Zola mengendarai motornya sendiri ke sekolah tapi kali ini ia berangkat pagi-pagi sekali agar kejadian semalam tak terulang melewati jalan raya yang biasa ia lewati bersama Ervan ataupun siswa lainnnya.
Zola memarkir kan motor di parkiran sekolah lantas berlari menuju kelas, langkah Zola berhenti saat melihat Zya sedang berdiri menyandar di pintu kelas, tatapan mereka beradu sesaat sebelum Zya mengerjapkan mata menoleh ke arah lain.
Zola menaik-turunkan bahunya kembali berjalan memasuki kelas tanpa saling sapa seperti biasanya, Zola duduk di kursi menyandarkan kepala di tangan kanan nya, Zya yang berdiri di ujung sana menoleh ke arah Zola."Zya begini supaya lu sadar kalau lu sudah salah langkah."
Merasa di perhatikan Zola menoleh ke arah Zya namun spontan Zya memalingkan pandangannya dari Zola menghadap kembali ke arah lapangan sekolah mereka, hingga bel berbunyi Zya bergerak menuju kursinya membungkam mulut nya.
Bu guru masuk, Zola fokus mendengar penjelasan guru namun sesekali melirik ke arah Zya."Tumben dia gak mau ngobrol sama Zola,"gumam Zola di sela-sela pembelajaran.
Waktu berjalan kian cepat hingga bel istirahat berbunyi nyaring di alat pendengaran siapa pun.
"Baiklah, cukup sekian pembelajaran kita hari ini, Assalamualaikum."
Bu guru merapikan alat tulis dan buku-buku di atas meja guru lantas berdiri berjalan keluar kelas, Zola menoleh ke arah Zya yang sedang merapikan bukunya.
"Zya ...."
Bukannya menoleh Zya malah berdiri dari tempat duduknya membuat tatapan Zola berubah tanpa senyum."Kamu mau ke kantin? Aku ...."
Zya melangkah kan kakinya tak berniat mendengar ucapan Zola, Zola mengangkat tangan nya di udara hendak meraih lengan perempuan itu namun urung tatkala Zya berjalan kian menjauh, matanya sayu menatap punggung itu."Kenapa dengan Zya ya? Zya marah kah sama Zola."
Zola menghela nafas menenggelamkan kepalanya di atas kedua tangan, niat nya mau ke kantin ia urungkan karena hal itu, Zola menghela nafas berkali kali."Setidaknya jangan Semua nya menjauh ketika aku mencoba menjauh dari seseorang."
Derap langkah kaki seseorang terdengar mendekat ke arah Zola, Zola menegak kan tubuhnya menatap seseorang itu dengan tatapan datar dan dingin."Kamu ...."
Zola bangkit berdiri mengepal kedua tangan nya, sedangkan laki-laki di depannya menatap Zola penuh kelembutan juga senyum, di kedua tangannya menggenggam Roti gulung coklat serta susu.
"Mau apa lagi ke sini! Jika hanya ingin memarahi ku pergilah," ujar Zola tanpa menoleh ke arah Ervan.
Ervan di depannya menggeleng pelan masih mengukir senyum."Nggak Ervan gak akan memarahi mu, aku tau kamu lapar ini aku punya ini buat Zola."Ervan mengulurkan tangan nya memberi Zola makanan rasa kesukaan nya, Zola menoleh dengan tatapan tajam tak peduli dengan tatapan Ervan yang lembut kepadanya."Jangan sok baik kamu!"
Ervan menarik nafas kembali menampilkan senyum penuh kehangatan. "Aku gak sok baik, jangan pernah kamu ngira kalau aku hanya pura-pura baik."Zola memutar bola matanya malas menatap Ervan datar."Kenapa kamu nggak marah ataupun benci sama Zola, gak ada manusia yang punya sifat sesabar itu kecuali orang itu punya suatu rencana di baliknya."
Ervan menurunkan tangannya berdiri tegak menatap Zola mengulas senyum tipis."Aku berdiri di sini Sebagai sahabat mu."
Zola menghela memijit kepalanya kemudian menggeleng."Gak ada sahabat yang suka mengekang dan memaksa sepeti mu."
Ervan menarik nafas menahan gejolak emosi dari dalam dirinya."Oke berarti aku bukan sahabat mu lagi, ini terakhir Ervan janji, makanlah aku gak tega lihat kamu tambah kurus."
Ervan kembali mengulurkan tangan yang memegang susu coklat dan roti gulung, mengulas senyum pahit."Ambillah aku gak mau berdebat lagi."Zola menyipitkan matanya menatap Ervan dan makanan di tangan nya, tak sengaja tatapan Zola beralih ke arah Esa yang berdiri di depan kelasnya, Zola kembali menatap Ervan datar."KAMU PUN GAK PERLU PEDULI AKU MATI SEKALIPUN, PAHAM!!"
Bukk
Susu coklat dan roti gulung di tangan Ervan terpelanting menggelinding di bawah lantai, jantung Zola berdegup kencang air matanya jatuh begitu saja lantas berlari berdiri di depan Esa dan memeluk pinggang laki laki itu.
Ervan di belakang nya mengepal kedua tangan, rahangnya mengeras seketika melihat Zola tanpa sungkan memeluk pinggang Esa membuat hatinya makin bergejolak panas, Ervan melangkah kaki nya dengan cepat meninggalkan kelas Zola senyum itu lantas hilang begitu saja yang mungkin gak akan pernah kembali lagi.
Tanpa Zola ketahui Zya berdiri tak jauh melihat adegan itu dengan geram, matanya melotot menatap Zola dengan raut wajah ketegasan.
Zola melepas pelukannya balik menatap Esa dengan malu malu."Maaf Kak, Zola gak sengaja meluk."Esa menggeleng mengulas senyum tipis di wajah nya. "Ga papa La ... kenapa dengan kalian, lu ga apa-apa?"
Zola menatap Esa meredup pandangan nya tak sama dengan tatapan nya ke arah Ervan."Ga apa-apa Kak, duh."Zola meremas perut nya, jujur ia sangat lapar sekarang, Esa menaikkan sebelah alis menatap ke arah Zola."kenapa La, perut nya sakit? Udah makan belum?"
Zola menggeleng pelan, menundukkan pandangan nya malu, Zola menepuk nepuk kepala Zola kemudian menyeret tangan Zola mengikutinya."Ayo makan, gw traktir."
Zola mengikuti langkah kaki Esa berjalan menuju kantin, mata Zola tak berpaling menatap ke arah Esa dengan mata berbinar."Oh ya kakak mau apa sebenarnya ke kelas Zola?"
Esa tertegun balik menatap ke arah Zola."Oh gak ada cuman mau mampir lama rasanya tidak ngobrol bareng."Zola membulatkan mulutnya lantas mengulas senyum di wajah, hatinya jadi lebih hangat berbicara dengan laki-laki di samping nya.
.......
Bel pulang berbunyi dengan nyaring membuat seluruh siswa di kelas Zola berhamburan keluar kelas terkecuali Zola dan Zya yang masih tak bergerak dari tempat duduk masing-masing, Zya menatap Zola dengan dadanya kembang kempis dari tadi merasa geram dengan perempuan yang terlihat tanpa dosa di sampingnya.Zola bangkit berdiri menyandang tasnya hendak keluar kelas, namun tas yang di sandang Zola sengaja di tarik dari belakang oleh Zya membuat Zola spontan berbalik, Zya menggenggam erat tali tas Zola mengangkat tangan di udara hendak menampar perempuan itu, namun tangan nya terhenti begitu saja di udara mengepal tangan kuat-kuat Zya menurunkan tangannya balik menggenggam kedua tali tas Zola dengan erat.
Zola yang memalingkan wajah nya takut memejamkan matanya."Lu Kenapa bodoh sih Laa, kenapa hati dan perasaan lu udah buta sekarang , Zya gak pernah mengenal Zola sepeti ini, Zya lihat dengan mata kepala Zola sendiri lu tega membuang pemberian Ervan , lu memang udah buta atau apa gak tau yang mana yang tulus atau pura pura baik!" ujar Zya setengah berteriak dengan ucapan menggebu-gebu.
Zola beralih menatap ke arah Zya yang menatap nya tajam."Emang kamu ada masalah apa hah! Kamu ga pernah terlibat di masalah ini kenapa kamu ikut ikutan sih."
Zya menarik nafas beberapa kali menarik tali tas Zola mendekat ke arah nya."ZYA SAHABAT LU, Zya berhak buat marahin lu kalau lu udah salah dalam bersikap." Ucapan Zya penuh dengan penekanan matanya tak teralihkan dari mata milik Zola."Lu harus sadar kalau lu gak baik buat Ervan Seperti itu, dia baik banget sama lu tapi lu malah sia-siain dia!"
Zola memalingkan wajah malas untuk menatap ke arah Zya."Zola gak suka ya kamu bersikap kaya gini, Kamu udah sama kayak Ervan, Zola lagi males berdebat sekarang!"
Zya melepaskan tali tas Zola lantas mendorong tubuh Zola ke belakang, makin menatap tak suka ke arah nya."Lu gak tau kan, Kalau Ervan pernah pulang hampir maghrib hanya untuk nungguin lu, tapi lu malah bohong sama dia dan jalan bareng Kak Esa."
.....
Guys, hei masih pada hidup kan? Hehe bercanda, Kuylah makin lama aura nya makin mencekam nih, buruan baca bentar lagi tamat kok
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...