Zola mengelap sepatunya dari debu yang menempel, sepatu sneaker putih dengan paduan gaun polkadot cokelat yang membalut tubuhnya membuat ia semakin terlihat cantik, rambutnya ditocang rapi oleh Bunda dengan di bawahnya diikat dengan pita berwarna coklat.
Dilanjutkan dengan memasang sepatu ke kaki kirinya yang perlahan mulai bisa digerakkan dengan sedikit lebih bebas dari hari-hari kemaren.
“Zola! wah cantiknya.”
Zola seketika mendongak menatap Zya yang hari ini memakai baju monyet berwarna dongker dengan rambut dibiarkan tergerai bebas. Zya membawa motornya masuk ke pekarangan rumah."Zya, langsung dimasukin ke garasi ya!” Zola mengarahkan telunjuknya ke arah garasi sambil menatap Zya, cewek itu lantas membelokkan motornya ke arah garasi.
Setelah selesai berkutat dengan sepatu, Zola mengambil kruk yang ia letakkan di tepi dinding rumah, masih pakai walaupun kakinya bisa digerakkan tanpa kruk.Zya melepaskan helm yang melekat di kepala, kemudian bergerak mendekati Zola yang juga berjalan ke arahnya. "Ervan udah datang ya? Tu motornya ada, dia dimana?”
Mereka sama-sama berhenti di pertengahan. “Iya udah, ada di dalam bantu Bunda nyiapin rantang makanan.”
Mata Zya terpaku ke arah tangan kanan Zola yang perbannya tampak berbeda dari sebelumnya. “Itu perban tangan udah diganti ya?”Zola menatap tangan kanannya, kemudian menatap mata Zya kembali. “Iya udah, tadi pagi Bunda yang ganti.”
Zya membulatkan mulut, tersenyum kecil lalu merangkul pundak Zola seraya berjalan ke arah pondok kecil, kerajaan milik Putri dan Pangeran.
Tin ... Tin
Sebuah mobil Toyota Rush berhenti di tepi jalan di depan pekarangan rumah, Zya dan Zola menoleh bersamaan.
Seseorang berkemeja putih dengan kemeja levis di bagian luarnya yang dibiarkan terbuka turun dari Mobil, celana jens hitam dan sepatu kets putih yang dia kenakan membuat siapapun tergila-gila, tidak terkecuali Zola dan Zya yang melongo menatap penampilan Esa hari ini.“Itu beneran Kak Esa? Style-nya bagus banget,” celetuk Zya dengan riangnya masih terpaut ke arah Esa yang berjalan kian mendekat ke arah mereka. “Hai ... mana yang lain?”
Zola mengalihkan tatapan ke arah pintu rumah, baru saja ingin menjawab Ervan lebih dulu keluar dari rumah membuat ia mengurungkan niatnya. “Oh, udah datang.”
Laki-laki dengan style baju kaos pendek hitam dengan celana hitam itu membawa tikar dan rantang di tangannya, ia menatap Esa dengan wajah datar sesaat kemudian berhenti tepat di depan Esa. "Buka pintu belakang mobilnya dong! Masukin ini.”
Esa merogoh kantong celananya mengambil kunci mobil menekan tombol kunci terbuka, lalu berjalan ke arah mobil dengan Ervan di belakangnya.
Bunda yang dari arah dalam rumah berjalan keluar bersama Pak Sutanto dengan tangan membawa sekeranjang buah segar, Zola menoleh ke arah Zya yang masih memandangi Esa tanpa berpaling. “Eh iya. Zola ke rumah bentar mau ambil jajanan.”
Zya menoleh sekilas lalu mengangguk, Zola bangkit dari tempat duduknya.
“Eh mau kemana, La?”Zola berhenti berjalan, balik menatap Bunda. “Ambil jajanan, Bun.”
Ia sudah menyiapkan jajanannya di atas meja rias di kamar. Setelah mengambil sekantong plastik itu, ia kembali berbalik. Namun, langkahnya berhenti menatap tas belanja berisi sepatu yang diberikan Esa.
Pandangannya menunduk, bingung harus bagaimana. "Gimana caranya ya? Kan gak enak sama Kak Esa.”
Zola segera melangkah ke arah meja belajar, mengambil tas belanja itu dan pergi dengan segera.
"Zola! Ngapain lagi? Yuk ke mobil!”
Esa berdiri di hadapannya, membawa Zola menuju mobil. Zya melambai, Ervan yang berdiri di pintu mobil hanya memandang Esa datar. "Udah pada siap, masuk aja ke mobil.”
Bunda yang berdiri di belakang mobil melangkah ke arah rumah, Zya berlari mendekati Zola menggandeng tangan cewek itu.
Begitu selesai mengunci pintu rumah, ia segera mendekat ke arah mobil, Ervan membukakan pintu mobil di bagian tengah.
Bunda dan Pak Sutanto saling berpandangan, melangkah mendekat ke arah Zola dan Zya. “Yang duduk di depan siapa?” Bunda menoleh ke arah Esa yang baru saja membuka pintu supir, Esa mengedikkan bahunya.
“Terserah mau siapa aja, Bunda, Bapak atau Zola?”Ervan menatap ke arah Esa baru kemudian membuka suara. “Pak Sutanto aja gimana?”
Pak Sutanto mengalihkan perhatiannya ke arah Ervan lalu menganggukkkan kepalanya beberapa kali. “Ayo! Tidak masalah.”
Begitu Pak Sutanto masuk, Ervan langsung memasuki mobil dan duduk paling belakang. "Zola paling tepi, dekat jendelanya,” ujar Zola dan masuk setelah Ervan, baru kemudian Zya dan Bunda, Esa memasuki mobil di bagian supir memakai safebelt dengan cermat dan menoleh ke arah belakang.Bunda menutup pintu di sampingnya, kemudian mengangguk kecil ke arah Esa. “Udah Sa, jalan!”
Zola mengalihkan arah matanya ke arah depan, menatap jalan dan mulai menstater mobil. “Jangan lupa safebelt-nya, Pak.”
Pak Sutanto menoleh sesaat, kemudian memakai safebelt-nya sendiri, mobil itu akhirnya meninggalkan pekarangan rumah Zola dan berjalan menguasai jalan raya.
Zola membuka kaca jendela di sebelahnya, menerbangkan anak-anak rambut yang tidak terikat, Esa melirik ke arah Zola dari kaca depan mobil yang sibuk memandangi ke arah pemandangan luar yang memanjakan mata.
....
Zola melangkah dengan perlahan turun dari mobil, Mobil milik Kak Esa telah terparkir dengan rapi di parkiran taman yang beberapa minggu lalu selesai dibangun.Esa membetulkan kemeja levis-nya, kemudian beralih membuka pintu mobil, begitu juga Ervan yang keluar terakhir dari semuanya.
"Cari tempat di tepi danau sana deh.”
Bunda mengarahkan telunjuknya ke arah danau buatan yang terletak di sisi taman, seluruh pandangan mata mengarah ke arah ujung telunjuk Bunda. “Iya, kayaknya di sana bagus.”
Zya membuka suara, membetulkan ucapan Bunda Dysa, Esa dengan segera membuka pintu belakang mobil hendak mengeluarkan barang-barang yang mereka bawa.
Ervan berdiri tepat di belakang mobil mengambil tikar dan membawanya di pangkuan, Bunda menoleh ke arah Esa berjalan mendekat mengambil rantang mereka di dalam bagasi mobil.
Zya ikut berjalan ke arah bagasi berdiri di sana berharap bisa membantu. “Bun, Zya bisa bawain apa ya?”
Bunda menoleh sekilas ke arah Zya, lalu mengambil alih keranjang buah mengulurkannya ke arah cewek itu. “Zya bawa ini ya.”
Zya mengangguk menerima uluran keranjang buah dari tangan Bunda.
Zola menepuk jidatnya tiba-tiba. “Oh iya, kantong jajanan Zola masih di dalam mobil.”Ia membuka pintu mobil kembali setelah Zya, Ervan, Bunda dan Pak Suatanto mulai berjalan ke arah tempat yang akan mereka tuju.
Esa masih berdiri di tepi mobilnya dengan tangan membawa beberapa kotak kue, Zola mengambil kantong plastik jajannya yang ia letakkan di bawah kursi tempat ia duduk tadi, sambil memandang tas belanja sepatu yang di berikan Esa dengan menghela nafas.“Zolaa, ngapain? Ambil apa?”
Zola dengan cepat keluar dari dalam mobil, sadar masih ada Esa yang memperhatikannya sekarang, mengangkat plastik jajanannya ke arah Esa sejenak.
Esa mengedipkan mata, menekan tombol gembok terkunci di kunci mobilnya, ia berbalik dengan pandangan mata menoleh ke arah Zola. “Ayo!”
Zola melangkah dengan hati-hati walau kakinya tidak sesakit sebelumnya, Esa di sampingnya hanya terdiam tanpa berniat membuka suara, Ervan menoleh ke arah belakang, langkah kakinya berhenti menatap Zola dan Esa yang berjalan bersampingan.
....Yuhuu, Nyya capek banget padahal hari ini mau ngerjain tugas yang udah dekat deadline, wkwk. Senin juga ujian praktek, euy...
Oke deh, ini semua demi pembaca, kalau tidak ada demi konsisten-an Nyya dong, oke sip dah selesai
Bay, sampai ketemu dichapter berikutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...