Youand He:-17

5 3 0
                                    

"Zolaa ... Zola, kenapa tidurnya di sini?”

Zola mengerjap-ngerjap, kamudian menguap sambil mengucek mata, ia baru bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di depannya. "Kak Esa? Zola ketiduran Kak, udah selesai makan-makannya?”

Esa mengambil tempat di sebelah Zola lalu mengangguk. "Udah dari tadi. Ini hampir jam 2 loh.”

"Hah.” Zola membuka sedikit mulutnya, merasa tak percaya dengan apa yang di bilang Esa."Perasaan tidurnya bentar,” gumamnya pelan.
Ia beralih menatap Esa sejenak, beberapa saat kemudian mulai membuka suara. “Hm, Kak Esa kok tau Zola di sini?”

Tangan Esa melayang ke area tangan yang dihinggapi nyamuk. “Oh, gue mau pindahkan motor tadi.”

Zola mengangguk-angguk, mengalihkan perhatiannya ke arah lain, matanya beralih ke arah bangunan di samping rumah.

“Gue egois tapi, gue sayang,” gumam Esa membuat kepala Zola tertoleh spontan menatap laki-laki yang sedang menatap gerombolan semut di pohon jambu.

“Apa Kak? Kenapa?” tanyanya.

Esa menoleh kemudian menggeleng. “Nggak. Nggak mau ikut ke dalam?”
“Owh yaudah, ayo kita masuk! Zola mau ikutan juga.”

Akibat berdiri dengan terburu-buru, tubuh Zola oleng hingga tangan laki-laki itu menahan tubuhnya agar tak terjatuh. Mereka saling berpandangan beberapa detik sebelum jantung Zola berdetak dengan cepat, dengan tangan berkeringat dingin, Zola dengan cepat mengambil jarak dari Esa menggunakan kruk di tangannya.
“Ma--makasih Kak, Zo--Zola lain kali hati-hati.”

Esa berdehem mencoba menetralkan suasana, mereka sama-sama saling menundukkan pandangan, Zola segera melangkah cepat, diikuti Esa yang berjalan di belakangnya.

"Oh iya, kita bisa piknik besok di taman bawah jembatan yang baru dibangun itu.”

Zola berjalan mendekat ke arah Bunda Dysa yang baru saja berbicara.

“Ada acara apa nih, Bun?” Menatap fokus ke arah Bunda.

Bunda menoleh dengan wajah riang. “Begini, besok kan libur, jadi Ayah mau ajakin kita ke taman baru.”

Zola memandang Ervan dan Esa yang sudah duduk di depannya bergantian, kemudian matanya beralih menatap Bunda. “Gimana dengan Ervan dan Kak Esa?”

Bunda menaikkan alis menatap Zola, lalu mengalihkan matanya ke arah Ervan dan Esa sekilas. “Ya, kalau mau ikut, ayo!”

Bunda menaikkan bahunya sedangkan Ervan dan Esa menatap sama ke arah Bunda.

"Lalu ... kita perginya pakai apa?” tanya Zola masih menatap Bunda dengan serius, Ervan menoleh ke arah Zola menyentuh pelan bahu cewek itu. “Ya gini, Bunda sama Pak Sutanto, Zola sama Ervan, kalau Esa mau ikut dia bisa pakai motor sendiri.”

Zola mengalihkan matanya ke arah Ervan, matanya kemudian menatap langit-langit atap.

“Gimana kalau pakai mobil gue aja, gak perlu pakai motor masing-masing.”

Seluruh pandangan mengarah ke arah Esa, Bunda mengangguk-anggukkan kepalanya setuju, Zola terdiam begitu juga dengan Ervan yang malah malas menanggapi ucapan Esa.

“Tapi, nggak ngerepotin, Kak?” tanya Zola. Esa menggeleng pelan. “Nggak ngerepotin kok, La. Gue malah senang bisa piknik bersama.”

Bunda segera bangkit dari tempat duduknya mengambil toples cemilan keripik yang tersisa seperempat ke pangkuannya. “Ya udah, kalau gitu Bunda mau beres-beres.”

Pak Sutanto yang dari tadi hanya menyimak pembicaran, ikut bangkit berdiri dari tempat duduk. "Bapak juga mau ketemu Pak RT dulu, Bapak pamit.”

Pak Sutanto segera berjalan ke arah pintu depan begitu juga Bunda yang bergerak mengisi kembali toples keripik yang hampir habis.

“Ayo kita ke depan aja main di pondok!”

Baru saja Zola hendak berdiri, tangannya dipegang bersamaan dengan kedua laki-laki yang berada di samping dan di depannya, Zola menoleh bergantian menatap kaku ke arah Esa dan tersenyum tipis ke arah Ervan. "Zola bisa sendiri Kak ... Ervan.”

Esa dan Ervan menarik tangan mereka masing-masing, Zola bangkit menggunakan kruknya sendirian, berjalan tertatih-tatih, sedangkan Ervan dan Esa berdiam diri di belakang dengan tatapan yang sama ke arah Zola.

Merasa tidak ada seorang pun yang melangkah di belakangnya, Zola berbalik semakin menatap ke arah dua laki laki itu. "Kenapa gak jalan? Ayo! Kalian bisa di depan atau di samping Zola.”

Ervan kemudian mendekat sambil tersenyum ke arah teman masa kecilnya, Esa di belakangnya masih terdiam seraya memasukkan tangan di saku celana.

“Gue di belakang aja, gak apa-apa.”
Zola memutar tubuh ke arah depan, Esa mengekori di belakang dengan mata yang tak hentinya menatap Zola dan Ervan.

Sampai di luar rumah, seseorang melambaikan tangannya ke arah Zola, perempuan dengan rambut dikuncir kuda itu mengukir senyum sambil mendekat, kaos merah lengan sepertiga dipadukan dengan celana hitam dan sendal gunung hitam membuat ia terlihat menawan.

Zola menyipitkan matanya melihat perempuan itu dengan jelas. “Zya.”

Sadar itu siapa, Zola berteriak girang sambil melambaikan tangan kiri, Esa menatap Zya dengan tatapan datar khasnya, berbeda dengan Ervan yang mengukir senyum ramah.

“Hai Ervan, eh ada Kak Esa juga ya.”
Zya mengangguk seraya mengulurkan plastik berisi wadah bekal. “Ini nih buatan Mami. Kolak pisang yang enak banget di lidah Zya.”

Zola mengerutkan dahi dengan tatapan menahan tawa. "Tapi gak tau nih di lidah Zola gimana.”

Zya hanya nyengir menaik-turunkan pundaknya. "Ya udah ih, Zya letak di meja ruang tamu ya, bentar.”

Cewek itu melepaskan pansusnya di depan teras, masuk ke dalam rumah tanpa sungkan, Esa hanya melirik sekilas, ia sadar Zya adalah salah satu fans-nya.

Zola dan Ervan kembali melangkah ke arah pondok, meninggalkan Esa yang masih berdiri di depan rumah.

Begitu baru saja melangkah keluar, Zya memundurkan langkahnya tiba-tiba melihat Esa yang masih berdiri di sana. “Kak, kenapa gak nyusul mereka?”

Esa terdiam tanpa menoleh. “Gak kenapa-kenapa. Wajar gak sih kalau ... gue egois?”

Zya mengernyit bingung, menghadap tepat ke arah Esa. “Kakak Egois kenapa? Kak Esa punya feeling kah sama Zola? Tapi, Kak Esa gak suka liat Ervan berduaan sama Zola?”

Esa menghindari tatapan Zya yang mencoba memahami, ia gelagapan sendiri kemudian menggeleng. “Bukan itu, udahlah gak usah.”

Cowok itu dengan cepat berjalan meninggalkan Zya yang memandangnya dengan  raut yang tidak bisa ditebak. Zya berjalan menyusul di belakang Esa, Zola yang sudah duduk di pondok bersama Ervan melambaikan tangannya.

"Zya, besok kami semua mau piknik, mau ikutan?” teriak Zola dengan bersemangat.

“Serius kau, oke Zya ikut, fiks pakai apa nih?”

Zola menoleh sekilas ke arah kak Esa kemudian mengukir senyum di wajah. “Besok Zya datang ke  sini, kumpul di rumah Zola kita pakai mobilnya Kak Esa.”

Ia menganggukkkan kepalanya sembari menatap ke arah Esa. Zola menepuk-nepuk tempat di sebelahnya. “Duduk di sini, kita ngobrol.”

Zya beralih duduk sembari menatap Esa memandang Zola dengan mengukir senyum tipis, ia mengerutkan dahinya, perlahan tangan cowok itu bergerak menyentuh rambut panjang Zola dengan sentuhan lembut.

“Iya, ada apa Kak?” tanyanya setelah merasakan rambutnya disentuh, alis itu naik ke atas  menunggu jawaban Esa yang kelihatan salah tingkah.
Esa menggaruk tengkuknya lalu menggeleng pelan. “Tidak apa-apa.”
....

Hayyo update-an check...
Hehe, maacihh udah baca.

Gimana nih,  Esa bakal ngapain yaa, hihi.

Bayyy

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang