Zola menghentikan langkah nya, mengedarkan seluruh pandangan mata ke arah seseorang yang baru saja memanggil. "Kak Esa ...."
Esa berjalan mendekat, menggaruk tengkuk nya. "Besok habis pulang sekolah, lu ada acara gak?"
Zola menautkan kedua alis, kemudian menggeleng. "Gak ada Kak, emang kenapa?"
Esa memasukkan tangan nya ke dalam saku, membulatkan mulut. "Gak ada sih, cuman kalau sempat aja liat ekskul basket besok."
Zola mengukir senyum tipis kemudian mengangguk. "Oke deh, Zola mau balik ke kelas Kak."
Zola melambai kan tangan meninggalkan Esa yang berdiri di tepi lapangan, ia membalas lambaian tangan Zola.
Zola berlari masuk setelah bel masuk terdengar di telinga nya.
.......
Ervan bersandar di dinding kelas Zola, menjemput perempuan itu dengan sukarela walau jarak kelasnya ke parkiran sangat dekat, ia rela berjalan lebih jauh hanya untuk menjemput Zola.Zola membereskan alat tulis setelah melihat Ervan berdiri di tepi dinding kelas. "Tumben Ervan jemput Zola sampai ke kelas gini."
Zya melirik ke arah luar kelas, kemudian beralih menatap ke arah Zola. "Ya udah jangan buat dia nunggu lama."
Zola mengangguk, menyandang tas di pundak, menoleh ke arah Zya sekilas. "Zola pulang duluan ya, bay."
Zya membalas lambaian tangan Zola, masih membetulkan posisi meja yang bergeser dari tempatnya, Zola berlari mendekat ke arah Ervan. "Tumben jemput Zola sampai sini."
Ervan menoleh menorehkan senyum tipis. "Ya ga papa, kan."
Ervan merangkul bahu Zola membawa perempuan itu agar tetap berjalan bersamanya.
"Kita sahabat kan?" Zola bertanya pelan namun masih bisa terdengar di telinga Ervan, Ervan menoleh memperlambat langkah kakinya.
"Kenapa bilang nya gitu?"
Zola terdiam mengulum bibir nya sebentar. "Kenapa kita harus berbuat seperti pasangan? Sahabat tetaplah sahabat bukan? Zola rasa ini berlebihan."
Ervan melepaskan rangkulan nya dari bahu Zola, memasang wajah sendu, mengalihkan mata tak ingin perempuan itu melihat ekspresi nya saat ini, Zola menoleh ke arah Ervan sambil berjalan melangkah kan kaki ke arah parkiran. "Zola salah ya? Hmm."
Ervan menghela nafas nya gusar menegakkan kepala nya menatap ke arah depan. "Zola gak salah kok."
Tidak ada yang berbicara di antara mereka setelah kalimat terakhir dari Ervan, Ervan memelankan langkah nya menatap Zola dari belakang. "Kamu memang gak pernah salah di mata ku, namun mengertilah."
Zola berbalik menatap Ervan yang berhenti berjalan. "Kenapa Ervan?"
Ervan menggeleng kemudian menyusul langkah kakinya dengan Zola, Zola mengetuk pelan kepalanya sesampai di parkiran, menyentuh lengan Ervan pelan. "Besok Ervan jemput Zola?"
Ervan berbalik menautkan kedua alis. "Kenapa memang nya? setiap hari kita juga bareng, kan."
Zola mengalihkan tatapan. "Zola mau lihat ekskul basket besok."
Ervan mengusap wajah nya, mengerjapkan matanya beberapa kali. "Tumben Zola mau lihat ekskul basket, kenapa nih ada acara apa?"
Ervan beralih mengambil motor di parkiran mendorong nya tepat di samping Zola. "Ya emang kenapa? Gak ada masalah, kan."
Ervan mengulurkan helm ke arah Zola, namun Zola tidak segera mengambilnya, Esa menurunkan helm, menarik nafas sesaat. "Hm ngomong-ngomong bukannya Esa juga ikut ekskul basket ya? Apa karena itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...