"Kenapa gak respon, bete?"
Zola terkesiap, memandang dengan mata yang mengerjap-ngerjap beberapa kali ke arah Ervan. "Iya Ervan ... kenapa?"
Laki-laki itu tersenyum kecut, segera mengeluarkan motor dari area parkiran, kemudian memasang helm di atas kepala Zola. Menaiki motornya dan menoleh ke arah belakang.
"Hari ini mau jajan es krim?" tawar Ervan pada orang yang dari tadi kelihatan seperti melamun.
"Iya Ervan, ayo jalan!"
Perempuan itu langsung duduk di jok belakang, tidak menanggapi pertanyaan teman masa kecilnya dengan benar.
Ervan menghembuskan nafas kasar, ia menstater motornya lalu membawa motor itu ke arah jalan raya, ia tau ada yang berubah, Zola menyembunyikan sesuatu darinya.
Mengingat itu, Ervan tidak langsung mengantar pulang, motornya melaju ke arah kedai es krim tempat biasa mereka menghabiskan akhir pekan.
Zola yang tidak sadar akan hal itu hanya mengangguk saja karena saat ini pikirannya masih berada di sekolah.
"Ayo turun! Aku beliin es krim kesukaan Zola."
Begitu sadar tiba di tempat lain, ia mengedarkan arah matanya menggeliling dengan kerutan wajah yang amat kentara. "Sejak kapan disini?" tanyanya sangat pelan bahkan tidak kedengaran oleh orang di dekatnya.
Namun, Zola tetap turun, duduk di kursi khusus pelanggan kedai es krim, menempati tempat yang biasa mereka duduki. Pelayan kedai datang ke arah mereka menyerahkan buku menu, tanpa melihat itu, Ervan segera memesan es krim yang biasa mereka pesan.
"Kak ... cokelat doublewafer sama vanila ice satu."
Pelayan tersebut mengangguk sambil mencatat pesanan di buku yang ia pegang. Ervan balas tersenyum ke arah pelayan setelah pelayan itu pamit pergi.
"Ayo cerita! Melamun dari tadi."
Seakan tau, mata cewek itu bergerak melihat langit-langit payung besar di atas mereka. "Iya nih, tadi ... Zola ketemu ... cowok yang bayarin kekurangan uang di supermarket kemaren, sebenarnya zola ajak ngobrol, tapi Erpan nelpon ngajak pulang, gak jadi deh, makanya Zola kepikiran."
Ervan menyimak baik baik cerita perempuan di depannya. "Lah, kenapa gak bilang sama aku tadi?"
Ervan menaikkan kedua alis dengan tangan yang naik ke area tengkuk karena pandangan mereka saling beradu.
"Gak enak sama Epan nungguin Zola cuma buat itu."
Ervan tersenyum tipis, ia mengacak-ngacak rambut perempuan penyuka kucing di sampingnya.
"Ya udah besok mau aku temenin temuin orangnya?"
Zola dengan cepat menggeleng. "Gak papa Pan ... Zola minta temenin sama Zya aja."
Laki-laki itu mengangguk mengerti yang kemudian disambut dengan pesanan mereka yang telah selesai dibuat.
"Selamat menikmati Kak ... Bang."
Mereka serempak menganggukkan kepala, mempersilakan pelayan tersebut meninggalkan meja. Zola mengambil es cokelat doublewafer miliknya.
Tangan dan mulut mulai sibuk menyuap es itu pelan-pelan, meresapi rasa cokelat yang manis dan kental, menghilangkan fokus pada laki-laki yang sejak tadi hanya memandangi wajah itu.
Es Ervan kini hampir mencair, berbanding terbalik dengan es milik Zola yang hampir habis.
"Sibuk banget, La."
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
أدب المراهقينRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...