Youand He:-07

14 5 2
                                    

"Maaf Ervan, udah nunggu lama."

Zola membungkukkan badan begitu tiba di depan Ervan yang sejak ia sampai cowok itu mondar-mandir tak jelas dengan tangan mengangkat ponsel di telinga, terlihat berusaha menghubungi seseorang.

Ervan menghela nafas lega, menatap dengan tatapan memindai. Zola mendongak saat langkah kaki itu kian mendekat ke arah dirinya.

Senyuman tipis mengukir di wajah cowok itu seraya menepuk kedua bahu Zola, lalu tanpa sadar memeluk perempuan itu dengan longgar. "Jangan bikin aku khawatir ya, aku udah hubungin berkali-kali, tapi gak diangkat, chat juga gak dibalas ... aku juga udah cek ke kelas, tapi Zola gak ada. Aku takut terjadi apa-apa sama Zola."

Zola tertegun untuk beberapa saat membiarkan Ervan memeluknya, lalu merenggangkan pelukan laki-laki itu untuk berbicara dengan serius.

"Zola baik-baik saja Ervan ... maaf udah bikin Ervan khawatir, tadi Zola ...."

Telunjuk Ervan menyentuh bibir Zola, ia kemudian menggeleng tak ingin mendengar penjelasan. "Ayo pulang! Hari ini aku mau main ke cat house."

Cewek itu perlahan melengkungkan senyum di wajahnya, Ervan berbalik mengambil motor dan memberikan helm. Motor itu akhirnya keluar dari area sekolah.

Di tengah perjalanan, tangan Zola masuk mengobrak-abrik tas, mencari dimana ia meletakkan ponsel.

"Ah ini dia."

Zola bergumam senang ketika ponselnya berhasil ditemukan, lantas melebarkan mata saat ponsel itu menyala dalam keadaan silent. "Pantas saja gak kedengaran, Zola silent ponselnya."

Ervan melirik ke arah kaca spion melihat perempuan itu bicara sendirian. "Kenapa Laa?"

Tertoleh dengan cepat, cewek itu menggeleng beralih membuka layar kunci dan menemukan puluhan notifikasi, 34 panggilan tak terjawab, 142 pesan WhatsApp dan DM Instagram yang lumayan banyak.

Sembari menutup mulut tak percaya, ia pandangi pantulan spion yang menampilkan wajah Ervan. "Seharusnya, Zola kasih tau Ervan kalau sedikit terlambat." Ponsel itu ia telungkupkan dan kembali fokus ke arah jalanan menuju rumahnya.

"Hari ini ngapain aja? Ketemu orang yang Zola ceritain kemarin, jadi?" tanya Ervan di sela-sela berkendera, sekaligus mencairkan suasana karena dari tadi tak ada yang buka suara.

"Jadi." Dahi Zola berkerut membaca tulisan di salah satu toko buku.

"Terus gimana?" Ervan melirik ke arah kaca spion, berharap bisa melihat ekspresi penumpang yang kini terlihat tak bersemangat.

"Ya gitu, awalnya kak Esa gak mau ketemu Zola. Pertama ngira Kak Esa itu sombong dan angkuh, terus pas pulang sekolah dia selamatkan Zola dari mangga yang hampir jatuh ke kepala, habis itu kenalan. Tapi, Kak Esa gak mau terima uangnya, akhirnya Zola kasih aja dengan paksa bekal roti panggang itu, habis itu Zola lari, makanya telat ke parkiran sampai bikin Ervan khawatir."

Zola sedikit menyinggung kan senyum saat ia menceritakan perihal Esa.

"Tapi, gak kenapa kenapa, kan?" tanya cowok itu menoleh sekilas ke belakang.

Dapat jawaban gelengan, Ervan mengukir senyum tipis di bibir.

"Ini Zola masih sehat lahir dan batin." Zola merentangkan tangan dengan lebar sambil tersenyum. Ervan balik tersenyum lebih lebar, hampir dibuat tertawa, namun ia berhasil menormalkan ekspresi.

Motor Ervan berhenti di depan rumah bercat putih, memarkirkan motor di sana, namun berjalan ke arah bangunan di sampingnya.

Zola berlari dengan riang ke arah kandang Pupy, kucing itu mengeong sambil menggesekkan tubuh di kaki Zola, mengangkat kucing itu tinggi-tinggi dan memeluknya erat.

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang