Youand He:-08

13 5 2
                                    


Zola yang tengah menyeruput minuman, hampir dibuat tersedak saat cewek itu mengangkat jari telunjuk.

"Zola gak tau sih Kak Esa bakal temui Zola atau gak ... tapi, menurut Zola Kak Esa bakal mengembalikan wadah bekal itu."

Selepas mengatakan itu bibirnya terkatup rapat, melihat ke sekeliling lalu bertumpu pada Zya lagi.  

"Oh gitu, yuk ke kelas!" ajaknya setelah beberapa menit. Zya menyeruput es teh hingga ludes, lalu segera berdiri, disusul Zola yang juga ikut berdiri. Setelah membayar makanan, di saat baru saja melangkah keluar kantin langkah kaki Zola terhenti, tangannya dicekal seseorang, membuat ia mau tak mau harus menoleh.

Zya yang sadar, spontan membelalakkan mata saat ikut menoleh. Sedangkan Zola memundurkan langkahnya ke belakang. 

"Kak Esa, kenapa?" matanya mengerjap beberapa kali lalu turun menatap pergelangan tangannya yang masih dipegang. Esa cepat-cepat menarik tangannya dari lengan Zola, kemudian berdiri sambil menunduk membetulkan rambut.

Zya tercenung memindai penampilan Esa sampai meneguk ludah beberapa kali. "H ... hai Kak Esa," sapa Zya sambil melambaikan tangan.

Esa melirik Zya sekilas dengan wajah datar. "Gue sampai hapal sama lo, Zya kan? Yang bikin perkumpulan itu?"

Zya mengangguk-angguk beberapa kali. "Woah, terima kasih Kak. Tau ternyata"

"Dan gue gak suka itu," cibir Esa dengan tatapan sinisnya. Cewek itu tertegun, dengan raut wajah seperti hendak menangis.

Tangan Esa yang dari tadi di belakang punggung, mengulurkan sekotak kue keju mini. Kue kecil yang harganya setara dengan makanan restoran bintang lima. Zola melongo, tak berkedip menatap kue itu.

"Nih, mama gue ngasih ini sama lo, Zola."

Zya menarik napas panjang menoleh ke arah Zola. "Gue duluan ya," bisiknya halus. Tangan Zya ditahan untuk beranjak. "Sebentar."

"Maaf Kak, Zola gak bisa terima, maaf ya." Tangan zola terulur menjauhi kotak makanan itu dan menunduk sungkan.

Esa berdecak, memutar bola matanya malas. Tangan cewek itu akhirnya ditarik paksa, namun Zola mengepal tangannya erat. "Hei hei ... kenapa gak mau? Ini balasan buat roti panggang kemarin, mama gue suka rotinya jadi suruh kasih ini ke lo."

Sekali lagi, Zola menunduk sambil meminta maaf. "Maaf Kak, tapi Zola gak mengharapkan balasan."

Zya yang dari tadi diam merasa tak dianggap, ibu jarinya ia genggam dengan empat jari lain.

"Tolong jangan ditolak, oke," ujar Esa dengan intonasi melembut, ia menatap mata Zola intens.

Tangan Esa kembali terulur, mengambil tangan Zola dan menaruh kue dengan tatapan mengintimidasi.

Kue itu ia terima dengan agak keterpaksaan. "Terima kasih banyak," ujarnya.

Esa balas mengangguk sambil tersenyum tipis. "Oh iya, ini bekal yang kemarin."

Tangan laki-laki itu kembali terulur, mengulurkan wadah bekal berwarna biru, Zola mengambil bekal itu langsung tanpa basa-basi.

Tatapan Esa mengarah ke Zya yang berdiri di belakang tubuh Zola, menatap cewek itu dengan kening agak berkerut tak seperti ia menatap mata Zola. "Salahnya mama gue cuma kasih satu ... hm."

Esa mengangkat alis saat Zya tak balas menatapnya, kemudian beralih menatap Zola kembali. "Sebenarnya gue mau ngomongin satu hal lagi, tapi nanti aja."

Zola mengangguk, menoleh ke arah Zya sesaat. "Ya sudah, kalau begitu gue balik ke kelas, pamit ya."

Esa berjalan kian menjauh. Zola memperhatikan kotak kue di tangannya, bingung harus berbuat apa dengan kue yang bermerek tersebut.

"Ayo ke kelas, udah bel nih."

Zya menarik tangan Zola tanpa memperhatikan cewek itu yang tengah berpikir suatu hal, mereka berlari agak cepat karena sadar bel sudah berbunyi dari tadi.

....

Tubuh Zola menunduk, mengeluarkan kotak kue keju dari laci mejanya, memperhatikan kotak kue itu dengan mata yang menatap kosong. Mata Zya menoleh, menyenggol bahu perempuan itu.

"Kenapa? Gak suka kuenya?"

Zola balik memandang Zya, kemudian menggeleng. "Bukan gak suka, tapi ini kan mahal."

Zya menghela nafas, kemudian beralih membereskan buku-bukunya. Setelah yakin semua alat tulis Zya tidak ada yang ketinggalan, ia berdiri menyandang tas, menepuk bahu Zola pelan. "La, kamu tau? Kak Esa itu anak pejabat, jadi untuk masalah kue mahal, baginya kecil."

Seketika terdiam tak membalas ucapan Zya, cewek itu menghela nafas berat.

"Aku duluan ya, bay."

Tanpa menoleh, Zola mengangguk seraya mengalihkan perhatian ke arah bukunya yang masih belum disusun. Belum sampai ke luar kelas, Zya menoleh memperhatikan perempuan itu dengan senyuman tipis. "Sepertinya, aku harus move on sama Kak Esa."

Lantas menoleh dengan kening berkerut, tak paham akan maksud Zya yang mengatakan hal itu tiba-tiba. "Emangnya kenapa? Ada yang salah sama Kak Esa?"

Zya sedikit menurunkan pandangan, jari-jarinya ia main-mainkan. "Gak kenapa-kenapa. Gak usah dipikirin."

Setelah mengatakan itu, Zya berbalik melanjutkan langkah ke luar kelas, tak mempedulikan kening Zola yang makin berkerut. Cewek itu menggeleng pelan, kemudian beralih membereskan bukunya dan beranjak dari tempat duduk.

Baru keluar dari pintu, Zola terperanjat sampai langkahnya mundur. Ia mengelus dada meninjau seseorang yang tengah bersandar di depan dinding kelas. "Kak Esa ngapain ke kelas Zola? Gak pulang?"

Esa terkekeh pelan lalu menoleh, mengalihkan perhatiannya dari handphone di tangan.

"Mau gue anterin pulang?" tanyanya.

Mata Zola mengerjap beberapa kali dengan alis yang saling berdekatan. "Maksud Kakak apa?"

Raut wajah Esa berubah datar, menyisir rambutnya ke belakang. "Mama gue pengen ketemu sama lo, Beliau minta lo ke rumah minggu depan!"

"Hah!" Zola nyaris berteriak, sebelum ia menutup mulutnya rapat-rapat. "Terus nawarin Zola buat pulang bareng, kaitannya apa?"

"Ya supaya gue tau rumah lo dimana, setidaknya gue bisa datangin rumah lo jika lo gak datang," tutur Esa.

Zola terdiam untuk beberapa saat, kemudian pikirannya melayang ke arah parkiran. "Pasti Ervan sudah menunggu untuk pulang."

"Eh, Zola lupa. Ervan mungkin udah menunggu di parkiran, maaf Zola gak bisa terima tawaran Kakak, terima kasih."

Ia melangkahkan kakinya menjauhi Esa, membiarkan laki-laki itu berdiam diri di depan kelas. Zola menoleh ke belakang sebelum jauh, Esa menatapnya terus-terusan tanpa berpaling dengan kepala agak tertunduk.

 Zola menoleh ke belakang sebelum jauh, Esa menatapnya terus-terusan tanpa berpaling dengan kepala agak tertunduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! Udah segitu aja.

Sampai jumpa. Jangan sampai ketinggalan
Bay bay

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang