Mata Bunda menatap Esa meminta penjelasan. “Bun, suruh masuk kakaknya dulu, capek dia gendong Zola,” jawabnya saat di depan pintu.
Bunda kemudian mengangguk, mempersilakan Esa memasuki rumah. Ia mendudukkan Zola di ruang tamu, masih berdiri sambil mengangguk ke arah Bunda Dysa."Tante ...."
Wanita tua itu menggerak-gerakkan tangannya menyuruh Esa duduk. "Duduk ya.”
Esa mengangguk kemudian beralih duduk di sofa. Zola menatap Bunda Dysa, yang tengah menatap Zola penuh tanya. “Kenapa tadi, La? Kok bisa lecet gini.”
Zola menundukkan pandangan. “Keserempet motor, Bun. Ola gak fokus liat jalan pas mau nyebrang.”
Bunda mengelus rambut Zola pelan, disertai tatapan pasrah ke anaknya. “Udah, pokoknya jangan sampai kejadian kayak gini keulang lagi. Kalau mau nyebrang gak usah mikir-mikir, fokus.”
Zola mengangguk sekali lagi, menatap Bunda sambil tersenyum. “Soalnya ada yang bikin fikiran Zola gak fokus, Bun.”
Wanita itu menyipitkan matanya, mencolek pipi Zola lembut. "Bun, Kak Esa dikacangin. Maaf, Kak.”
Melirik ke arah mata anaknya, kemudian Bunda terkekeh. “Eh iya lupa, siapa ini, La?”
Zola menoleh ke arah Bunda dan Esa bergantian, berdehem pelan lalu lanjut berbicara. "Kak Esa, Bun. Yang katanya bunda suruh bawa ke rumah, ini orangnya.”
Acungan jempol Zola terangkat di udara, kemudian tersenyum memindai penampilan Esa dari atas sampai bawah.
“Iya. Nama saya Resya Valeno, Tan.”
Bunda Dysa mengangguk pelan. “Oh yang kemaren ya, iya Bunda ingat, panggil Bunda Dysa, gak papa.”
Zola memperhatikan Esa yang tersenyum lebar dengan kepala menunduk malu.“Oh iya, kalau begitu Bunda tinggal, bicara berdua saja,” pamit Bunda, berjalan ke belakang meninggalkan Esa dan Zola di ruang tamu.
Mereka saling pandang, lalu mengalihkan pandangan masing-masing.
“Em, jangan lupa makan ya, tadi gak sempat makan siang, kan?”
Manik mata Esa menatap Zola agak lama, walaupun dengan wajah tanpa senyum, Zola balas menatap Esa sambil tersenyum tipis. “Tangan Zola sakit, Kak. Nanti minta Bunda suapin aja kalau ... selera."
Cowok itu terdiam beberapa saat, kemudian menatap ke arah Zola.
“Zola kalau makan sukanya apa?”
Cewek itu menggaruk kepalanya, lalu memutar arah pandangan ke arah langit-langit sesaat. “Emang kenapa, Kak? Tumben nanyain Zola suka apa?”Esa menggeleng pelan. “Eum, di sini ada tempat biasa lo beli makanan atau sarapan gitu, gak?”
“Oh iya Kak, di seberang jalan ada tempat makan sama warung kecil, jarak 3 rumah.”
Esa mengangguk-angguk, kemudian bangkit dari tempat duduk. “Em ya udah kalau gitu, gue mau ambil tas lo dulu di mobil sekalian mau pamit.”
Zola memandangi punggung Esa yang beranjak keluar rumah hingga tak terlihat. Rambutnya ia mainkan, bosan menunggu di ruang tamu. Ia sesekali melihat ke arah luar, entah kenapa laki-laki itu sedikit lama mengambil tasnya.
Menghela nafas, memainkan rambutnya kembali.
“Zola! Ini tasnya mau di letakkan di mana?”
Cewek itu spontan mendongak, menatap Esa yang tiba-tiba berada di depannya. “Gak apa-apa, Kak. Letak di sini aja.”
Tangan Zola menepuk sofa di sebelahnya, mengisyaratkan agar Esa meletakkan tas di sana. Esa mengangguk, menuruti ucapan Zola. Namun, dengan tangan kanan yang disembunyikan di belakang punggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...