Ervan mematikan motor setelah tiba di perkarangan rumah Zola, Zola berdiri dengan gaun putih berbunga-bunga, corak khas dari baju yang tengah membalut tubuhnya, ditambah dengan rambut tergerai bebas bertiup angin.
Ervan mengambil helm di depan kaca spion berwarna biru langit warna kesukaan Zola dan memang selalu jadi milik Zola, pemilik helm yang tak pernah tergantikan kepala.
Ervan memandang helm di tangan nya dengan ragu menatap ke arah Zola."Mau Ervan pakein?"
Zola menggeleng dengan wajah datar, mengambil helm dari tangan Ervan."Seperti biasa...," gumam Ervan di penghujung kalimat sebelumnya.
Ervan menghidupkan motor nya memutar ke arah jalan, Zola naik ke motor memegang kaos berwarna cream yang di pakai laki-laki itu.Motor Ervan segera melaju di jalan raya bersamaan dengan kendaraan lainnya.
"Ke Mall ya."
Alis Zola bertaut memandang ke arah kaca spion yang memperlihatkan wajah Ervan." Tumben ke Mall biasa nya juga di angkringan."
Ervan terdiam untuk seperkian detik kemudian mengukir senyum di wajahnya. "Ga papa sesekali biar ada yang beda."
Zola membulatkan mulut sebagai balasan, ia mengalihkan perhatian dari kaca spion, membuka layar ponselnya.
Ting
Zola membuka aplikasi pesan di ponselnya, memperlihatkan pesan dari Esa.
Kak Esaa
Oh, iya ga apa-apa.
Saat Zola tengah mengetik pesan, ia kembali mendapat kan pesan dari Orang yang sama.
Kak Esaa
Suka liat awan gak? Disini indah banget pemandangannya.
Zola mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas melengkung kan senyum.Zolaa
Zola suka nya lihat langit warna biru cerah.
Ervan sesekali melirik ke arah kaca spion melihat Zola yang asyik dengan dunia nya sendiri.
Kak Esaa
Ooh, lu suka warna biru ya.
Zola mengerjap ngerjap beberapa kali, takjub dengan tebakan Esa dengan benar.Zolaa
Eh iya Kak, Zola suka warna biru.
Ervan mengerem mendadak, mengalihkan tatapan Zola secara spontan ke arah depan, alisnya bertaut memandang ke arah Ervan."Kenapa Van?"Ervan menggeleng pelan tanpa melihat ke arah Zola."Gak ada, cuma kaget ada kucing lewat."
Pandangan mata Zola mengedar ke segala arah."Mana kucing nya Van? Dia nya gak kenapa kenapa kan?"
Ervan menarik nafas panjang kemudian menghembuskan nya."Aku nya yang kenapa kenapa.""Hah." Zola menyatukan kedua alis, memutar mata ke segala arah namun Ervan kembali melajukan motor di jalan raya mengabaikan wajah bingung yang di tunjukkan Zola.
Motor yang di bawa Ervan berhenti di parkiran Mall berlantai 6 , tempat Favorit sebagian para remaja.Mall Alaska.
Zola mendongak ke atas melihat bagian atas Mall dari bawah, lalu mengalihkan perhatian nya ke arah Ervan."Ervan gak salah? Di sini semua nya mahal loh, lagi pula baru dua kali Zola ke sini sama bunda dan ayah."
Tanpa menjawab pertanyaan Zola, Ervan menarik pergelangan tangan Zola masuk ke dalam Mall."Mau kemana?"
Zola menggeleng."Gak tau Zola, Ervan."
Arah mata Zola beralih mencari ekskulator, ia tau akan membawa Zola kemana, Zola segera di tarik nya lagi menuju lantai 3. Ervan melepaskan pergelangan Zola setelah dari tadi Zola merasa tidak nyaman yang di sadari langsung oleh Ervan.
"Maaf, ayo ke sana!" Ervan menunjuk ke arah toko kue Istana coklat di depannya, Zola melebarkan mata nya ke arah toko yang di tunjuk Ervan."Istana Cokelat."
Ervan merentang kan tangan ke depan layaknya mempersilakan seseorang berjalan di atas karpet merah, mata Zola berbinar perlahan bergerak ke arah kue-kue coklat yang beraneka jenis.
Zola megambil satu jenis cupcake Dengan taburan seres, berbungkus plastik bening dengan pita berwarna pink sukses menarik perhatian, Zola mengatup mulutnya setelah melihat harga yang tertera di bungkusan plastik."25 ribu sekecil ini, mahal nya ya ampun."
Zola bergumam seraya meletakkan kue itu di tempat nya kembali, Ervan yang berada di belakang nya menautkan alis bingung. "Kenapa dibalikin?"
Zola segera menoleh, menggeleng kecil ke arah Ervan."Ervan yakin nih? Mahal loh satu nya aja cukup buat beli 2 porsi bakso kuah di angkringan kayak biasa."
Ervan mengukir senyum tipis di wajahnya mengambil kue yang di letakkan Zola beberapa menit yang lalu."kalau gak yakin, buat apa Ervan ajak Zola ke sini, udah."
Ervan mengambil satu Box kue tart coklat berukuran sedang di samping cupcake yang di ambil Zola, Zola menoleh ke arah tangan Ervan yang sedang memegang kue tart melihat harga yang tertera."Vann, kamu gak sayang uang nya, bisa buat nabung, loh."
Ervan mencubit pipi Zola sambil berusaha menampilkan senyum."Kamu diam aja, kan gak tiap hari Zolaa, lagipula gak tau kapan kita bisa ke sini lagi."
Ervan segera memberikan dua kue di tangan nya ke arah pelayan toko, beralih berjalan mengambil kue yang telah di bungkus dengan rapi.
"Udah, sekarang kamu mau apa lagi? Mau keliling dulu?"Zola menaik turunkan bahunya, menggeleng pelan."Zola ikut aja."
Ervan mengangkat tangan di udara, menatap ke arah Zola, Zola balas memandang ke arah Ervan dan tangan nya bergantian. "Mau gandengan tangan?"Zola terdiam cukup lama hingga Ervan menurunkan tangan menghembuskan nafas pasrah, Zola menampilkan senyum tipis di wajahnya beralih mengambil tangan Ervan ke dalam genggaman tangan Zola."Boleh kok."
Tangan mereka saling terkait berjalan mengelilingi setiap sudut Mall, di tengah jalan mata Zola terpaut ke arah gelang tangan yang di jual di area Mall berwarna biru langit dengan mutiara putih yang mengelilingi gelang, arah pandangan mata Ervan yang semula lurus beralih ke arah pandangan mata Zola."Mau gelang? Ayo!"
Tangan Ervan di tarik Zola saat Ervan hendak melangkah ke arah toko perhiasan."Gak perlu Ervan, Zola Hanya suka gelang nya bukan mau beli juga sih."
Ervan balas menatap ke arah Zola, menarik nafas pelan."Zola ... Ervan tahu kamu mau gelang itu kan, Ervan beliin tunggu di sini sebentar."
Ervan melangkah segera meninggalkan Zola yang berdiri di tempat mereka berhenti melangkah, Zola melihat interaksi antara Ervan dan pelayan toko dari belakang, sesaat kemudian Ervan kembali ke arah Zola membawa satu tas belanja berukuran kecil, Ervan mengeluarkan isinya dari dalam menggenggam gelang itu di tangan. "Mana tangannya? Ervan pakein."
Zola memandang Ervan beberapa saat baru kemudian mengulurkan tangan, Ervan langsung memasang gelang yang ia beli di tangan Zola, tersenyum puas melihat gelang itu indah saat di pakai Zola, Zola menatap berbinar ke arah Ervan mengukir senyum lebar di wajahnya."Cantik ya gelang nya, Makasih Van."
Ervan mengangguk kemudian saling mengaitkan tangan kembali, berjalan mengelilingi Mall.
"Udah jam sebelas nih, cari makan yuk! Zola mau apa?"
Zola memandang ke arah Ervan beberapa saat, kemudian mengambil tas kecil yang tersandang di bahunya, mengeluarkan ponsel dari sana." Jalan dulu Ervan."
Ervan mengangguk mengikuti instruksi Zola sambil melihat ke arah perempuan itu, Zola mengetik di papan ketik mengirim pesan kepada seseorang.
Ponsel Zola berdering menandakan panggilan masuk."Siapa la?"
....
Siapa nih yg nelpon?? Kepo yee, makanya buruan gulir bab selanjutnya, cuss!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...