Youand He:-25

3 1 4
                                    

Zola menepuk bahu Zya kuat membuat Zya terpaksa menoleh sekali lagi. "Duh kemaren tuh ya pertama kali Zya liat Ervan bisa ngebentak, nah jadi Zya jadi ragu buat ngebantu lu lagi, ngeri tau kayak mau di mutilasi aja."

Zola menarik nafas dalam-dalam matanya fokus menatap ke arah Zya walaupun perempuan itu tak mau menatap nya.

"Emang dia bilang apa sama Zya? Zola gak pernah tau kalau Ervan ngebentak, jangan ngarang cerita ya."Peringat Zola ke arah Zya, Zya menggeleng memutar matanya dengan malas. "Gak percayaan sih, ngeri tau kalau Ervan marah, serem."

Zya mengambil nafas sejenak menatap Zya dengan tatapan serius, Zola menaikkan kedua alis. "Kemaren habis lu pergi ke kelas nya kak Esa, Ervan datang nyariin ...."

........
"Zya, Zola nya ada?"

Tangan Zya di cekal saat hendak berbalik, Zya terdiam mengatupkan bibir rapat. "Gimana ya," gumam Zya pelan.

Zya mengangkat pandangan nya kemudian menggeleng. "Hmm Zola ... Zola udah pergi dari tadi."

Wajah Ervan berkerut bingung. "Oh ya? Pergi kemana? Dari tadi Ervan tunggu di parkiran kok dia nya gak datang?"

Mata Ervan berkedip-kedip menatap ke arah Zya, Zya menundukkan pandangan, tanpa berani melihat wajah Ervan lebih Lama. "Kenapa? Kamu pasti tau kan Zola kemana."

Zya menggaruk tengkuknya gelisah. "Maaf kak Zya udah di tungguin."
Zya hendak melangkah kan kaki namun harus terhenti saat tangan Ervan mengcengkram pergelangan tangan nya.

"Aku tau kamu bohong, kamu tau kan dimana Zola sekarang! Dia di mana?" Ervan memberatkan nada  setiap katanya, memasang wajah datar dan tajam menatap ke arah Zya agar perempuan itu mau bicara.

"Gak ... Gak tau ... Zola gak bilang apapun sama Zya." Zya menggeleng dengan cepat lebih tak berani beradu pandang, cekalan tangan Ervan terlepas dari pergelangan tangan Zya, ia berdiri tegap.

"Katakan atau tidak." Pelan namun halus seakan jarum tipis menghunus jantung.

"Eh Ervan ya? Nyari Zola? Vania liat dia lagi di kelas 12 menemui seseorang." Seorang perempuan sudah berdiri di samping Ervan berkata dengan mudahnya.

Ervan menatap dingin  ke arah Zya sesaat baru kemudian langkah nya melebar mencari keberadaan Zola, dipikirannya hanya ada satu nama yang terlintas. "Esa, laki-laki itu."

Zya menggeram kesal ke arah Vania, memandang Vania murung. "Duh Vania kok di bilang sih, gawat nih!"

Vania mengedipkan matanya beberapa kali, menoleh bergantian ke arah Ervan yang perlahan menjauh dengan Zya yang berada di depannya.

......
Zola hanya terdiam dia tau Ervan memang marah kemaren tapi ia tak menunjuk rasa marah nya sama sekali. "Oke Zola percaya kok tapi Zya harus tetap bantuin Zola agar Ervan gak ke parkiran lebih dulu, Zola akan chat Ervan kalau pulang telat nah disitu Zola temuin kak Esa."

Zya menggigit bibir bawahnya menatap Zola dengan melotot." Lu yakin mau bohong sama Ervan? Kenapa gak jujur aja sih."

Zola menghela  nafas pelan, meletakkan kedua tangan nya di pinggang. "Zya gak tau sih Ervan itu akhir-akhir ini orang nya suka maksa Zola, apalagi terlihat langsung dengan Kak Esa."

Zola menggerutu kesal mengingat kejadian semalam, tadi pagi laki-laki itu tetap menjemputnya ke rumah lebih pagi bahkan mengatakan pada bunda dan ayah kalau ia akan menjemput Zola seperti biasanya.

"Kalau Ervan marahnya sama Zya, Zola yang ngadepin sendiri, Zola bakalan tanggung jawab."

Zya mengambil nafas, wajah nya masih terlihat bimbang, memikirkan segala konsekuensi nya Zya mengukir senyum ke arah Zola. "Iya ... kali ini Zya bantu tapi kalau Ervan marah, Zya gak mau terlibat ya."

Zola memegang kedua bahu Zola dengan yakin, mengangguk ke arah Zya. "Serahkan semuanya sama Zola."
Zola berlalu kembali ke tempat duduk,merapikan buku-buku di atas meja, Zya berbalik menatap ke arah Zola lalu berjalan mendekat ke arah kursi nya setelah bel jam pelajaran terakhir berbunyi.

Zola sesekali mengukir senyum tipis, bukan karena mendengar penjelasan guru di depan melainkan otak nya memutar kembali momen kebersamaan nya dengan Esa beberapa hari terakhir apalagi adegan Foto mereka di taman kemaren.
Jantung Zola  tiba-tiba berdetak dengan cepat, seperti ribuan kupu-kupu juga terbang dari perutnya, Zola tersenyum geli.

"Hei, kenapa sih senyum senyum sendiri." Zya menyenggol nyenggol lengan Zola membuat Zola tersadar memperhatikan sekeliling nya menghadap langsung ke arah Zya, mengangkat bahunya bertanya.

"Kenapa?"

Zya lantas menjitak kening Zola pelan, membuat Zola meringis seketika. "Tulis tuh di depan, mau Zya tuliskan lagi ha?"

Zola dengan senyum sumringah langsung memberikan buku nya ke arah Zya membiarkan perempuan itu mencatat untuk beberapa hari ini.
"Yaaa bapak sudahi sampai di sini, Wassalamualaikum."

Bel pulang berbunyi membuat Zola dengan cepat membereskan buku-buku nya di atas meja, Zola menoleh ke arah Zya. "Ya ... cepetan ya, Zola mau kirim pesan sama Ervan dulu."
Zola mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya mengetik pesan di Roomchat nya dan Ervan.

Zolaa

Van ... Zola ada tugas bareng teman-teman, Ervan pulang duluan juga gapapa kok.

Pesan tersebut dengan cepat terkirim, Zola kembali sibuk membereskan peralatan tulisnya memasukkan nya ke dalam tas.

Ting

Sebuah pesan masuk ke ponsel Zola, Zola melirik sekilas ke arah ponsel yang ia letakkan di atas meja

Epan nya ola

Ooh, Zola pulang sama siapa? Kalau gak Ervan bakal nungguin sampai selesai.

Zola menyandang tas melihat sekilas ke arah Zya. "Ya cepetan dong, halangin Ervan ke parkiran lebih dulu."

Zya yang baru selesai memasukkan buku ke dalam tas, mengangguk singkat ke arah Zola. "Iya ih sabar ... Ini juga buru-buru."

Zya segera beranjak dari tempat nya seraya menyandang tas mendahului Zola yang baru memegang ponsel di tempat duduknya. "Good bye, wish you all the best".

Zola mengangguk singkat, mengalihkan tatapan nya lagi ke arah ponsel yang di genggam nya mengetik pesan balasan untuk Ervan.

Zolaa

Gak usah di tungguin, langsung pulang aja, Zola bisa pulang sama sia ...

Belum semua kata nya terketik, layar  ponsel Zola tiba tiba menghitam, Zola menarik nafas kasar. "Zola lupa baterai nya tadi lowbat."

Zola menoleh ke arah luar kelas, dengan terburu-buru kaki nya melangkah dengan lebar, namun harus berhenti mendadak melihat Esa yang sudah bersandar di dinding kelasnya. "Eh maaf telat Kak, Ayo pergi!"

Esa menoleh menatap ke arah Zola, tangan nya secara tidak sadar mengaitkan jari-jari tangan mereka, Zola melotot, rasanya malu dengan perlakuan Esa saat ini, tanpa mengatakan apa pun, Esa menarik Zola bersama nya, mereka tetap berpegangan hingga di gerbang sekolah.

Banyak di antara beberapa siswa menatap mereka membuat Zola sesekali berjalan dengan menunduk.

"Eh itukan kakak kelas yang pemain basket tim inti ya? Sama siapa tuh."

"Eh aku sering  liat, biasanya kakak itu barengan sama sahabat cowoknya."

"Kok beda ya, itu bukannya kak Resya?"

Esa berhenti melangkah di seberang jalan, menyenggol bahu Zola dengan bahunya. "Kenapa nunduk gitu? Liat jalan nya ke depan."

Zola mendongak menatap ke arah Esa, mengedipkan mata beberapa kali.

"Makanya gw genggam tangan lu terus, kalau gak lu bakalan kesandung, kita mau kemana?"

......

Ahaha, Esa ada-ada saja! Ada maksud tertentu gak nih ya??
Kalian lebih nge ship siapa nih?

ZolaEsa?

ZolaErvan?

Nanya aja, dah sampai ketemu lagi...

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang