"Eh udah kumpul aja, maaf lama nih jalan bentar, ayo kita makan udah jam berapa juga ini."
Seluruh mata menatap ke arah Bunda dan bapak Sutanto, bunda menatap ke arah jam di tangannya, kemudian balik menatap mereka.
"Bunda sama ayah duduk dulu sini, makan es krim." Zola menepuk tempat di depannya beberapa kali, Bunda mengangguk bersamaan dengan pak Sutanto yang segera duduk di atas tikar.
Bunda mengambil dua es krim, memberikan nya ke arah suaminya, tangan Esa bergerak mengambil es krim yang tersisa satu, Es rasa vanila.
"Eh semuanya rasa vanila ya cuman Zola kayaknya yang rasa coklat."
Ervan dan Zola menatap laki-laki di depan mereka dengan tatapan berbeda. "Kak Esa gak suka ya? Maaf vanila semua kecuali punya Zola."
Pandangan mata Esa beralih ke arah Zola, Esa kemudian menggaruk kepalanya sesaat. "Nggak kok, gapapa, rasa Vanila gw juga suka."
Zola menyendokkan es krim yang di letakkan di atas tikar, menatap Zya dan Esa bergantian. "Kak Esa mau coba es krim coklatnya?"
Baru saja sejenak tangan Zola terulur ke arah Esa, Ervan lantas menarik tangan Zola, hingga sendok es krim di tangan terjatuh di atas tikar.
Seluruh mata merubah pandangan menatap Ervan dengan raut yang tak bisa di tebak tak terkecuali bunda dan pak Sutanto.
"Maaf ... em gak sengaja." Pandangan mata Ervan melirik sinis ke arah Esa.
"Ervan kenapa? Beneran di sengaja ya."
Ervan segera mengalihkan tatapan nya, tak berani menatap ke arah mata bunda Dysa yang berbicara kepadanya, pandangan Ervan menunduk kemudian mengulum bibir. Zya menatap intens melihat gerak-gerik Ervan yang terlihat tidak nyaman.
"Pan ... kamu ini sebenarnya kenapa? Kelihatan gak sukanya sama kak Esa."
Zola membuka suara menatap Ervan dengan sedikit rasa kesal dan kecewa, Zola mengambil nafas dalam dalam lalu menghembuskan nya.Ervan tidak menatap siapa pun dia terdiam dengan pandangan menunduk.
"Udah, kok malah jadi ribut, ayo buka Rantang nya habis ini baru jalan-jalan sambil foto-foto."
Bunda mengambil alih rantang yang terletak di depannya, menghiraukan orang-orang di sekitarnya yang masih terdiam dan saling pandang.
"Eh eh ... Zola bawa kesini peralatan makannya biar di susun."
Zola menoleh ke arah peralatan makan di depannya, menyodorkan langsung ke arah Zya, Bunda membuka penutup makanan yang di bawa dari rumah, menguarkan harumnya masakan sumur ayam dan acar masak.
Zya meletakkan susunan piring, gelas dan sendok di tengah-tengah, tangan nya berhenti sejenak di atas gelas, teringat akan sesuatu. "Bunda Dysa ... ini kayaknya ada yang kurang ya ...." Zya meletakkan telunjuk nya di dagu mengetuk dagu beberapa kali kemudian tangan nya terangkat ke atas. "Oh ya ... minum nya mana Bun?"
Bunda Dysa menoleh ke arah Zya, matanya kemudian bergulir ke arah Esa dan Ervan bergantian. "Hm ... bisa bantu beliin air minum sekarton?"
Keduanya sontak menoleh ke arah bunda yang tersenyum tipis ke arah mereka. "Sini di beliin."Ervan dan Esa mengucap bersamaan lalu saling terdiam, Zola menoleh ke arah Ervan yang sepertinya enggan menatap balik Esa yang menatap nya sekilas.
"Ervan aja dah Bun ... kak Esa di sini aja."Ervan memberanikan menatap Wajah Zola dengan tatapan tanpa arti, ia kemudian berdiri dari tempat duduknya, Bunda mengulurkan uang ke arah Ervan tapi Ervan membalas dengan menggeleng. "Pakai uang Ervan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Ficção AdolescenteRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...