Zola menoleh ke arah Ervan dengan tatapan ragu-ragu kemudian menatap ke arah Bakmi di depannya, mendadak tidak lapar untuk sekarang.
"Zola gak mau," lirih Zola pelan sambil mengerucutkan bibir, Ervan balas memandang Zola dengan tatapan tajam."Nanti sakit maag, lagi pula udah tengah hari emang mau makan dimana kalau gak makan!"
Zola menundukkan pandangan nya, takut menatap mata Ervan."Zola bisa makan di rumah kak Esa."
Ting
Satu pesan lagi masuk ke ponsel Zola, Zola segera membuka pesan dari Esa tersebut.
Kak Esa
Kapan sampai nya La?
Baru mau menekan huruf-huruf di papan ketik, ponsel Zola di rebut secara paksa oleh orang di depannya. "Kamu liat aku di depan gak sih! Jangan main ponsel terus, Makan sana."
Zola berdiri hendak meraih tangan Ervan yang memegang ponsel nya, namun Ervan menjauhkan tangan dari Zola."Duduk Zola, di makan bakmi nya."
Zola berdecak ringan ke arah Ervan yang memandangi nya dengan sarkas."Zola bilang gak mau ya gak mau, Zola gak selera lagi, kembaliin ponsel Zola Ervan!"
Ervan menggeleng dengan tegas, memasukkan ponsel Zola ke dalam saku celana nya."Ervan gak mau balikin sebelum Zola habisin makanan nya."
Zola menarik nafas kasar, menggertak kan giginya."Tolong Van, Zola gak pernah suka Ervan maksa begini, lagi pula kamu gak berhak larang Zola buat ngapain aja."
Suara Zola memelan ke arah Ervan, melembutkan ucapannya namun penuh penekanan. "Sini ... balikin ponsel Zola, Zola mau balas chat Kak Esa sekarang!"
Ervan ikut berdiri, menggebrak meja dengan keras."Kamu pernah nyadar gak sih aku cemburu! Kamu gak pernah tau rasanya jadi aku!"
Zola mengerutkan dahi, menurunkan tangan yang meminta ponsel nya. "Terus Zola harus apa?"
Ervan menghembuskan nafasnya kasar."Kamu harusnya tau, Aku sayang kamu lebih dari sahabat, mungkin lebih dari perasaan kamu ke aku."
Ervan mencengkeram bahu Zola erat dengan kedua tangan nya, seluruh pandangan pengunjung cafe di dalam Mall melihat ke arah mereka sambil berbisik-bisik satu sama lain, Zola mengedar kan seluruh pandangan mata menatap Ervan tajam."Kamu mau mempermalukan aku?"
Pandangan Ervan ikut mengedar ke seluruh area Cafe, balik menatap kembali ke arah Zola."Biar semua orang juga tahu kalau aku sayang kamu, buat apa malu."
Mata Ervan fokus memandang ke arah mata Zola dengan penuh perasaan. "Aku capek harus bersusah payah menyembunyikan perasaan ini sendirian, Zola."
Zola meneguk salivanya susah payah menarik nafas dengan perlahan."Tapi salahnya aku udah suka sama orang lain dan itu bukan kamu, Van."
Cengkeraman tangan Ervan dari bahu Zola terlepas, Ervan mengepal kan tangannya kuat kemudian memukulnya meja tempat mereka dengan penuh emosi membuat beberapa pengunjung terlonjak kaget dan terdiam.
"Tidak bisakah kamu memilih aku??"
Zola menurunkan tatapan nya, menarik nafas kasar."Namun salahnya bahagia ku tidak hanya tentang kamu Van."Ervan balas memandang Zola dengan mata yang memerah masih dengan tatapan memohon namun melembut."Kamu mau apa? Aku harus apa agar kamu bahagia!!"
Zola terdiam masih dengan tatapan mata menunduk."Aku mohon kamu jangan Egois, aku bisa saja lebih memilih dia dari pada kamu."
Ervan memundurkan langkah nya ke belakang memijit pelipis."Kamu lupa ... perjanjian Putri Ola waktu itu, kamu sendiri yang nyuruh aku berjanji agar jagain kamu selamanya, bahagia kan dan jangan bikin kamu nangis."
Tatapan Ervan berubah sendu, namun Zola tetaplah dengan pendiriannya. "Itu hanya lah perjanjian anak kecil tidak salahnya kalau tenyata bahagia ku bukan juga karena mu."
Ervan balas menatap Zola dengan tatapan tak percaya akan reaksinya, ia kemudian mengangguk-angguk pelan."Perjanjian anak kecil ya, berarti kamu gak pernah nganggap itu serius ...." lirih Ervan pelan dengan hati yang sudah berkecamuk.
Ia menarik udara di sekitar nya dengan kuat kemudian mengembuskan nya secara perlahan, hatinya mungkin tak terbentuk saat ini, Zola memberanikan diri menatap ke arah wajah Ervan yang sedang tidak menatap nya.
"Jangan berbuat apa pun yang bisa membuat aku membenci mu Van, apalagi dengan orang yang aku cintai sekarang ini."
Ervan mengangguk sekali lagi dalam diamnya."Kamu gak perlu khawatir, kalau kamu mau nya memang begini, ya kamu akan dapat kan itu."
Ervan menatap ke arah mata Zola dengan senyuman tipis yang di lengkung kan di bibirnya, senyuman yang siapa pun tidak tau artinya penuh makna dan teka teki."Seharusnya aku tau sejak awal kalau kamu tidak menginginkan aku, kan."
Ervan membalikkan tubuhnya menarik nafas kembali dengan sedikit lebih panjang."Pangeran akan selalu datang menyelamatkan mu karena pangeran memang untuk putri, putri ya putri siapa? Hanya khayalan palsu yang selama ini selalu aku sematkan, tidak masalah," ujar Ervan yang masih bisa di dengar Zola di belalang nya.
"Ayo pulang." Ervan melangkah kan kakinya ke arah pintu keluar Mall, membiarkan perempuan itu mengikuti nya atau tidak, Zola tetap berjalan mengikuti Ervan, Jantung nya berdetak tak beraturan , entah kenapa matanya memanas seketika.
Ervan berhenti di parkiran motor tepat di samping motor kesayangan nya, melirik ke arah belakang masih melihat Zola mengekori."Aku antar ke tempat Esa, sekarang."
Ervan menaiki motor nya memberikan helm biasa yang Zola pakai, Zola mengambil kemudian menggeleng pelan."Langsung pulang aja."
Ervan melirik ke arah kaca spion menatap Zola dari pantulan kaca."Kenapa gak ke tempat dia langsung? Setidaknya kamu mau memperkenalkan orang yang kamu cintai ke aku, bukan?"
Ervan mengeluarkan senyuman smirk nya dari pantulan kaca spion, Zola terdiam memasang helm nya dengan baik kemudian duduk di motor Ervan."Zola mau pulang ke rumah Ervan."
Zola memalingkan wajahnya menyembunyikan air mata , entah kenapa hati kecil nya juga ikut sakit. Ervan lantas menjalankan motornya menuju jalan raya membawa perempuan itu ke tempat yang ia minta, walau Ervan tidak tau alasan perempuan itu membatalkan janji mereka.
......Yahh, Ervan akhirnya jujur sama Zola, gimana hubungan mereka selanjutnya ya??
Yuklh lanjut baca sampai tamat..
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...