Youand He:-44

5 2 0
                                    

Zola menggeleng kuat mengingat kembali kenangan masa kecil mereka, perjanjian kecil yang mereka buat sekitar 12 tahun yang lalu bukanlah  waktu yang singkat.

Zola membentur keningnya ke arah kasur tempat tidur, Menelan ludahnya sendiri."Zola memang bodoh!" rutuk nya dengan dirinya sendiri.

Semua kenangan yang mereka lewati bersama mendadak berputar ulang Dengan layar lebar di otak nya, Zola masih sangat ingat dimana ia bisa sangat bergelayut manja jika ia sedang malas ataupun saat Zola tengah sakit laki-laki itu mau membelikan nya semangkuk pangsit walaupun harus menerobos hujan deras agar Zola mau makan, ia ingat saat Ervan kedinginan setelah itu akibat dari ulah Zola sendiri.

Dari kecil hingga Remaja seperti sekarang ini, Ervan benar benar menjaga Tuan Putri nya dengan baik tak ingin membuat perempuan nya menangis karena suatu hal, ia juga orang yang pertama maju jika ada yang menjelek-jelekkan nya, namun semua yang manis itu telah berganti akibat ulah Zola sendiri dengan tega nya berkata kalau ia lebih memilih orang lain bahkan menganggap kaki laki itu hanya pura pura baik di tambah lagi semua pemberian Ervan ia buang begitu saja, benar benar bodoh, Zola merutuki dirinya sendiri kenapa ia bisa bersikap seperti itu.

"Benar gak sebanding, Seharusnya Zola tetap bersamanya walaupun Zola harus merelakan perasaan Zola tersakiti."

.......
Zola berhenti di depan kelas Ervan, menarik nafas panjang sebelum bertemu dengan teman masa kecilnya lagi.

"Eh ini bukannya yang ... ngobrol sama Ervan kemaren, ya?"
Zola menoleh ke arah perempuan berponi yang semalam berboncengan di atas motor Ervan." Iya ... Kamu yang boncengan sama Ervan kemaren, kan?"

Mey di depannya mengangguk singkat lalu menaikkan kedua alisnya."Kamu mau apa kesini?"tanya Mey yang  masih menatap ke arah Zola.
"Ervan nya ada?"

Zola melebarkan matanya menoleh ke dalam kelas Ervan yang hanya di huni oleh beberapa siswa namun matanya tak kunjung menemukan sosok yang di carinya, Mey menggeleng."Ervan hari ini gak masuk."

Alis Zola spontan bertaut memasang wajah minta penjelasan ke arah Mey."Ervan gak masuk?kenapa?"
Mey menaik turunkan bahunya."Denger Denger sih Ervan mau pindah sekolah tapi gak tau benar atau enggaknya."

Zola terdiam, wajahnya cengo menatap tak percaya ke arah Mey."Ka ... Kamu serius?"

Mey menarik nafas lalu menghembuskan nya."Ya begitulah menurut teman sekelas."

Zola menundukkan pandangan nya menatap kosong ke arah lantai masih tak percaya kalau Ervan benar benar mau pergi jauh."Tapi mau kemana dia pindah kenapa Ervan tak pernah memberitahunya, yah aku memang bukan seseorang yang harus ia beritahu,"ujar Zola pelan.

Mey menepuk bahu Zola pelan memperhatikan raut wajah Zola yang terlihat lebih redup."Kamu ... siapa nya Ervan Kenapa kelihatan nya sedih sekali?pacar ya? Kok aku gak tau Ervan punya pacar."

Zola menggeleng matanya memanas seketika."Aku bukan siapa-siapa."
Mey tertegun, matanya mengerjap ngerjap perlahan."Bukan siapa-siapa? Hm gak mungkin lah, kamu bohong sama aku ya."

Zola menggeleng lagi masih terdiam di tempatnya.

"Oh, Ervan itu anaknya goodboy, suka bantu teman teman sekelas pokoknya baik banget, Mey aja sedih kenapa Ervan pindah tapi masa iya sih bukan siapa-siapa," selidik Mey kembali.

Mey meletakkan jarinya di dagu, menerangkan kepala menatap Zola, Zola mendongak menatap Mey dengan mengukir senyum tipis di wajahnya. "Makasih ya, Zola mau balik ke kelas lagi."

Zola melangkah dengan langkah lebar menuju kelas, namun langkah Zola harus terhenti saat melihat orang yang ingin di temuinya berjalan menuju ke arah kantor guru."Itu beneran Ervan?"

Zola memastikan sekali lagi menatap orang yang tengah memakai baju batik dengan celana hitam selutut itu dengan seksama, Orang itu masuk ke kantor guru dengan langkah terburu buru, Zola melangkah mendekat ke arah Kantor menunggu ia di sana.

Zola berjalan kesana kemari sebelum orang yang di tunggunya keluar dari kantor, Ckittt

Zola menoleh mendapati Ervan baru saja keluar dari Kantor, Zola menyentuh lengan Ervan membuat sang empu menoleh dengan cepat."Kamu pindah?"

Ervan terkesiap,  terdiam beberapa detik mencerna sebuah kalimat pertanyaan, apalagi pertanyaan itu berasal dari teman yang beberapa hari ini terlibat konflik dengan nya.

Ervan menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan perempuan itu."Ya, Kenapa memang nya? Kamu mau bicara in apalagi, aku sudah mengalah dengan membiarkan mu bahagia tanpa ku."

Tangan Zola terkepal mengalihkan tatapan nya."Padahal Zola mau ngomong baik-baik sama kamu, Zola minta maaf."

Ervan menengadah kepalanya menatap langit dengan tatapan kosong."Apa yang bisa di rubah, gak ada yang perlu kita bicara in lagi."
Zola beralih menatap manik mata Ervan dengan mata yang sudah berkaca kaca."Kamu ...  benar benar berubah, Van."

Ervan menggeleng pelan memasukkan tangannya ke dalam saku."Aku gak akan berubah Kalau kamu nggak merubah yang seharusnya."

Ervan berbalik melangkah menjauhi Zola, ia berhenti sesaat menoleh sekilas ke arah perempuan."Ervan Pamit, Ervan doa kan kamu bahagia dengan apa yang sudah kamu pilih."

Zola mengepal tangannya menatap Ervan tajam."Oke kalau kamu mau nya begitu, Pergilah Aku gak akan minta kamu kembali lagi, Zola akan perjuangan in Cinta nya Zola."

Deg, jantung Ervan berdetak dengan cepat, Ia berhenti melangkah sesaat  baru kemudian melangkah kan kakinya dengan pasti.

Ervan Rava Abiandra

Dear, kamu! iya kamu teman masa kecilku yang sebenarnya  paling aku sayangi
Aku minta maaf kalau aku mengambil keputusan ini
Aku gak mau lihat kamu harus bersusah payah menjauhi ku
Maaf untuk hari hari bersama ku,
aku gak punya alasan lagi  untuk menyakinkan kedua Orang tua ku yang memaksa untuk pindah ke tempat yang jauh kamu gapai.

Sebenarnya aku ingin membuat mu bahagia selamanya  namun sayang malah aku yang menjadi penyebab rasa sakit mu.

Aku minta maaf untuk hari buruk ini, bagimu atau pun hanya aku.
Jaga dirimu dengan baik, perhatikan makan mu, jangan sampai sakit karena aku tidak bisa merawat mu seperti sebelumnya.

Terima kasih untuk segala tingkah lucu dan senyum yang selalu kamu berikan padaku

Big Regard

Epann

........
Zola melangkah gontai pulang dari Sekolah, ia masuk memberi salam ke arah Bunda Dysa, Bunda yang tengah duduk di kursi ruang tamu memandang Zola sendu."Ervan udah pamit sama kamu?"

Zola menaikkan alisnya menatap ke Bunda, Bunda menghela nafas berdiri dari duduk nya."Tadi sekitar jam 11, Ervan dan keluarga nya datang ke rumah mereka pamit mau pindah katanya."

Zola membulatkan mulutnya seakan berita itu hanyalah angin lalu, Bunda menyentuh bahu Zola, menautkan alis  dengan reaksi anaknya."Ola udah tau ya, Ervan udah  pamitan sama kamu ya."

Zola mengedikkan bahu, mengangkat sebelah sudut bibirnya."Iya bisa di bilang begitu."

Bunda beralih memegang kedua bahu Zola, menepuk nya beberapa kali, sebelum bicara Bunda menghela nafas terlebih dahulu."Kamu ... ada masalah apa sama Ervan?Kalian berantem?"

Pernyataan Bunda yang baru saja terlontar membuat Zola membungkam mulutnya rapat-rapat, tak berani menatap mata Bundanya.
"Kenapa bisa?" tanya Bunda sekali lagi.

....
Next lah gak perlu Nyya jelasin lagi... Hehe

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang