Youand He:-05

23 7 3
                                    

Senyum Zola mengambang namun tertahan, ia meletakkan tangannya di mulut. Mulai berbaring sambil mendengarkan laki-laki itu berbicara lagi di telepon.

"Hm, Ervan selalu suka apapun dari Zola, selalu mengagumkan di mata Ervan ... sekarang, Zola lagi ngapain?"

Laki-laki itu beralih menanyakan teman masa kecilnya, Zola berdehem sebelum menjawab pertanyaan. "Lagi persiapan tidur."

"Oh ... mau Ervan nyanyiin?" tawar Ervan yang langsung diangguki Zola. "Iya."

Detik berikutnya suara di seberang telepon menjadi senyap, Zola memastikan kembali panggilannya masih tersambung.

Sadar panggilan masih tersambung, ia menarik selimut sampai ke dada, melindungi diri dari gigitan nyamuk dan bersiap mendengar nyanyian cowok di seberang telepon.

Tring ... Tring

Suara petikan gitar terdengar di telinga Zola, ia tersenyum tipis.

Aku Lelakimu

Datanglah bila engkau menangis

Ceritakan semua yang engkau mau

Parcaya padaku, aku lelakimu

Mungkin pelukku tak sehangat senja

Ucapku tak menghapus air matamu

Tapi ku disini sebagai lelakimu

Aku lah yang tetap memelukmu erat

Saat kau berpikir mungkinkah berpaling

Aku lah yang nanti menenangkan badai

Agar tetap tegar kau berjalan nanti

Sudah benarkah yang kau putuskan

Garis hidup sudah engkau tentukan

Engkau memilih aku sebagai lelakimu

Aku lah yang tetap memelukmu erat

Saat kau berpikir mungkinkah berpaling

Aku lah yang nanti menenangkan badai

Agar tetap tegar kau berjalan nanti

Ooh.. Ohhh

Aku lah yang tetap mememelukmu erat

Saat kau berpikir mungkinkah berpaling

Aku lah yang nanti menenangkan badai

Agar tetap tegar kau berjalan nanti

O-ohh...

Aku lelakimu

Aku lelakimu

Aku lelakimu

Laki laki itu mengakhiri nyanyiannya, mengambil ponsel yang terletak di lantai.

"Laa ...udah tidur, ya?"

Tak ada sahutan yang terdengar, Ervan melengkungkan bibirnya, ia berhasil membawa Zola ke alam mimpi.

"Selamat tidur Zolaa ... mimpi indah Tuan putri ...."

Ervan berucap lembut dan penuh sayang, ia berhenti sejenak mengambil nafas panjang dan berbisik pelan. "Aku ... sayang kamu teman masa kecil ... sayang banget ... lebih dari seorang sahabat."

Ervan menekan tombol merah, mengakhiri panggilan 45 menit tersebut, lantas berbaring di kasurnya dengan harapan ia akan bertemu perempuan itu lagi besok.

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang