalu penting.
Drttt
Drttt
Ponsel Esa kembali bergetar, ia berdecak pelan namun tetap mengabaikan.
"Siapa Kak? Kenapa gak di angkat mana tau penting," ujar Zola mengangkat alis nya, Esa menoleh sekilas ke Zola dengan raut wajah datar.
Drtt
Drtt
Esa menarik nafas mengambil ponsel dari saku celana kemudian mengangkat telepon tersebut dengan kesal."Jangan ganggu gw sekarang---"
Esa berjalan kian menjauh membuat Zola tidak lagi mendengar percakapan laki laki itu di telepon, Acha menggaruk tengkuknya bingung."Abang Esa kalau dah marah seram ih kayak hantu."
Zola melebarkan mata meletakkan telunjuk di bibir nya."Sttt nggak boleh bilang Abang mu kayak gitu, Cha."
Acha memanyunkan bibirnya melipat kedua tangan di aats meja."ya soalnya Abang galak.""Permisi Kak."
Seorang pelayan membawakan minuman pesanan mereka di atas meja, Zola mengangguk kepalanya.
Tiga minuman dengan rasa berbeda tersaji di atas meja, pelayan tersebut Pamit ngundurkan diri, Acha mengambil gelasnya meneguk minuman nya dengan tidak sabaran.
Mata Zola bergulir mencari keberadaan Esa, matanya kemudian terpaut memperhatikan laki laki terus terusan mengambil nafas lelah."Kak Esa ada Masalah apa ya?"....
Muehee, terima kasih yang sudah membaca sampai sini
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
JugendliteraturRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...